PENGERTIAN ETIKA

By On Friday, March 7th, 2014 Categories : Bikers Pintar

Istilah dari bahasa Yunani ethos yang arti­nya kebiasaan, salah satu cabang filsafat yang diba­tasi dengan dasar nilai moral menyangkut apa yang diperbolehkan atau tidak, yang baik atau tidak baik, yang pantas atau tidak pantas, pada perilaku manu­sia. Batasan itu menjadi dasar tata cara pergaulan dan penyesuaian diri, karena itu orang sering menyebut­nya filsafat moral. Etika berbeda dengan etiket yang cenderung berarti aturan. Kadang kala kedua istilah itu saling dipertukarkan dalam bahasa sehari-hari.

Fokus utama etika berhubungan dengan (1) meta ethics, artinya berperanan menganalisis makna dan ha­kikat unsur moral dalam tindakan, pikiran, dan ba­hasa seseorang serta cara-cara yang mendukung per­timbangan moral; (2) etika normatif seperti apa ada­nya, artinya mengevaluasi unsur dan cara itu dengan mengembangkan kriteria untuk menetapkan aturan dan pertimbangan baik dan benar.

Etika komparatif atau deskriptif merupakan studi empiris menyangkut kepercayaan dan praktik moral berbagai orang dan budaya yang berbeda di berbagai tempat dan waktu. Tujuan etika komparatif bukan saja untuk mengelaborasikan kepercayaan dan prak­tik itu, tetapi juga memahaminya sejauh mtlngkin se­bagaimana kepercayaan dan praktik itu, secara kau­sal, dipengaruhi oleh lingkungan sosial, ekonomi, dan geografi. Etika komparatif sesuai dengan materi ilmu sosial seperti antropologi, sejarah, sosiologi, dan psi­kologi.

Studi empiris menunjukkan bahwa semua masya­rakat memiliki aturan moral yang memperbolehkan atau melarang tindakan tertentu dan aturan ini di­ikuti sangsi sebagai konsekuensi pelanggarannya. Tu­gas etika komparatif menemukan pola perilaku ma­nusia dan bila mungkin mencari alasan dalam kaitan­nya dengan persamaan dan perbedaan yang tercatat sebagai tindakan etis oleh berbagai masyarakat.

Berbeda dengan etika komparatif, etika normatif adalah bagian filsafat moral atau etika yang mempu­nyai dua arah perhatian. Arah pertama berkaitan de­ngan analisis psikologis atau sosial yang menjelaskan pernyataan etis; memperlihatkan apa yang disetujui atau ditolak dan mengapa menyetujui atau tidak me­nyetujui sesuatu yang kita kerjakan. Arah kedua, etika yang menyibukkan diri dengan pemantapan atau menganjurkan tindakan tertentu, tujuan, pandangan yang diambil dan dikejar, kebenaran, kebaikan, ke­utamaan, kebijaksanaan serta menolak atau menghin­dari tindakan lain sebagai yang salah, buruk, jahat, atau bodoh. Perhatian utama lebih pada tindakan daripada persetujuan, lebih pada tuntunan tindakan daripada penjelasan tindakan. Langkah ini berguna untuk mencari dan mengatur tingkah laku atau tabiat yang ideal dan menjadi standar, kebaikan, kriteria etis atau prinsip utama. Pada banyak filsuf, kedua pendapat itu terjalin satu sama lain. Arah pertama dominan dan dekat dengan etika Hume, Schopen­hauer, tokoh evolusi, Westermack, dan M. Schlick dan kaum positivistik, sedangkan arah kedua dominan da­lam etika pada hampir semua ahli moral lain.

Salah satu masalah etika adalah yang berhubungan dengan penyelidikan makna pernyataan etis, benar atau salah, objektif atau subjektif. Bagaimana per­nyataan itu dapat disistematisasi ke dalam satu prin­sip utama atau lebih. Di pihak lain, etika berhubung­an dengan tingkah laku manusia atau pernyataan etis kita sebagai fakta sejarah dan fakta manusiawi. Se­ring dikatakan bahwa jenis penyelidikan pertama itu tidak merupakan masalah etika tetapi masalah psiko­logi. Namun dalam kasus kedua penyelidikan itu bo­leh dikatakan bahwa tujuan etika sebagai bagian fil­safat merupakan teori dan bukan praktik, pengeta­huan dan bukan tindakan. Walaupun demikian ha­rus dicatat bahwa tujuan teori itu untuk praktik dan pengetahuan untuk mengetahui bagaimana orang ha­rus hidup. Tetapi beberapa moralis yang menekankan pendekatan kedua menolak bahwa etika sebagai bi­dang atau ilmu bersifat kognitif; mereka menekankan bahwa prinsip utama etika hanya pemecahan atau pi­lihan bukan pernyataan tentang yang benar atau sa­lah. Mereka itu antara lain Nietzsche, Santayana.

Pendapat etika dapat dibagi menjadi dua kelompok: (a) pernyataan nilai, putusan sebagai baik atau buruk, mau atau tidak mau, sebagai tujuan, penga­laman, kecondongan, misalnya “Pengetahuan adalah baik”; (b) pernyataan kewajiban, putusan sebagai ke­wajiban, keharusan, benar atau salah, bijaksana atau bodoh terhadap berbagai tindakan atau tingkah la­ku, putusan yang membahagiakan, menyetujui atau mengutuk tingkah laku tertentu. Karena itu ada dua etika: (1) teori nilai atau axiologi yang berhubungan dengan pernyataan nilai, ekstrinksik atau instrinksik, penilaian; (2) teori kewajiban, keharusan atau deon- tologi yang berhubungan dengan pernyataan kewajib­an, keharusan. Dalam teori nilai orang memperhati­kan analisis dan penjelasan (secara psikologis atau so­sial) pelbagai keputusan nilai atau memantapkan dan menyetujui hal-hal tertentu sebagai baik atau sebagai tujuan, dan dalam teori kewajiban orang akan mem­perhatikan dalam analisis maupun penjelasan pelba­gai pernyataan keharusan dengan mempertahankan langkah tindakan tertentu sebagai benar dan bijak­sana.

PENGERTIAN ETIKA | ADP | 4.5