APA ARTI INTERVENSI TERAPEUTIK ROGERS?
APA ARTI INTERVENSI TERAPEUTIK ROGERS? – Sering kali sulit bagi seorang terapis untuk tidak memberi nasihat, untuk tidak bertanggung jawab terhadap hidup klien, terutama jika klien terlihat tidak mampu membuat keputusan sendiri. Namun para Rogerian berpegang teguh pada hukum bahwa kapasitas alami individu untuk tumbuh dan mengatur diri sendiri akan muncul dengan sendirinya melalui atmosfer terapeutik yang hangat, penuh perhatian, dan penuh penerimaan, terutama jika terapis secara total menerima orang tersebut apa adanya, memberikan apa yang disebut Rogers penerimaan positif tanpa syarat (unconditional positif regard). Orang lain melakukan apa yang disebut Rogers “conditions of worth”—”Saya akan menyayangimu jika…” Secara kontras, unconditional positive regard tercermin dalam sikap terapis client-centered yang menghargai klien apa adanya, walaupun jika dia tidak menyetujui perilakunya. Manusia memiliki arti hanya dengan menjadi manusia, dan terapis harus sangat peduli pada hal tersebut dan menghargai klien berdasarkan alasan sederhana bahwa dia adalah manusia yang sedang berjuang untuk tumbuh dan hidup.
Walaupun terapi client-centered tidak berorientasi pada teknik, terdapat satu strategi utama dalam pendekatan ini, yang disebut empati. Karena empati sangat penting dalam terapi Rogerian dan juga dalam berbagai macam terapi lainnya (termasuk hubungan sosial sehari-hari), mari kita membahasnya lebih dalam. Lebih banyak hal yang terkandung dalam empati daripada sekadar kontak mata. Empati Kami membedakan dua tipe empati berdasarkan pendapat Egan (1975). Empati primer mengacu pada pemahaman dan penerimaan terapis terhadap apa yang dipikirkan dan dirasakan klien serta mengomunikasi kepada klien pikiran dan perasaan klien. Yaitu, terapis menunjukkan empati primer dengan mengulang apa yang dipikirkan dan dirasakan klien, dengan menggunakan kata-kata yang diucapkan klien.
Empati tingkat lanjut mencakup penyimpulan pikiran dan perasaan-perasaan yang tersirat dalam perkataan klien oleh terapis, pikiran dan perasaan yang mungkin hanya sedikit disadari klien. Empati tingkat lanjut secara esensial mencakup inter-pretasi makna pikiran dan perasaan klien oleh terapis. Dalam pandangan kami, empati tingkat lanjut mencerminkan perkembangan teori di pihak terapis. Setelah mempertimbangkan apa yang telah disampaikan klien dalam beberapa sesi dan cara klien menyampaikannya, terapis mengembangkan hipo tesis tentang penyebab sebenarnya penderitaan klien, namun demikian tetap tidak diketahui klien.
Ingatlah bahwa terapis yang menggunakan kerangka kerja client-centered berasumsi bahwa klien memandang berbagai hal dengan cara yang tidak produktif, dibuktikan oleh penderitaan psikologis yang membuat klien menjalani terapi. Pada level empati primer, terapis menerima pandangan ini, memahaminya, dan mengomunikasikan pada klien bahwa pandangannya dihargai. Namun, pada tingkat lanjut atau level interpretatif, terapis menyodorkan sesuatu yang baru, suatu perspektif yang diharapkan lebih baik dan lebih produktif dan mencakup cara baru dalam bertindak. Empati tingkat lanjut dikembangkan berdasarkan informasi yang diperoleh selama berlangsungnya sejumlah sesi di mana terapis berkonsentrasi untuk menyampaikan pernyataan empatik level primer. Terapis client-centered, bekerja dalam perspektif fenomenologis, harus menjadikan perpindahan klien dari dunia fenomenologisnya saat ini ke dunia logis lain sebagai tujuan, dari sini pentingnya tahap empati tingkat lanjut. Karena emosi dan tindakan manusia ditentukan oleh bagaimana mereka menginterpretasi diri sendiri dan lingkungan—melalui fenomenologi mereka—mereka yang mengalami disfungsi atau tidak puas dengan cara hidup mereka saat ini membutuhkan fenomenologi baru. Dari sejak awal, terapi client-centered—dan semua terapi fenomenologis lainnya—berkonsentrasi pada pengadopsian kerangka kerja oleh klien yang berbeda dengan yang mereka miliki ketika mulai menjalani penanganan. Sekadar merefleksikan kembali kepada klien tentang fenomenologi mereka saat ini tidak akan dapat langsung membawa perubahan terapeutik. Suatu fenomenologi baru harus dicapai.