ARTI PARADOKS

By On Wednesday, August 7th, 2013 Categories : Bikers Pintar

PARADOKS

Inggris paradox, dari Yunani para (bertentangan dengan) dan (opini). Jadi, bertentangan dengan opini yang diterima. Dari istilah ini mengacu kepada apa yang tampaknya bertentangan dengan akal sehat, atau bersifat kontradikter.

Beberapa Pengertian

1. Suatu pernyataan (ajaran, keyakinan, konsep, paham) yaitu bertentangan dengan pendapat yang diterima, atau dilawank; dengan apa yang dianggap sebagai pengertian umum, tetapi yang mungkin benar.

2. Suatu pernyataan yang pada permukaannya tampak tak masi akal atau bahkan bertentangan dengan dirinya sendiri, tetapi sesungguhnya benar atau mungkin benar.

3. Suatu dikotomi yang tampak (atau kontradiksi dengan dirin sendiri) yang ketika diatasi mengingkari sesuatu yang dianggap sebagai benar.

4. Suatu situasi di mana dua pernyataaan yang aneh (bertentang;i eksklusif terhadap satu sama lain) keduanya tampak benar; dan keduanya harus diterima dalam tindakan.

5. Suatu pernyataan yang ketika dipandang sebagai benar condoi menjadi salah, dan ketika dianggap sebagai salah, condoi menjadi/sebagai benar.

 

A. Kadang-kadang paradoks dielaborasi dalam filsafat unti membuktikan kebenaran lawan dari pandangan yang mengar ke hasil yang paradoksal.

1. Paradoks-paradoks Zeno bertipe ini. Fiisuf Cina Hui S mengelaborasikan secara independen paradoks-paradoks yai sama pada waktu yang hampir bersamaan. Pendekatan serupa diangkat sedikit kemudian oleh fiisuf India, Nagarjurna

B. Bermula dari filsuf-filsuf Megara dan Stoa, telah ditemukan jumlah paradoks semantis dan logis. Disebut tnsolubilia Problem-problem yang tak terpecahkan pada Abad Pertengahan, paradoks-paradoks seperti ini sekarang ini bertahan sebagai prosedur penguji dasar-dasar semantika, logika, dan matematika. Di antara paradoks-paradoks ini ialah:

2. Fpimenides, orang Kreta, yang berkata bahwa semua orang Kreta pembohong. Dengan berkata begitu, apakah dia mengatakan kebohongan atau kebenaran?

3. Kartu PE.B. Jourdain yang pada satu sisi hanya berisi perkataan “Kalimat pada sisi lain kartu ini benar”, dan pada sisi lain hanya perkataan “Kalimat pada sisi lain kartu ini salah”.

4. Paradoks Grelling membedakan antara predikat-predikat yang mempunyai sifat-sifat yang ditunjuknya, misalnya “polisilabik”, dan yang tidak, misalnya, “monosilabik”. Kita menyebut tipe predikat pertama “autologis”, dan yang kedua “heterologis”. Rangkaian predikat autologis lalu mempunyai sifat-sifat yang mereka tunjuk, sedangkan kumpulan predikat heterologis ketiadaan sifat-sifat yang ditunjuk. Masalahnya apakah predikat “heterologis” itu sendiri autologis ataukah heterologis.

5. Paradoks anggota klas Russel, yang juga dinamakan Paradoks Zermelo, membedakan antara klas-klas yang merupakan anggota dari dirinya sendiri dan yang tidak. Klas pensil bukan suatu anggota dari dirinya sendiri, karena klas itu bukan sebuah pensil; tetapi klas hal-hal yang dapat dipahami kiranya menjadi anggota dari dirinya sendiri, karena klas semacam ini dapat dipahami. Timbul pertanyaan mengenai klas semua hal yang bukan anggota dari dirinya sendiri: Adakah klas ini suatu anggota dari dirinya sendiri atau tidak?

6. Dalam bidang matematika terdapat Paradoks Burali-Forti menyangkut bilangan urutan terbesar; Paradoks Russel menyangkut bilangan pokok terbesar; Paradoks Richard menyangkut bilangan-bilangan real yang teruraikan dan yang tak teruraikan; Paradoks Koenig menyangkut bilangan urutan terkecil yang tak teruraikan.

C. Meskipun belum ditemukan pemecahan umum paradoks-paradoks ini, terdapat beberapa pendekatan yang kiranya mungkin.

7. Paradoks-paradoks Zeno, dan banyak paradoks bilang berkisar seputar kekhasan ketakberhinggaan.

8. Banyak paradoks semantis dan logis berkisar pada pernyata pernyataan yang mempunyai acuan pada dirinya sendiri lam arti lingkaran setan. Menanggapi pernyataan-pernyataan macam ini, Poincare membentangkan definisi impredik Definisi-definisi predikatif, atau yang biasa, ridak mung mengacu kepada keseluruhan klas yang darinya istilah yi didefinisikan merupakan anggota. Russell sebenarnya i masukkan prinsip Poincare dalam teorinya tentang tipe-ti Hermann Weyl menganggap definisi impredikatif seba contoh kekeliruan “lingkaran setan”. Membatasi cakupan limat sedemikian rupa sehingga kalimat itu mengacu kep kalimat lain dan bukan kepada dirinya sendiri merupal salah satu motif pendorong perkembangan metabahasa jug

9. Strawson mengajukan pemecahan Paradoks Pembohong ngan menerapkan padanya pandangan performatifnya tentang kebenaran. Karena menyatakan tentang suatu kali) bahwa ia benar merupakan perbuatan menyetujui kalii itu secara performatif, maka itu sama dengan mengata dito (sama). Tetapi dalam hal ini tidak terdapat kalii orisinal untuk menyatakan dito. Maka, paradoks hilang.

 

Paradoks Logis

Secara umum, paradoks logis tersusun dari dua pernyataan yang bertentangan atau kontradiktoris, keduanya tampak mempunyai argumen-argumen pendukung yang baik. Bandingkan dengan antinomi. Suatu paradoks logis dihasilkan bila dua jalur argumen yang dapat diterima menghantar kepada kesimpulan yang tampaknya bertentangan atau kontradiktoris. Paradoks logis boleh jadi merupakan suatu konsekuensi dari: a) penerapan secara salah hukum-hukum logika; b) suatu pelanggaran terliadap hukum-hukum logika yang tidak dapat dinyatakan secara jelas (atau tidak terlihat jelas); atau c) tidak diterapkannya hukum-hukum logika pada situasi tertentu. Paradoks semacam ini tampak pula baik dalam teori ilmu pengetahuan maupun dalam argumen biasa. Russell memberi contoh: “Tukang cukur dalam kampung tertentu mencukur semua orang dan hanya orang-orang dalam kampung yang tidak mencukur dirinya. Apakah tukang cukur itu mencukur dirinya? Dalam nomor c) perumusan kembali logika perlu, baik untuk menghindari taradoos maupun untuk memecahkan paradoks itu.

Paradoks Pembohong

Paradoks ini sering disebut Paradoks Megarian. Disebut demikian karena berasal dari aliran Megara di mana Eubulides dari Miletus, pengganti Euklides — yang menemukan paradoks itu — menjadi salah seorang anggota. Istilah itu juga mengacu pada Paradoks Eubulides. Paradoks itu dapat dinyatakan dalam sejumlah cara:

1. Seorang mengatakan “Saya sedang menipu”. Apakah yang ia katakan itu benar atau salah? (Paradoksnya: pernyataan itu benar kalau apa yang ia katakan itu salah, dan salah ka apa yang dikatakan itu benar.)

2. Seorang mengatakan, “Apa yang sedang saya katakan ada salah”. (Pernyataan ini menjadi salah hanya kalau benar, c benar hanya kalau salah.)

3. Seorang mengatakan, “Kalau saya sedang menipu, apa.1 yang baru saja saya tegaskan itu salah?” (Itu akan menjadi lah kalau apa yang dikatakan itu benar, dan benar kalau s yang dikatakan itu salah.)

 

Paradoks Acuan Diri

Dapat disebut pula paradoks referensi diri, yaitu sebuah paradi yang muncul dari pernyataan-pernyataan seperti: “Semua neralisasi salah”. (Pernyataan itu sendiri adalah suatu generalis Karena itu, kalau konsisten, pernyataan itu sendiri pasti sal tetapi, kalau pernyataan itu salah, generalisasi itu benar.) “Tidak ada pengetahuan adalah mungkin” (dengan demikian menyatai bahwa pernyataan itu sendiri adalah pengetahuan). “Tidak : hal-hal yang absolut”. (Apakah pernyataan itu sendiri merupal sesuatu yang absolut? Kalau ya, pernyataan itu mengingkari dirinya. Kalau pernyataan itu tidak absolut, sama sekali tidak tersa kal adanya hal-hal yang absolut.) “Segala sesuatu itu tidak pas “Tidak ada ketiadaan”; “Saya tidak ada”.

 

Paradoks Zeno

Paradoks Zeno merupakan usaha Zeno dari Elea dalam mempei hankan kedudukan Parmenides dari Elea terhadap serangan ka Pitagorian.

Zeno menggelarkan dua macam argumen. Pertama mengerti keanekaan atau kejamakan. Pendukung Pitagorianisme berp dapat bahwa jagat raya, entah bagaimana, tersusun dari satu satuan keluasan secara spasial. Satuan-satuan ini tampaknya meri baurkan dengan pokok-pokok geometri. Kedua, terdapat argumen melawan gerak. Atau ruang dan waktu dapat dibagi cara tak berhingga, atau kalau tidak, terdapat minimum yang- tidak dapat dibagi. Dalam hal pertama, gerak mengalir secara terus menerus dan secara halus. Sedangkan dalam hal kedua, gerak secara mendasar bersifat sinematografis, yang berlangsung terus dengan sentakan-sentakan kecil. Contoh stadion (atau arena pacuan kuda) dan Achilles dipakai untuk menyerang alternatif pertama. Anak panah yang meluncur dan jajaran (atau blok-blok) yang bergerak dipakai menyerang yang kedua.

1. Dalam paradoks stadion (juga dikenal sebagai paradoks dikotomi) Zeno mengemukakan bahwa mustahil untuk menyelesaikan perlombaan. Sebelum Anda mencapai ujung yang paling jauh, Anda harus mencapai titik setengah-jalan. Sebelum Anda mencapai titik itu, Anda harus mencapai titik setengah- jalan sebelum titik itu. Dan demikian seterusnya tidak ada batasnya. Jika ruang dapat dibagi secara tak berhingga, dengan sendirinya jarak mana pun yang terbatas terjadi karena sejumlah titik-titik yang tidak terbatas. Dan juga dikatakan, adalah mustahil untuk mencapai akhir dari serangkaian operasi yang tak terbatas dalam suatu waktu yang terbatas.

2. Biarpun Achilles berlomba melawan kura-kura ia tidak akan dapat melampauinya, kalau kura-kura itu mulai lomba lebih dulu. Sebab, ketika Achilles mulai di tempat start, kura-kura sudah maju dari tempat itu. Ketika Achilles tiba di situ, kura- kura sudah maju sedikit lebih jauh. Dan seterusnya, secara tak berhingga.

3. Objek-objek yang diam menempati sebuah ruang yang sama dengan dimensi objek-objek itu sendiri. Sebuah anak panah yang meluncur pada setiap saat menempati sebuah ruang yang sama dengan dimensi-dimensinya. Maka, sebuah anak panah yang meluncur, diam.

4. Dua benda yang bergerak dengan kecepatan yang sama dan dengan arah yang saling berlawanan memiliki kecepatan dua kali lebih besar daripada benda ketiga yang melampaui benda yang diam. Dengan demikian gerak atau perubahan itu sebenarnya hanya ilusi belaka.

 

Incoming search terms:

  • pengertian paradoks
  • arti paradoks
  • paradoks adalah
  • Arti paradox
  • pengertian paradox
  • apa itu paradoks
  • paradoks
  • paradok
  • apa itu paradox
  • Arti paradok
ARTI PARADOKS | ADP | 4.5