Pengertian peace (perdamaian) adalah Konsep perdamaian yang ketat, sebagai antitesis dari wAR, “mematahkan pedang untuk dijadikan mata bajak,” adalah lebih berguna, secara intelektual, ketimbang konsep yang memperluas maknanya sehingga malah membuatnya sinonim dengan utopian. Kebanyakan pemikiran tentang perdamaian di abad yang lalu adalah berupa resep-resep untuk menciptakan atau mengubah institusi internasional dalam rangka merespons dua perang dunia. Inis Claude (1956) mendaftar enam pendekatan untuk perdamaian melalui organisasi internasional: penyelesaian perselisihan secara damai, keamanan kolektif, perlucutan senjata, “debat besar,” perwalian, dan fungsionalisme. Belakangan, dalam edisi ketiga bukunya, dia menambahkan pendekatan ketujuh, diplomasi preventif. Penyelesaian damai menggunakan upaya membujuk negara untuk menunda tindak kekerasan dalam merespons situasi yang sangat menegangkan, sehingga emosi bisa mereda, fakta bisa dikaji secara netral, dan solusi alternatif bisa dicari. Keamanan 1.)lektif menekankan pada “keutuhan perdamaian,” berupaya menghalangi tindak agresi dari pihak manapun dengan mengajak semua negara untuk melawan agresi itu. Perlucutan senjata mengasumsikan bahwa perlombaan senjata akan mengancam perdamaian karena mendorong negara untuk bermusuhan dan (di era nuklir) memungkinkan pecahnya perang yang tidak diharapkan. Claude merasa skeptis terhadap tiga pendekatan tersebut di atas, yang semuanya dipakai dalam pembentukan Liga Bangsa-bangsa. Dia menganggap pendekatan lainnya lebih potensial. Pengertian peace (perdamaian) adalah “Debat besar,” yang ditunjukan oleh proseding Majelis Umum PBB, adalah bermanfaat karena ia menyediakan umpan balik kepada negara mengenai bagaimana kebijakan negara itu di mata negara lain, dan karenanya bisa menghasilkan penyesuaian dan kompromi. Perwalian, sebagaimana didefinisikan oleh Claude, mencakup sentua usaha, sejak era Liga Bangsa-bangsa, pengawasan internasional atas kekuasaan kolonial. Pcild.11 annya terhadap kesuksesan PBB dal.un mendesakkan dekolonisasi sebagai “peluang terakhir bagi peradaban Eropa untul, memperbaiki masa lalunya yang kelam dalam menghadapi orang non-Eropa” tampaknya terlalu berlebihan. Dekolonisasi jelas pada awalnya tidak menghasilkan perdamaian. Fungsionalisme, yang dipaparkan oleh David Mitrany (1946), berpendapat bahwa jika pakar dari berbagai bangsa, yang bebas dari intervensi asing, diizinkan untuk bekerja sama dalam memecahkan persoalan ekonomi, sc.)sial dan problem lainnya di tingkat internasion31, maka mereka, suatu saat nanti, bisa ine nyusun dasar-dasar perdamaian yangl langgeng dengan menciptakan loyalitas in ternasional di kalangan penduduk. Terak hir, diplomasi preventif merepresentasikan respons inovatif PBB terhadap krisis me lalui pengiriman pasukan, misi dan keha diran pasukan PBB, dan intervensi aktif dari Sekretaris Jenderal pada masa krisk terusan Suez pada 1956. Teoretisi perdamaian lainnya mengkaji proses penciptaan perdamaian dalam situasi internasional (dan interkomunal) yang penuh ketegangan. Pengertian peace (perdamaian) adalah Metode “komunikasi terkontrol” oleh John Burton, yang dijelaskan dengan baik oleh Mitchell (1981), memandang konflik manusia sebagai “fenomena yang pada dasarnya subjektif” dan karenanya bersifat dinamis dan bisa dilunakkan. Perwakilan dari pihak-pihak yang berkonflik dipertemukan secara pribadi dan diminta untuk menyatakan pandangannya sendiri dan mendengarkan pandangan pihak lawan, dan akhirnya merumuskan saran-saran, bukan untuk “kompromi” tetapi untuk “resolusi.”Penekanan pada tawarmenawar “integratif” ini akan menciptakan cara untuk membuat perdamaian.