ARTI FENOMENALISME
1. Hanya fenomena (data inderawi) dapat diketahui sebagaimana fenomena tersebut tampak kepada kesadaran kita.
2. Kita tidak dapat mengetahui hakikat terdalam dari suatu kenyataan yang berada di dalam dirinya sendiri.
3. Apa yang kita ketahui tergantung pada kegiatan kesadaran. Realitas obyek lahiriah, fisis berdasarkan pengarnatan, pencerapan seseorang.
4. Pengetahuan dibatasi pada apa yang dapat dicerap (diamati) secara sadar terhadap dunia luar dan dibatasi pada apa yang dapat dicerap dengan introspeksi tentang kegiatan dan keadaan mental kita.
5. Realitas merupakan totalitas pengalaman-pengalaman sadar yang mungkin ada.
6. Materi merupakan kemungkinan permanen bagi pencerapan (sensasi). Obyek-obyek material merupakan rangkaian atau gugusan kelompok cerapan inderawi yang aktual atau yang mungkin. Dunia fisik tidak dapat dikatakan terpisah dari data inderawi seorang pengamat, baik yang aktual maupun yang bersifat potensial.
7. Obyek fisik (material) merupakan konstruksi logis berdasarkan persepsi (data indrawi). Arti pernyataan tentang obyek fisik seluruhnya dapat dianalisis dalam kaitan dengan pernyataan tentang pola-pola data inderawi, atau seluruhnya dapat dikembalikan kepada pernyataan tentang pola-pola data inderawi (fenomena).
8. Berbeda dengan idealisme epistemologis, fenomenalisme dalam arti yang tepat menegaskan dan menandaskan eksistensi segala sesuatu yang terlepas dari pikiran. Tetapi hakikat segala sesuatu yang berada dalam dirinya sendiri tetap tidak dapat kita ketahui. Di sini pula letak perbedaan antara realisme dan fenomenalisme. Kaum fenomenalis menegaskan bahwa segala sesuatu membehkan kesan-kesan kepada kita. Dalam kesan-kesan ini, segala sesuatu tampak kepada kita sesuai dengan ciri khas subyek bersangkutan. Dan gejala (kesan) yang kita terima secara pasif ini merupakan obyek pengetahuan kita. Oleh karena itu, fenomenalisme berbeda baik dari realisme maupun dari idealisme. Idealisme mengatakan bahwa obyek pengetahuan dihasilkan secara aktif oleh pikiran kita. Karena kesan-kesan atau gejala berbeda sesuai dengan kekhususan masing-masing subyek dan karena bagi fenomenalisme, yang benar adalah apa yang tampak, maka fenomenalisme dilihat dan sudut logika merupakan suatu bentuk relativisme. Pembela dari posisi ini adalah David Hume.