MENGUKUR PRODUKTIVITAS TENAGA KERJA

By On Tuesday, November 24th, 2015 Categories : Bikers Pintar

Pada masa sekarang ini perhatian perusahaan terhadap faktor produksi yang berupa tenaga kerja semakin ditingkatkan, bila dibandingkan dengan faktor-faktor produksi lainnya. Suatu proses produksi akan berhasil, karena adanya tenaga kerja yang menangani proses produksi tersebut.
Pada umumnya manusia senantiasa berusaha untuk dapat memperbaiki tingkat hidupnya atau tingkat kesejahteraannya dengan berbagai kegiatan usaha, mengutip pemikiran Douglas Mc Gregor yang dituangkan dalam buku The Human Side of Enterprise, Sondang P. Siagian mengemukakan dua klasifikasi tentang manusia. Klasifikasi pertama pada dasarnya melihat, bahwa manusia cenderung berperilaku negatif. Klasifikasi ini dikenal dengan Teori X. Dalam teori ini, manusia dicirikan dengan tidak suka bekerja (bahkan berusaha mengelak pekerjaan), perlu dipaksa dan diawasi pekerjaannya, perlu diancam dengan hukuman, dan cenderung tidak ingin maju.
Sebaliknya, klasifikasi kedua melihat manusia pada dasarnya berperilaku positif. Beberapa ciri yang melekat adalah pekerjaan dilihat sebagai sesuatu yang alamiah sehingga dalam melaksanakannya tidak perlu terlalu diarahkan. Justru, manusia akan berusaha mengendalikannya. Bahkan, ma-nusia cenderung untuk menunjukkan kreatifitasnya, serta siap menerima tanggung jawab yang lebih besar. Klasifikasi kedua ini dikenal sebagai Teori Y.
Berdasarkan pada pemikiran Douglas Mc Gregor inilah penulis akan membahas masalah produktifitas yang sampai saat ini konsep tersebut bagi sebagian besar perusahaan di Indonesia masih asing, terutama tentang metode pengukuran dan kegunaannya. Padahal di dalam situasi persaingan yang semakin ketat, setiap perusahaan harus menekan segala macam pemborosan agar dapat tetap bertahan dan bersaing. Produktifitas merupakan faktor ypng sangat penting dalam usaha meningkatkan daya saing suatu per-usahaan.
Pada tingkat perusahaan diakui bahwa upaya mengatur sumber daya manusia menyangkut banyak sekali tugas dan kegiatan, sebagian besar waktu dan tenaga tercurah pada urusan-urusan hubungan industrial untuk berbagai macam hal yang sering kali tidak berkaitan dengan produktifits. Kegiatan-kegiatan itu memang penting, tetapi pada akhirnya pengolahan sumber daya manusia dalam perusahaan akan ditanyakan, apakah para pekerja sudah bekerja secara efektif untuk mencapai tujuan perusahaan atau dengan kata lain, apakah sumber daya manusia telah dimanfaatkan secara optimum.
Dalam konsep manajemen, manusia diharapkan dapat memanfaatkan tenaga sepenuhnya atau seoptimal mungkin untuk meningkatkan produktifitas, yang diikuti oleh terciptanya hubungan kerja yang bermutu dengan konotasi yang menyenangkan, penuh tenggang rasa dan saling membangun. Dalam memanfaatkan sepenuhnya sumber daya manusia itu-terkandung pengertian pembinaan struktur organisasi dan pengembangan mutu tenaga kerja secara aktual maupun potensial.
Usaha ini menuntut keterlibatan seluruh karyawan perusahaan di mana setiap orang dapat merasakan pentingnya produktifitas yang meningkat, lalu berperan serta. Jadi, dari pihak karyawan harus nampak bahwa bagi mereka peningkatan produktifitas bukan sekedar alat kosmetik artinya hanya digembor-gemborkan saja, tetapi tidak didukung oleh tindakan. Keterlibatan dalam meningkatkan produktifitas menuntut beberapa program tindakan yang nyata, disamping komunikasi dan propaganda. Bila tindakan itu tidak nyata, karyawan tidak akan melihat gunanya peran serta dalam meningkatkan produktifitas mereka. Para penyelia harus dapat melihat dengan nyata bahwa atasan mereka menegaskan kata-kata mereka dengan tindakan dan dengan penuh kesadaran berkarya ke arah peningkatan produktifitas.
Pada dasarnya, setiap bentuk masukan bila dikuantifikasikan dapat digunakan sebagai faktor penyebut (pembagi) pada rasio produktifitas. Atas dasar itulah orang dapat berbicara tentang produktifitas lahan, produktifitas modal, produktifitas tenaga kerja atau produktifitas dari berbagai subkategori lain masing-masing faktor produksi. Banyaknya produktifitas yang harus diukur oleh perusahaan, maka penulis hanya membatasinya dalam menghitung/menganalisa rasio produktifitas tenaga kerja. Karena sampai sekarang ini tenaga kerjalah yang lazim dijadikan faktor produktifitas. Hal ini disebabkan ‘pertama, karena besarnya biaya yang dikorbankan untuk tenaga kerja sebagai bagian dari biaya yang terbesar untuk pengadaan produk/jasa. Kedua, karena masukan pada sumber daya manusia lebih rrtudah dihitung ketimbang masukan faktor-faktor lain seperti modal, lahan, produksi, penjualan. Menghitung berapa jumlah karyawan (lepas dari masalah perbedaan ketrampilan dan intensitas kerja) jauh lebih nrlj’dah ketimbang mencari faktor-fafctor produksi lainnya. Di samping itu kemajuan teknologi yang mempermudah pembuatan barang/jasa, berasal dan berkembang dari tenaga kerja.
Oleh karena itu kita harus melakukan pengukuran-pengukuran produktifitas tenaga kerja untuk mengetahui apakah perusahaan telah bekerja secara efektif dan efisien.
PRODUKTIFITAS
Pengertian
Para ahli manajemen memberikan pengertian produktifitas sesuai dengan keinginannya masing-ma-sing tetapi pada prinsipnya adalah sama. Perbedaan ini adalah akibat perbedaan latar belakang, pendidikan, pengetahuan, situasi dan kondisi para ahli manajemen ter-sebut berkecimpung. Tetapi secara umum produktifitas adalah me-rupakan rasio antara hasil kegiatan (output) dengan semua pengorbanan untuk mewujudkan hasil tersebut (input).
Untuk pengertian produktifitas secara lebih jelas lagi di bawah ini terdapat beberapa pengertian produktifitas, di antaranya menurut Luis Sabourin dalam Rusli Syarif, (1991) yaitu :
Rumusan tradisional dari produk-tifitas total tidak lain adalah ratio apa yang dihasilkan (output) ter-hadap seluruh apa yang digunakan (input) untuk memperoleh hasil tersebut.
Dan menurut John Kedrick dalam James AF. Stoner (1989) mendefinisikan :
Produktifitas adalah hubungan antara keluaran (output) berupa barang dan jasa (O) dengan masuk-an berupa sumber daya (I) baik manusia ataupun bukan manusia yang digunakan dalam proses produksi dalam hubungan ini dinyatakan dengan bentuk ratio O : I. Atau dapat dinyatakan dengan rumus:
keluaran
(outpu)
Produktifitas — Masukan (input)
Input — -> Proses
Produksi > Output

Produktifitas bukanlah merupakan ukuran dari produksi atau output yang dihasilkan, melainkan ukuran tentang tingkat penggunaan sumbersumber untuk mencapai hasil yang diharapkan, sehingga : Hasil Output Yang Diharapkan Produktifitas Input Sumber Yang Digunakan

Hasil yang didapatkan berhubungan dengan efektifitas pencapaian suatu misi atau prestasi. Sedangkan sumber yang digunakan berhubungan dengan efisiensi dalam memperoleh hasil dan menggunakan sumber yang minimal. Sedangkan pengertian produktifitas menurut Payaman J. Simanjuntak (1985) sebagai berikut:
Produktifitas mengandung pengerti-an Filosofis, Definisi kerja dan Teknis Operasi. Secara filosofis, produktifitas mengandung pandangan hidup dan sikap mental yang selalu berusaha untuk me-ningkatkan mutu kehidupan. Untuk definisi kerja, produktifitas meru-pakan perbandingan antara hasil yang dicapai (keluaran) dengan keseluruhan sumber daya (masukan) yang dipergunakan persatuan waktu. Teknis kerja mengandung makna peningkatan produktifitas yang dapat terwujud dalam empat bentuk:
1. Jumlah produksi yang sama diperoleh dengan menggunakan sumber daya yang lebih sedikit.
2. Jumlah produksi yang lebih besar dapat dicapai dengan sumber daya yang kurang.
3. Jumlah produksi yang lebih besar dapat diperoleh dengan sumber daya yang sama.
4. Jumlah produksi yang lebih besar dapat dicapai dengan sumber daya yang relatif lebih kecil.

Dari beberapa pengertian produktifitas yang telah dijabarkan diatas maka dapat dikemukakan beberapa tujuan dari pengukuran produktifitas antara lain adalah untuk membandingkan :
1. Pertambahan produksi dari waktu ke waktu.
2. Pertambahan pendapatan dari waktu ke waktu.
3. Pertambahan kesempatan kerja dari waktu ke waktu.
4. Jumlah hasil sendiri dengan hasil orang lain.
5. Komponen prestasi utama sendiri dengan komponen prestasi orang lain.

Manfaat Pengukuran produktifitas dapat dilakukan pada berbagai skala unit kegiatan. Dimulai dari skala yang terkecil sampai yang terbesar, yaitu stasiun kerja, unit perusahaan atau seksi, tingkat perusahaan, industri, nasional dan internasional, masingmasing tingkatan unit membentuk lingkungan pengukuran produktifitas yang masing-masing mempunyai manfaat sendiri.
Manfaat pengukuran produktifitas yang dapat diambil untuk tingkat perusahaan organisasi menurut David J. Sumath, yaitu :
1. Perusahaan dapat menilai efisiensi penggunaan sumber daya dalam menghasilkan barang atau jasa.
2. Pengukuran produktifitas berguna untuk perencanaan sumber daya, baik untuk jangka pendek maupun jangka panjang.
3. Usaha pengukuran produktifitas dapat dipakai untuk mepyusun kembali tujuan ekonomi dan non ekonomi perusahaan.
4. Berdasarkan hasil pengukuran tingkat produktifitas di masa. mendatang.
5. Strategi untuk meningkatkan produktifitas dapat ditentukan berdasarkan perbedaan antara tingkat produktifitas yang direncanakan dengan tingkat produktifitas yang diukur.
6. Pengukuran produktifitas dapat dipakai untuk membandingkan unjuk kerja manajemen dalam perusahaan dengan perusahaan yang sejenisnya maupun dalam lingkup nasional.
7. Nilai-nilai produktifitas yang dihasilkan dari pengukuran produktifitas dapat digunakan dalam perencanaan tingkat keuntungan perusahaan.
8. Pengukuran produktifitas akan menciptakan tindakan persaingan.
9. Penawaran kolektif dapat dicapai lebih rasional saat diperoleh perkiraan produktifitas.

Teknik pengukuran
Rasio menggambarkan suatu hubungan perimbangan antara suatu jumlah tertentu dengan jumlah yang lain, dan dengan menggunakan alat analisa berupa rasio. Ini akan dapat menjelaskan tentang baik atau buruknya keadaan suatu perusahaan terutama apabila angka rasio tersebut dibandingkan dengan angka rasio pembanding yang digunakan sebagai standar.
Dalam model Habberstad, angka kunci untuk kriteria penilaian produktifitas tenaga keria adalah rasio dari Gross Margin (Laba Kotor) dengan Total Wages (Biaya Tenaga Kerja).

MENGUKUR PRODUKTIVITAS TENAGA KERJA | ADP | 4.5