APA ARTI TERAPI EKSISTENSIAL (EXISTENTIAL THERAPY)?
APA ARTI TERAPI EKSISTENSIAL (EXISTENTIAL THERAPY)? – Humanisme dan eksistensialisme memiliki banyak persamaan, namun karya humanistik orang-orang Amerika seperti Rogers berlawanan dengan pendekatan eksistensial orang-orang Eropa yang berasal dari tulisan-tulisan para filsuf seperti Sartre, Kierkegaard, dan Heidegger, serta psikiater seperti Binswanger dan Boss dari Swiss serta Frankl dari Austria, yang logoterapi dan pandangannya terhadap depresi akan dibahas nanti. Dalam buku yang berpengaruh tentang psikoterapi eksistensial, psikiater dari Universitas Stanford Irvin Yalom menggambarkan dengan baik perbedaan di antara dua pendekatan tersebut. Sudut pandang eksistensial, seperti humanisme, menekankan pertumbuhan diri. Namun, seperti telah disebutkan, terdapat beberapa perbedaan penting di antara keduanya.
Humanisme, tercermin dalam pandangan Rogers, menekankan kebaikan ciri alami manusia. Humanisme berpendapat bahwa jika tidak dirantai oleh rasa takut yang tidak berdasar dan batasan-batasan sosial, manusia akan berkembang normal, bahkan luar biasa, seperti bunga akan berkembang dari benih jika mendapatkan cukup cahaya, udara, dan air. Eksistensialisme lebih redup; mengandung serangkaian kegelapan. Walaupun eksistensialisme menerima kehendak bebas dan tanggung jawab, namun menekankan kecemasan yang tidak dapat dihindari dalam membuat pilihan-pilihan penting, pilihan eksistensial yang mendasari eksistensi, seperti tetap bersama atau meninggalkan pasangan, pekerjaan, atau bahkan dunia ini. Kalimat awal monolog Hamlet yang terkenal, “To be, or not to be, that is the question”, adalah pernyataan eksistensial klasik. Untuk menjadi benar-benar hidup adalah dengan menghadapi kecemasan yang menyertai pilihan-pilihan eksistensial.
Untuk menghindari pilihan, untuk seolah-olah tidak perlu membuat pilihan, dapat melindungi manusia dari kecemasan, namun juga membuat mereka tidak dapat menjalani hidup yang bermakna yang merupakan inti psikopatologi. Dengan demikian, jika pesan humanistik memberi semangat, bahkan hampir meluap-luap, eksistensial diwarnai kesedihan dan kecemasan, namun bukan keputusasaan, kecuali jika menghindari penggunaan kehendak bebas dan asumsi tanggung jawab yang menyertainya.