BAGAIMANA MENGKATEGORIKAN ORANG

By On Saturday, November 30th, 2013 Categories : Bikers Pintar

Tanggapan para pengamat terhadap stimulus yang menonjol tidak terpisah-pisah; mereka dengan segera dan secara spontan mengamatinya sebagai bagian dari sebuah kelompok atau kategori. Lelaki yang tidak bercukur, jorok, berambut kusut serta memakai sepatu butut sambil membawa tas belanja tua di suatu taman tidak kita lihat sebagai manusia tidak normal; kita langsung mengkategorikannya sebagai gelandangan. Bila kita menonton pertandingan basket, biasanya kita mengkategorikan orang secara langsung sebagai anggota salah satu di antara lima kelompok sosial; pemain salah satu tim, wasit, pemberi semangat regu, dan penonton. Kategorisasi atau proses pengelompokan itu bersifat langsung, spon- tan, dan tidak makan banyak waktu atau dipikirkan lebili lama daripada Anda memikirkan tentang kategori objek mana yang mencakup pinsil Anda.

Mengkategorikan Orang.

Pada tahap paling bawah kita mengkategorikan berdasarkan persamaan alamiah dalam penampilannya. Kita cenderung memasukkan orang ke dalam kategori “pria” atau “wanita” berdasar karakteristik fisik mereka, biasanya karakteristik seks mereka, dan secara kultural menguraikan perbedaan-perbedaan dalam penampilan (panjang rambut, dandanan, jenis pakaian). Begitu pula kita memasukkan orang itu ke dalam pengelompokan sosial seperti kategori ras, sebagaimana digambarkan dalam cerita tentang Lize Venter. Walaupun demikian, riset yang dilakukan belum lama berselang ini memberikan jawaban yang lebih tepat. Terdapat persamaan amat penting antara objek yang dikategorikan dan contoh khusus atau ideal dari kategori tersebut yang dinamakan pro to tip. Sebagai contoh, anjing akan lebih termasuk prototip binatang menyusui dari pada ikan paus, karena jenis binatang menyusui umumnya mempunyai bulu di tubuhnya, berjalan dengan empat kaki, dan tinggal di darat. Jadi, manusia pada umumnya akan memutuskan apakah seekor binatang yang kurang dikenal itu termasuk mammalia atau tidak dengan membuat anjing sebagai perbandingan, bukan ikan pauS.

Apakah konsekuensi kategorisasi? Ia mempercepat waktu pemrosesan informasi, seperti dikemukakan gagasan “si kikir kognitif.” Sebagai contoh, Brewer et al. (1981) menampilkan potret orang dalam tiga kategori kepada para subjek, yaitu “nenek,”‘”wanita muda,” dan “warga usia lanjut,” disertai keterangan lisan yang menjelaskan kategori mereka. Kemudian mereka memberikan kepada subjek informasi tambahan mengenai masing-masing orang, dan mengukur berapa lama para subjek menggabungkan informasi tadi menjadi kesan mereka. Informasi yang konsisten dengan pro to tip kategori itu (“ramah” untuk “nenek”) diproses lebih cepat daripada informasi yang tidak konsisten dengannya (seperti “agresif” untuk nenek).

Kategorisasi menyederhanakan dan mempermudah pemrosesan. Segi lainnya ialah bahwa kategorisasi dapat mengarah kepada kekeliruan persepsi. Terlampau menyederhanakan dapat menghilangkan beberapa di antara karakteristik unik seseorang/Contohnya, Taylor dan rekan-rekannya (1978) menyuruh beberapa mahasiswa untuk mendengarkan rekaman mengenai diskusi sekelompok dan sekaligus memutarkan slide’ tentang para anggota kelompok yang sedang berdiskusi tersebut. Gambar slide menunjukkan enam pria yang sedang mendiskusikan kampanye iklan sebuah pertunjukan. Tiga di antaranya orang kulit putih, dan tiga lagi berkulit hitam. Setelah sele-sai, para mahasiswa itu diberi daftar tentang saran-saran yang dikemukakan selama diskusi, dan diminta mengidentifikasi mana di antara peserta diskusi yang telah mengajukan saran. Mereka keliru menentukan saran-saran mana yang diajukan orang-orang yang merupakan satu ras, tetapi benar dalam menentukan saran-saran yang diajukan peserta diskusi dari ras lainnya. Maksudnya, para pengamat membuat lebih banyak kekeliruan dalam satu ras dibandingkan antar ras. Maka jelaslah bahwa selama mereka menonton pertunjukan, mereka mengkategorikan bahwa saran-saran itu dibuat seorang berkulit hitam atau seorang kulit putih, dan bukan dengan mengingat individu mana yang membuat usul tersebut. Kategorisasi semacam itu tentu saja tidak adil karena telah mengarahkan kita agar melewati karakteristik unik orang tertentu.

BAGAIMANA MENGKATEGORIKAN ORANG | ADP | 4.5