Pengertian chicago economics (ilmu ekonomi chicago) adalah Ini adalah cara Pandang yang khas terhadap ilmu ekonomi dan kebijakan ekonomi—sangat menekankan pada pasar bebas—yang diasosiasikan dengan University of Chicago setidaknya sejak 1930-an. Tidak semua ekonom yang terkait dengan University of Chicago menjadi anggota “mazhab Chicago”. Tidak semua anggota aliran ini berhubungan dengan University of Chicago. Tetapi, Chicago jelas menjadi induk dari satu cara berpikir dari orangorang yang mengajar di Chicago dan kemudian menjadi subjek penelitian atau diajarkan di sana.
Pendiri mazhab Chicago pada 1930-an adalah Profesor Frank H. Knight, Lloyd Mints, Henry C. Simons, dan Jacob Vi ner—meski Vizier menyangkal bahwa dia adalah anggota aliran ini. Dari kuliah-kuliah mereka, mahasiswa mulai menghormati pasar bebas sebagai metode penataan ekonomi. Tetapi, pengajaran ilmu ekonmui pada 1930-an memberi banyak perhatian pada dunia riil yang mungkin berbc:la dengan model ekonomi dan menyatakan bahwa dunia riil itu Tidak akan ideal Oka tidak sesuai dengan model ekonoini. Jadi, pemikiran “Chicago” pada era, misalnya, 1940-an, memberi rang yang cukup tapi terbatas bagi pemerintah untuk bertindak. Setelah Perang Dunia II kepemimpinan mazhab Chicago diserahkan ke generasi berikutnya, dengan tokoh utamanya Milton Friedman, George Stigler, Aaron Director, dan Ronald Coase. Pada 1970-an, muncul generasi ketiga, yang dipimpin antara lain oleh Gary Becker dan Robert Lucas.
Pasca Perang Dunia II, ilmu ekonomi Chicago berkembang ketiga arah. Pertama, seperti ilmu ekonomi pada umumnya, ia menjadi lebih empiris dan kuantitatif, kurang mengandalkan deduksi logis dari proposisi swabukti dan observasi umum, dan lebih sistematis dalam mengumpulkan data statistik dan historis. Kedua, ia menjadi “lebih murni”. Ia menemukan bahwa banyak kualifikasi untuk efisiensi pasar bebas yang sebelumnya diyakini ternyata tidak valid atau tidak penting. Jumlah pesaing (kompetitor) untuk mencapai hasil kompetisi yang bermanfaat ternyata sedikit. Apa yang sebelumnya dianggap sebagai inefisiensi lantaran informasi yang tidak mencukupi kini dilihat sebagai adaptasi efisien terhadap biaya pemerolehan informasi. Kegagalan pasar yang diduga ada di dalam kasus di mana aktor privat tidak punya insentif untuk mempertimbangkan efek terhadap pihak lain ternyata dapat dikoreksi melalui perjanjian antar masingmasing pihak. Proses purifikasi juga berlangsung dalam pendekatan makroekonomi. Pasar privat ternyata secara inheren lebih stabil ketimbang yang diduga pada 1930-an. Peran positif pemerintah untuk menstabilkan perekonomian kini diperbaiki dari kombinasi ad hoc antara kebijakan fiskal dan moneter untuk mempertahankan tingkat pertumbuhan suplai uang yang konstan. Efek positif dari kebijakan moneter terhadap output riil dan lapangan kerja dianggap bersifat sementara dan dalam beberapa versi bahkan dianggap tidak ada. Ketiga, ilmu ekonomi Chicago menjadi, meminjam istilah George Stigler, “imperialistik”. Aliran ini berusaha mengaplikasikan hipotesis dan metodenya pada sosiologi, ilmu hukum, dan ilmu politik. Aplikasi ke ilmu hukum dan politik cenderung mendukung pasar bebas dengan menunjukkan bahwa interpretasi yang benar terhadap hak-hak hukum akan memperkuat efisiensi pasar dan dengan menunjukkan ketidakandalan proses politik sebagai tindakan korektif untuk kegagalan pasar.
Mungkin hanya ada minoritas ekonom Amerika yang menganggap diri mereka sebagai kelompok Chicago. Tetapi, pengaruh Chicago terhadap pemikiran ekonomi amatlah mendalam. Bahkan para ekonom yang tidak mengikuti jejak mazhab Chicago merasa perlu analisis yang lebih terbuka dan halus atas model pasar sebagai penjelasan dan preskripsi. Demikian pula, para ekonom yang tidak “monetaris” mulai sepakat pada anti penting uang dan perlunya mencari strategi yang lebih baik untuk mengelola uang ini. Beberapa anggota mazhab Chicago menyangkal memengaruhi kebijakan publik, sebab mereka percaya bahwa kebijakan itu dibuat oleh individu atau kelompok yang memiliki kepentingan tersendiri yang punya semua informasi yang mereka inginkan. Akan tetapi, dalam pandangan yang agak longgar kita dapat melihat pengaruh penting dari pemikiran Chicago, selama 1970-an dan 1980-an, dalam mengurangi regulasi pemerintah, dalam mengambangkan nilai dolar, dalam arah baru kebijakan anti-trust dan dalam kebijakan moneter.