PENGERTIAN KEJAWEN – Suatu istilah yang mengandung beberapa pengertian. Koentjaraningrat mengartikan Kejawen sebagai agami Jawi, yakni suatu kompleks keyakinan dan konsep Hindu-Budha yang cenderung Jas..arah mistik yang padu dan diakui sebagai “agama Islam”, dengan kata lain suatu varian dari agama Islam Jawa. Sebagai suatu sistem keyakinan, agama Jawi atau Kejawen mencakup keyakinan pada Allah dan Muhammad serta nabi-nabi lain; percaya akan konsep penciptaan alam semesta; percaya akan es- katologi, pada hidup dan akhirat; percaya akan adanya makhluk-makhluk halus, baik yang berupa penjelmaan nenek moyang, orang yang telah meninggal, atau roh penjaga, hantu, dsb.; percaya akan kekuatan sakti yang ada dalam alam semesta, termasuk dalam diri manusia.
Niels Mulder mengartikan Kejawen sebagai Javanisme, yang merupakan agama sekaligus pandangan hidup orang Jawa yang menekankan ketenteraman, keselarasan, dan keseimbangan batin, sikap nerima dan menempatkan individu di bawah masyarakat dan masyarakat di bawah alam semesta.
Abdullah Tjiptoprawiro mengartikan Kejawen sebagai kebudayaan Jawa yang mulai berkembang pada abad ke-8 dan mencapai puncaknya pada masa Majapahit. Kejawen meliputi kehidupan keagamaan, adat istiadat, dan kesenian. Di bidang keagamaan Kejawen merupakan perpaduan agama asli nenek moyang bangsa Indonesia dengan agama Hindu dan Budha (khususnya aliran Tantra), yang mana berintikan usaha untuk mencapai moksha atau nirwana, atau yang disebut juga manunggal. Dengan masuknya agama Islam, segi spiritual Kejawen terkikis dan yang masih tinggal adalah usaha batinnya untuk mencapai manunggal, dan oleh karena itu aliran ini disebut juga Kebatinan Jawa atau Kawruh Kejawen.
Ajaran Kejawen mengandung empat komponen, yakni filsafat, tata laku, pengembangan kekuatan batin, dan perwujudan pengalaman batin menuju manunggal. Harun Hadiwiyono menyebut Kejawen atau Kebatinan Jawa sebagai kebatinan yang diajarkan oleh orang Jawa yang mencerminkan pengolahan Jawa terhadap unsur-unsur kebatinan yang berasal dari luar Indonesia.
PENGERTIAN KEJAWEN – Sebuah majalah terbitan badan penerbit pemerintah Hindia-Belanda yang beredar antara tahun 1926 dan 1942. Kata kejawen dapat diartikan sebagai “dunia suku Jawa”, sebab sebelum majalah itu, terlebih dahulu muncul majalah Sri Poestaka (tahun 1918-1931) yang kemudian menjadi lampiran dari majalah Pandji Poestaka yang muncul pada tahun 1923. Kedua majalah itu terbit dalam bahasa Melayu, sedang majalah bahasa Sunda, Parahiangan, baru terbit tahun 1929. Penerbitan majalah-majalah tersebut berhenti pada saat Jepang menguasai Indonesia pada tahun 1942.
Pada mulanya Kejawen terbit setiap minggu, tetapi sejak tahun 1938 terbit dua kali seminggu. Majalah ini terbit dengan huruf Jawa dengan pemimpin redaksinya Soemantri Hardjadibrata. Dari isinya majalah ini menyerupai majalah Pandji Poestaka, yang memuat berita luar negeri dan dalam negeri, ruangan wanita, dan artikel ringan tetapi beris, serta gambar foto. Majalah Kejawen terkenal di kalangan pembacanya pada ruangan “Obrolan Petroek dan Gareng”, yang berisi dialog antara dua tokoh wayang kulit itu mengenai berbagai masalah aktual jaman itu. Pada tahun 1941, sejumlah obrolan tersebut diterbitkan oleh pengarangnya, yang tak lain pemimpin redaksi Kejawen, dengan judul Obrolanipoen Petroek. Begitu populernya rubrik obrolan ini, sehingga mendapat sambutan hangat dari K.G.P.A.A. Mangkunegara dan Raden Ayu Wedana. Menjelang masuknya Jepang, oplah majalah Kejawen sekitar 2.300 sampai 5.000 eksemplar. Sampai sekarang koleksi lengkap majalah ini masih dapat dibaca di perpustakaan Balai Pustaka.