Pengertian pan-africanism (pan-afrikanisme) adalah Istilah ini bisa didefinisikan sebagai perasaan solidaritas di antara orang Afrika dan keturunan Afrika. Kesadaran akan identitas bersama ini terkadang diintelektualisasikan menjadi sebuah teori yang diterjemahkan ke dalam tindakan politik. pan-Afrikanisme berusaha menciptakan satu pemerintahan untuk seluruh Afrika, dipadu dengan ikatan ekonomi dan politik yang kuat dengan keturunan Afrika di tempat lain.
Pan-Afrikanisme mungkin berbentuk emosi, ide atau aksi (tindakan). Ketika warga Afrika-Amerika masuk ke sidang Security Council di PBB pada 1961, melakukan interupsi untuk memprotes pembunuhan atas mantan perdana rnenteri Patrice Lumumba di Kongo (sekarang Zaire), protes itu merupakan emosi pan-Afrika yang diterjemahkan ke dalam tindakan politik. Ketika aktivis hak sipil kulit hitam Reverend Jesse Jackson pada 1989 merekomendasikan agar istilah “kulit hitam Amerika” diganti dengan “orang Afrika-Amerika”, maka ini adalah ide pan-Afrikanisme yang segera diadopsi sebagai kebijakan oleh banyak institusi publik di AS. Di Afrika sendiri, manifestasi pan-Afrikanisme berkisar dari mahasiswa Nigeria yang memprotes pembunuhan atas pemimpin kulit hitam Steve Biko di di Afrika Selatan hingga ke eksperimen ekonomi regional seperti East African Community (EAC) yang sudah tak aktif sekarang, dan Economic Community of West African States (ECOWAS). Pan-Afrikanisme boleh jadi bersifat sub-Saharan (fokus utamanya adalah pada orang Afrika di selatan gurun Sahara seperti ketika pada 1980-an Presiden Mobutu Sese Seko dari Zaire merekomendasikan organisasi khusus negara kulit hitam Afrika), atau trans-Saharan (berusaha menyatukan kulit hitam Afrika dengan Arab-Afrika), atau trans-Atlantic (solidaritas antara warga Afrika dan kulit hitam di dunia Barat), atau global (perasaan identitas bersama di antara warga keturunan Afrika di semua tempat). Keturunan Afrika yang berada di luar Afrika merupakan apa yang dinamakan “diaspora Afrika” atau “diaspora kulit hitam.” Pada pergantian abad orang-orang kulit hitam mengalami derita penindasan politik, eksploitasi ekonomi, dan degradasi sosial di bawah CommAusm dan diskriminasi rasial sistematis. Selain Ethiopia, Haiti dan Liberia, kehidupan warga kulit hitam Afrika berada di bawah kontrol Eropa. Dominasi “pan-Eropa” menimbulkan keyakinan bahwa pembebasan kulit hitam akan bergantung pada kesatuan politik hulit hitam. Akibatnya, All-African People Organization yang diluncurkan oleh Kwarne Nkrumah di Ghana, yang melakukan rapat pertama di Accra pada 1958 dan kemudian di Tunisia dan Kairo, memuat partisipasi penuh warga Afrika. All-African People Conferences tidak dibatasi pada pemerintah saja tetapi juga mencakup gerakan kemerdekaan dan serikat pekerja. Resolusi mereka memberikan kemajuan lanjutan dalam pemikiran pan-Afrika: harus ada “kepribadian Afrika” dalam persoalan internasional dan “neokolonialisme” harus dilawan. Arnbisi terbesar pan-AfrikaniSme kontinental adalah menciptakan supra-negara Afrika. Pendirian Organization of African Unity (OAU) pada 1963 adalah kompromi sederhana, karena piagamnya mencakup ketentuan berikut: nonintervensi dalam persoalan dalam negeri dari negara anggota dan penghormatan kepada kedaulatan dan integritas teritorial setiap negara. Organisasi antar-pemerintah ini tidak membuat langkah signifikan untuk menciptakan Negara Afrika Serikat. Bahkan di dalam OAU terdapat ketegangan antara pan-Afrikanisme dengan pan-Arabisme. Ada perbedaan antara pan-Afrikanisme pembebasan dengan pan-Afrikanisme integrasi. Pan-Afrikanisme pembebasan adalah sebentuk solidaritas dalam mengejar kebebasan dan penentuan nasib sendiri. Pan-Afrikanisme integrasi adalah solidaritas untuk mencapai integrasi regional, ekonomi dan politik. Pan-Afrikanisme pembebasan adalah kisah sukses: suara Afrika yang sepakat menentang kolonialisme dan menentang apartheid berhasil membantu memobilisasi seluruh dunia. Pan-Afrikanisme integrasi masih mengalami kegagalan. Pan-Afrikanisme trans-atlantik melemah pada paruh kedua abad ke-20. Meski demikian, W. E. B. Du Bois dari AS dan George Padmore dari Karibia menjadi warga Ghana setelah kemerdekaan. Malcolm X dan muslim kulit hitam lainnya sering digambarkan sebagai pan-Islamis dan pan-Afrika.
Gerakan hak sipil di AS berhubungan dengan politik dekolonisasi di Afrika. Gerakan Rastafaria di Jamaika menyebut Ethiopia sebagai Tanah Yang Dijanjikan dan memandang Hail Selassie sebagai Raja Ilahiah. PanAfrikanisme kultural di diaspora bervariasi mulai dari mengadopsi ritual religius Afrika ke popularitas gaya rambut Afrika, dari mengadopsi nama Afrika dengan mengganti nama perayaan Christmas dengan nama Afrika (Kwaanza, yang didasarkan pada bahasa Swahili yang berarti permulaan). Pengertian pan-africanism (pan-afrikanisme) adalah Pan-Afrikanisme trans-Atlantik artistik mencakup festival seni dan budaya yang diadakan secara rutin di Afrika dan wilayah diaspora. Yang paling terkenal adalah FF.STAC, yang diadakan di Lagos, Nigeria, pada 1976. Penyanyi, penari, penyair, dramawan, drumer, dan seniman lainnya berkumpul di Lagos. Setelah jeda selama hampir 30 tahun, kelompok intelektual diaspora radikal, yang tak puas dengan pan-Afrikanisme kontinental, mengusulkan “Kongres PanAfrika keenam.” Lebih dari 500 delegasi dan pengamat bertemu di Dar es Salaam pada 1974. Ini adalah kongres pertama yang diadakan di Afrika, dan selain hadir banyak pejabat pemerintah, juga hadir para intelektual gerakan kemerdekaan, cendekiawan diaspora dan tokoh utama Afrika. Maka ini adalah Kongres Pan-Afrika yang paling komprehensif. Kongres ini adalah salah satu upaya untuk memperbarui pemikiran pan-Afrika. Kongres Pan-Afrika kelima pada 1945 telah mempersempit fokus pan-Afrika ke benua Afrika (tidak ke seluruh populasi kulit hitam di seluruh dunia), sedangkan kongres keenam pada 1974 ini memperluas fokusnya dengan memasukkan persoalan rakyat tertindas di manapun mereka berada. Di Dar es Salaam, pan-Afrikanisme berusaha menjadi batu tumpuan “pan-humanisme.” Pengertian pan-africanism (pan-afrikanisme) adalah Salah satu debat utamanya adalah apakah kelas lebih menonjol ketimbang ras dalam perjuangan global menentang penindasan dan eksploitasi. Pan-Afrikanisme jarang menjadi gerakan massa; ia terutama adalah gerakan elit. Perkecualiannya adalah gerakan Marcus Garvcy. Garvey sendiri adalah orang Jamaika; pengikutnya terutama orang Afrika Amerika yang jumlahnya ratusan ribu. Tujuan gerakan ini adalah seperti pan-Afrika, namun tanpa anggota di luar AS. Pan-Afrikanisme dalam pengertian kontinental juga gagal menjadi gerakan massa. Inspirasi dari pan-Afrikanisme, dalam pengertian ini, bukanlah solidaritas kebangsaan tetapi solidaritas kontinental; akan tetapi, karena alasan ini, dampak pan-Afrikanisme kontinental terhambat oleh diversitas kultural, ekonomi dan politik di antara negaranegara Afrika yang muncul setelah merdeka. Bagi, misalnya, penduduk Nigeria, Ethiopia dan Zambia, pan-Afrikanisme dianggap lebih rendah ketimbang “nation-building” di setiap negara. Pan-Afrikanisme tak pernah menjadi gerakan yang bersatu, sebab, selain perpecahan yang sudah dipaparkan di atas, selalu ada versi liberal dan radikal, yang mewakili organisasi yang berbeda-beda. Juga ada perpecahan diaspora/pribumi. Selalu ada perbedaan kulit hitam/Arab dan francophone/anglophone. Kecuali untuk Kongres Pan-Afrika keenam di Dar es Salaam pada 1974, semua tendensi lain (termasuk yang melahirkan OAU) menampakkan ketegangan ini. Meski demikian banyak orang setuju clengan gagasan panAfrikanisme tanpa ikut bergabung dengan organisasinya. Pan-Afrikanisme bukan ideologi utuh karena ia bukan penjelasan sistematis tentang fenomena politik atau bukan program spesifik untuk perubahan politik. Belum ada teoretisi yang menyediakan prinsip dan definisi yang secara konseptual mengorganisasikan, secara sistematis, kondisi orang Afrika dan mereka yang berada di diaspora. Bahkan W. E. B. Du Bois dan Kwame Nkrumah, yang banyak menulis tentang pan-Afrikanisme, tidak memberikan gagasan tentang ideologi. Juga ada perselisihan tentang apa itu panAfrikanisme. Beberapa pihak mengklaim bahwa konsep konstituennya adalah sebagai berikut: Afrika sebagai tanah air dari semua orang yang berasal dari Afrika di manapun mereka berada; solidaritas antar orang Afrika; rehabilitasi masa lalu dan kehormatan Afrika dalam bidang kulturaI; kedaulatan Afrika untuk orang Afrika; dan harapan akan terwujudnya Afrika bersatu.