ANGGAPAN PETANI TENTANG BEDA HARGA

By On Tuesday, October 27th, 2015 Categories : Bikers Pintar

Petani yang beranggapan bahwa harga kopi hasil pengupasan dengan mesin lebih tinggi daripada harga kopi hasii pengupasan tra-disional akan cenderung memilih pengupasan dengan mesin. Dari Tabel 2, dapat dilihat bahwa hanya 44 orang atau 48,39% petani beranggapan bahwa harga hasil pengupasan dengan mesin lebih tinggi daripada hasil pengupasan tradisional. Tiga puluh enam orang atau 39,56% petani beranggapan bahwa harga hasil kedua cara pengupasan adalah sama. satu orang justru menganggap bahwa nasil pengupasan tradisional lebih tinggi, dan 10 orang petani mengatakan tidak tahu tentang beda harga ini.
Apabila masing-masing golongan petani pada Tabel 2 dikaitkan dengan harga jual kopi yang nyata diterimanya, tampak bahwa harga yang diterima oleh petani yang mengupas dengan mesin memang lebih tinggi daripada harga yang diterima oleh petani yang memilih pengupasan tradisional. Rata-rata harga jual kopi hasil pengupasan dengan mesin adalah Rp.1.549 per kg ose, sedangkan rata-rata harga jual kopi hasil pengupasan tradisional Rp.1.497 per kg ose.
Namun demikian, dari Tabel 2 dapat dilihat pula bahwa dari 44 orang petani yang beranggapan bahwa harga hasil pengupasan tradisional. Dari 36 orang petani yang menganggap harga hasil kedua cara pengupasan adalah sanfe, 9 orang memilih pengupasan dengan mesin dan 27 orang memilih pengupasan tradisional. Hal ini disebabkan adanya pengaruh pertimbangan biaya dan tersedianya waktu luang atau tenaga kerja dalam keluarga.
Jumlah Produksi
Keputusan petani dalam memilih cara pengupasan antara lain dipengaruhi oleh jumlah produksi yang dihailkannya. Hal ini didasarkan pada pemikiran bahwa jumlah produksi mencerminkan perbedaan biaya pengupasan dengan mesin dan biaya pengupasan tradisional. Makin besar jumlah produksi, biaya pengupasan dengan mesin makin lebih hemat jika dibandingkan dengan biaya pengupasan tradisional.
Biaya pengupasan dengan mesin terdiri dari sewa penggunaan mesin dan biaya angkut ke tempat pengupaan bagi petani yang mengupaskan ke rumah ketua kelompok tani. Sewa penggunaan mesin adalah Rp.30 per kg ose untuk pengupasan di rumah ketua kelompok tani, dan Rp.40 per kg ose untuk jasa pengupasan di rumah tani. Sedangkan biaya pengupasan tradisional terdiri dari biaya peng-gunaan peralatan tumbuk yakni “lumpang” dan “alu”, serta biaya tenaga kerja untuk menumbuk.
Apabila besarnya jumlah ma-sing-masing biaya pengupasan dengan jumlah produksi kopi petani yang dirumuskan sebagai:
Bm = am + BmQ + em Bt = at + BtQ + et
dimana :
Bm= biaya pengupasan dengan
mesin (Rp)
Bt = Biaya pengupasan tradisional (Rp)
Q = Jumlah produksi (puluhan
kg)
a = Konstanta masing-masing regresi
B = Koefisien masing-masing regresi
Hasil analisis regresi aisajikan pada Tabel 3. Dari Tabel 3, jumlah produksi ternyata berpengaruh nyata terhadap biaya pengupasan kulit kopi (Tabel 3). Dari tabel tersebut diketahui pula bahwa biaya engupasan tradisional ternyata lebih tinggi daripada biaya pengupasan dengan mesin. Selain itu, makin besar jumlah produksi, biaya pe-ngupasan dengan mesin makin lebih kecil daripada pengupasan tradisional.
Namun demikian bagi petani dengan jumlah produksi kecil, biaya pengupasan tradisional dianggap lebih murah daripada pengupasan dengan mesin. Hal ini disebabkan adanya kecenderungan petani dengan jumlah produksi kecil mampu mengerjakan produksi sendiri dan tidak memperhitungkan biaya tenaga kerja untuk menumbuk sebagai biaya. Makin kecil jumlah produksi, tenaga kerja dan waktu luang yang tersedia dalam keluarga untuk melakukan pengupasan tradisional relatif makin besar. Opportunity cost penggunaan tenaga kerja dan waktu untuk menumbuk kopi sendiri dapat dianggap nol.
Dengan demikian cukup beralasan bagi petani dengan jumlah produksi kecil tidak memperhitungkan biaya tenaga kerja untuk menumbuk sebagai biaya bahkan menganggap pengupasan yang dilakukan tersebut merupakan pemanfaatan waktu luang. Sebaliknya makin besar jumlah produksi, petani cenderung memerlukan tenaga kerja dari luar keluarga untuk melakukan pengupasan. Karena biaya pengupasan dengan mesin per kilogram ose lebih rendah daripada pengupasan tradisional, maka petani dengan jumlah produksi be-sar cenderung memilih pengupasan dengan mesin.

ANGGAPAN PETANI TENTANG BEDA HARGA | ADP | 4.5