ARTI ANTROPOLOGI POLITIK
political anthropology (antropologi politik)
The League of the Ho-de-ne-sau-nee, or Iroquois (1851) yang ditulis Morgan diakui sebagai karya etnografi politik yang pertama dan karyanya yang lain Ancient Society (1877) mengukuhkan paradigma evolusioner yang dominan dalam antropologi politik. Seperti Montesquieu, Morgan memproyeksikan masyarakat berkembang maju dari kebiadaban melalui barbarisme menuju peradaban, muncul dari masyarakat sipil menuju masyarakat politik berdasarkan batas wilayah dan kekayaan. Studi-studi profesional politik pertama dilakukan di Biro Etnologi Amerika yang didirikan ketika pemerintahan Amerika Serikat sedang prihatin-prihatinnya pada masalah ketertiban di wilayah penampungan Indian. Morgan dan Herbert Spencer memberikan pondasi konseptual dan klasifikatoris panjangnya masa kerja-lapangan yang diberikan untuk etnografi politik.
Tetapi, yang menyediakan impetus bagi perkembangan sub-bidang antropologi politik adalah negara-negara besar yang tersentralisasi, yang masih berfungsi di bawah kekuasaan tidak langsung penjajahan Inggris di Afrika. Karya utama pada masa ini, African Political System (1940), yang disunting oleh Meyer Fortes dan E. E. Evans- Pritchard, membedakan antara masyarakat negara, masyarakat tak bernegara, serta masyarakat gerombolan. Analisa struktural konstitusi politik Tallensi dan Nuer mengarah kepada penerapan yang meluas tipologi dan metode perbandingan dalam antropologi politik.
Dikritik karena kekurangjelasannya membedakan antara “masyarakat” (society) dan “negara” (polity), serta karena konsentrasinya terhadap para penguasa ketimbang kebiasaan-kebiasaan tindakan politik, analissis sistem ditantang pada 1950-an oleh suatu fokus pada proses dan tindakan. Afrika lagi-lagi memberikan dorongan dan pada periode menuju kemerdekaan ini, para pakar antropologi mulai mengkaji struktur politik inter-stitial, suplementer dan paralel. Ini sangat membantu mereka ketika para praktisi disiplin lain, khususnya para ilmuwan politik, sosiolog dan sejarawan memasuki dunia masyarakat-masyarakat non-Barat. Ilmu politik etnisitas dan elite mendorong para antropolog untuk mengkaji gerakan-gerakan, kepemimpinan dan persaingan politik. Berkutat dalam situasi lapangan yang berisi perubahan-perubahan institusi yang cepat, mereka membangun analisis mereka di seputar kontradiksi, kompetisi dan konflik (Vincent 1990).
“Teori tindakan” (belakangan disebut teori agen atau teori praktis) berkembang dari suatu kepedulian terhadap proses yang dirumuskan sangat tepat dalam karya Victor Turner. Penelitian lapangannya di kalangan masyarakat Ndembu di Rhodesia Utara (sekarang Zambia) kemudian dirumuskan dalam bentuk program-program dalam political antropology (Swartz, et.at., 1966). Bersama dengan trilogi F.G. Bailey tentang kasta India, desa dan politik pemilihan, hal ini mendorong suatu kecenderungan menuju kajian individu para pelaku, strategi dan pembuatan keputusan di arena politik Karya Bailey Stratagems and Spoils (1980) masih tetap menjadi panduan yang sangat bagus untuk memahami tindakan mikro politik.
Titik balik terjadi pada akhir 1960-an ketika sebuah kritik dibidikkan ke arah analisis indivi- dualistik dalam konteks imperialisme baru atau imperialisme ekonomi. Talai Asad (1973) menggiring perhatian kepada hubungan problematik antropologi dengan kolonialisme Inggris. Pierre Bourdien menelusuri warisan yang luas dari khazanah kesarjanaan penjajahan Perancis untuk merevolusi etnografi Algeria ortodoks. Salah satu dari kecenderungan yang paling menggembirakan mengambil bentuk “subaltern studies”. Uraian tentang hubungan kekuasaan di India masa penjajahan, khususnya dalam karya Bernard Cohn (1982), seorang sejarawan-antropologi Chicago, lebih lanjut merangsang pemikiran ulang terhadap imperialisme, nasionalisme, pemberontakan petani, kelas dan gender.
Perhatian terhadap mekanisme kekuasaan dan hubungan kekuasaan dengan pengetahuan (terutama sekali berasal dari Michel Foucault) menghentikan involusi atau keterlibatan perdisiplinan dan subbidang spesialisasi di dalam jejak- jejaknya. Gerakan-gerakan lintas-disiplin global, seperti kajian-kajian perwira rendah, feminis dan kebudayaan menjadikan konsep-konsep politik yang dikenal problemtis. Setelah satu abad di mana konsep masyarakat telah begitu umum, maka kekuasaan, sejarah, dan kebudayaan menjadi pusat perhatian yang begitu penting dalam antropologi politik (Dirks.etal, 1993) ketika abad kedua puluh menjelang berakhir.
Incoming search terms:
- antropologi politik