PENGERTIAN – ARTI HIPOTESIS

By On Friday, July 26th, 2013 Categories : Bikers Pintar

HIPOTESIS

Dari Yunani hypo (di bawah) dan thihenai (meletakkan). Jadi, fundasi atau pengandaian. Istilah ini sering dipakai untuk menunjukkan sebuah penjelasan sementara yang, tergantung pada derajat konfirmasinya, kelak dapat diterima sebagai sebuah teori atau hukum yang diterima.

1. Plato menjadikan hipotesis garis ketiga dalam tangga kebenarannya, bagian yang berhubungan dengan entitas-entitas matematis. Dalam penerapannya yang paling sentral, metode hipotesis bagi Plato merupakan metode geometri di mana kita mencari entitas geometri kedua (entitas geometri pertama tidak dapat dibuktikan langsung) yang dapat dibuktikan dan entitas yang pertama dapat ditarik dannya.

2. Aristoteles menganggap sebuah hipotesis sebagai pernyataan yang dapat dibuktikan dengan demonstrasi tanpa bukti, tetapi diterima dan digunakan di dalamnya. Juga dikatakannya bahwa hipotesis-hipotesis mempostulatkan fakta-fakta berdasarkan apa yang adanya tergantung pada adanya fakta-fakta yang disimpulkan.

3. Descartes kadang kala berbicara seolah-olah hipotesis merupakan pernyataan yang tidak diketahui benar atau salah, tetapi titik tolak yang bagus untuk mendeduksikan kesimpulan.

4. Lotze menganggap hipotesis sebagi pengisi lubang logis antara dalil-dalil niscaya dan pengalaman.

5. Comte dan lain-lain memakai istilah “hipotesis eksperimental” untuk pernyataan mana pun, yang harus mendapat atau tidak mendapat konfirmasi dengan percobaan. Istilah itu berlawanan dengan “hipotesis ad hoc”.

6. Hipotesis, menurut Peirce, dibentuk dengan abduksi, artinya, pikiran bertolak dari suatu fenomen tertentu ke suatu kondisi yang sanggup menjelaskan fenomen itu.

7. Istilah “hipotesis” dipakai dalam istilah “metode hipotetiko-deduktif”. Metode ini biasanya dikaitkan dengan prosedur matematika dan fisika. Ia mengeksplisitkan, melalui deduksi, semua yang implisit dalam seperangkat premis. Bila metode ini digunakan untuk mengkonfirmasi sebuah hipotesis, hipotesis itu, yang bergabung dengan seperangkat premis yang sudah dikonfirmasi, digunakan untuk mendeduksi kalimat-kalimat observasi, yaitu kalimat-kalimat yang menyatakan sesuatu yang dapat diamati, yang nanti dapat diuji. Nilai hipotesis tergantung pada peranannya dalam membantu mendeduksi kalimat-kalimat observasi, yang ternyata benar dan menarik. Sering diutarakan, hipotesis-hipotesis yang menarik, yang pada akhirnya ternyata tidak benar, dapat bermanfaat dalam mcngarahkan jalan kepada hipotesis-hipotesis lain yang dapat dikonfirmasikan.

8. Istilah hipotesis dulu digunakan untuk mengacu kepada klausa anteseden dari sebuah pernyataan jika-maka; artinya, klausa konsekuen dikondisikan oleh asumsi (pengandaian) klausa anteseden. Keabsahan praktek ini diperlemah, dalam tingkat ter- tentu, oleh fakta bahwa dalam kalkulus proposisional, dua bagian dari pernyataan jika-maka tidak harus berhubungan satu sama lain. Dulu, proposisi-proposisi hipotesis dipertentangkan dengan proposisi-proposisi kategoris. Akan tetapi, sekarang, teori tentang proposisi-proposisi berangapan bahwa “Semua S adalah P” harus ditulis kembali, menjadi “Untuk X apa saja, kaiau X adalah S maka X adalah P”. Lebih jauh, karena semua proposisi majemuk — konjungtif, disjungtif, dan kondisional — mempunyai bentuk yang sama, dalam arti tertentu, semua dapat dianggap sebagai hipotesis.

9. Dalam arti sempit, dengan silogisme hipotetis dimaksudkan penaiaran dengan bentuk “jika p maka q; jika q maka r; jika p maka r”. Dalam arti luas, dengan silogisme hipotetis dimaksudkan bentuk penaiaran mana saja, yang premis mayornya majemuk, dan premis minornya mengafirmasi atau menegasi (menolak) salah satu bagiannya.

PENGERTIAN – ARTI HIPOTESIS | ADP | 4.5