PENGERTIAN JURNALISTIK BARU – Suatu gaya penulisan reportase amat mendalam yang secara intensif menggunakan bahasa sastra dan teknik penulisan novel. Tradisi baru dalam dunia pers ini mula-mula dikembangkan di Amerika Serikat sejak tahun 1950-an, sementara para pelopornya sendiri tidak menyadari benar bahwa mereka sedang menciptakan gaya baru dalam penulisan jurnalistik. Tom Wolfe, pengarang dan wartawan yang dianggap sebagai pelopor terkemuka Jurnalistik Baru, mungkin merupakan orang pertama yang menyadari adanya perkembangan baru ini.
Suatu hari di tahun 1962, Wolfe membaca karangan Gay Talese berjudul “Joe Louis: The King as a Middleaged Man” (Joe Louis: Raja sebagai Laki-laki Setengah Baya) dalam majalah terkemuka Esquire. Tulisan Talese, pelopor Jurnalistik Baru lainnya, lebih mirip cerita pendek daripada karangan bukan-fiksi. Itulah saat pertama kali Wolfe sadar bahwa Jurnalistik Baru tengah berkembang.
Laporan Jurnalistik Baru sangat terinci, dan bukan saja faktual melainkan juga mengandung emosi. Amat terasa bahwa fakta bercampur-baur dengan tafsiran dan pendapat pengarang. Dalam tulisan mengenai seorang tokoh, misalnya, direkam tingkah-laku dan gaya hidupnya: bagaimana ia memperlakukan anak-anak, para pelayan, atasan dan bawahan, serta rekan-rekannya; bagaimana pula pakaian, dekorasi rumah, dan alat-alat rumah tangganya.
Laporan lengkap dan panjang seperti itu hanya dapat disusun setelah dilakukan pengamatan dan penelitian yang lama. Penelitian tersebut dapat berlangsung berhari-hari, berminggu-minggu, bahkan berbulan-bulan. Hunter Thompson memerlukan waktu 20 bulan untuk mengumpulkan bahan bagi karangannya tentang gerombolan pengendara sepeda motor yang menyebut dirinya “Hell’s Angels”. Selama hampir dua tahun itu ia tinggal bersama mereka.
Persaingan Sastra dan Televisi. Jurnalistik Baru timbul dari persaingan antara jurnalistik media tercetak dan siaran televisi serta karya sastra. Kecepatan penyiaran peristiwa melalui televisi, yang dilengkapi dengan gambar yang menarik, dengan cepat mendapat simpati penonton sehingga dianggap sebagai ancaman terhadap jurnalistik tulis. Pada tahun-tahun yang sama, sekitar 1950-an dan 1960-an, novel dan para novelis juga sedang naik daun. Waktu itu, keberhasilan menulis novel dianggap sebagai puncak prestasi yang mutlak, sehingga dalam dunia seni menulis novel menjadi cita-cita tertinggi.
Menyadari luasnya animo masyarakat terhadap novel, para pelopor Jurnalistik Baru mempelajari teknik penulisan noyel dan menerapkannya ke dalam tulisan mereka. Tulisan mereka menjadi lebih menarik sehingga juga dapat bersaing dengan laporan televisi.
Di Indonesia, Jurnalistik Baru sering dikatakan Jurnalisme Baru, sebagai terjemahan langsung dari penamaan aslinya di Amerika Serikat, New Journalism. Para wartawan yang menulis dengan gaya baru ini disebut Jurnalis Baru {New Journalist). Mereka juga dinamakan penulis bukan-fiksi, untuk membedakannya dengan para sastrawan yang disebut penulis fiksi.
Incoming search terms:
- pengertian jurnalisme baru
- jurnalisme baru
- jurnalistik baru
- jurnalisme baru adalah
- pengertian jurnalistik baru