ARTI MASYARAKAT POST-INDUSTRI

By On Thursday, August 22nd, 2013 Categories : Bikers Pintar

post-industrial society (masyarakat post-industri)

Istilah masyarakat post-industri tampaknya berasal dari Arthur Penty, seorang Sosialis mazhab Guild dan pengikut William Morris, pada akhir abad ke-19. Penty mengharapkan akan munculnya suatu “negara post-industri” berdasarkan pada unit-unit kerja kecil dan terdesentralisasi dari pemerintahan. Konsep ini tidak dipakai lagi hingga dekade 1950-an, ketika dimunculkan dalam wajah yang sama sekali baru. Konsep ini punya makna baru terutama dalam tulisan-tulisan sosiolog Harvard, Daniel Bell.

Dalam banyak karyanya, terutama The Corning of Post Industrial Society (1973), Bell mengemukakan bahwa masyarakat industri modern tengah memasuki fase baru evolusi mereka, yakni fase post-industri. Masyarakat post-industri berbeda dari masyarakat industri klasik karena yang disebut belakangan ini adalah berasal dari masyarakat agraris pra-industri. Masyarakat post-industri lebih memperhatikan produksi jasa daripada barang, mayoritas angkatan kerjanya adalah kalangan kerah putih, bukan pada pekerjaan-pekerjaan manual, dan banyak dari mereka adalah pekerja profesional, manajerial dan teknik. Kelas kerja lama menghilang dan bersama dengan itu menghilang pula banyak konflik kelas di masyarakat industri. Aliansi-aliansi baru berdasarkan status dan konsumsi menggantikan aliansi berdasarkan kerja dan produksi.

Masyarakat post-industri adalah masyarakat yang sangat terdidik; tentu saja pengetahuan adalah sumber utamanya, tapi pengetahuan dalam pengertian khusus. Masyarakat industri bekerja atas pengetahuan praktis, yakni pengetahuan yang datang setelah melakukan sesuatu, bukan dari riset murni. Tokohnya yang representatif adalah para penemu seperti Watt dan Edison. Masyarakat post-industri berdasar pada pengetahuan teoretis, pengetahuan yang dikembangkan di universitas-universitas dan lembaga-lembaga riset. Ia tidak hanya mengacu pada pengetahuan teoretis untuk banyak industri khasnya, seperti industri kimia dan aeronotika, tapi terus menempatkan semakin banyak bagian yang baik dari sumber daya nasionalnya untuk mengembangkan pengetahuan semacam itu, dalam bentuk dukungan untuk aktivitas pendidikan tinggi dan riset pengembangan. Perubahan penekanan ini tercermin dalam meningkatnya arti ilmuwan dan profesional “kelas pengetahuan”, lembaga-lembaga pengetahuan seperti universitas. Ini semua pada akhirnya akan menyingkirkan kalangan bisnis dan organisasi bisnis sebagai kelompok penguasa dalam masyarakat.

Penjelasan Bell tentang masyarakat post-industri sangat berpengaruh. Penjelasan itu secara umum memang didasarkan pada generalisasi pengalaman Amerika, tapi banyak sosiolog Eropa menemukan kemiripan yang memadai yang terjadi dalam masyarakat mereka sendiri misalnya, Alain Touraine dalam Post Industrial Society (1971), meski dia lebih tegas dari pada Bell, bahwa konflik-konflik dalam masyarakat baru akan sesengit di dalam masyarakat lama. Gagasan-gagasan Bell dapat diterima terutama oleh para futurolog, baik di Barat maupun Timur, yang telah menjadikan konsep masyarakat post-industri bagian utama dari pemikiran mereka. Di Eropa Timur, post-industrialisme biasanya diberi suatu tafsiran Marxis, sebagai “tahap lebih tinggi” menuju sosialisme penuh, tapi karena kualifikasi penting itu, penerimaan Eropa Timur terhadap ide post-industri sangat hangat.

Seberapa masuk akal konsep post-industri? Banyak perubahan yang dicatat Bell dalam ekonomi dan struktur pekerjaan benar-benar terjadi. Masyarakat-masyarakat industri dalam skala yang luas adalah masyarakat kerah putih dan jasa. Tapi. ini lebih banyak dikarenakan mereka mengekspor sektor-sektor manufaktur mereka ke negara-negara Dunia Ketiga, tanpa sedikit pun melepas kontrol mereka. Korporasi-korporasi multinasional menempatkan markasnya di kota-kota dunia “post-industri, tapi mendirikan pabrik dan merekrut pekerja di dunia industri, tentu saja karena alasan murah dan kenyamanan politik. Sehingga, masyarakat post-industri mempertahankan dan meneruskan etika serta tujuan sosial industrialisme, yang dalam banyak kasus memenuhi tujuan kepada etika tanggung jawab sosial dan komitmen profesional post-industri yang lebih baru. Ciri yang sama adalah jelas dalam bidang yang punya makna penting, pekerjaan kerah putih dan profesional. Mungkin kita (hampir) semua sudah menjadi profesional saat ini, tapi banyak pekerjaan profesional telah terindustrialisasi oleh birokratisasi dan penerapan teknologi komputer, sehingga semakin menjadikan pekerja profesional seperti kaum proletar masyarakat industri. Bagian terbesar dari riset di universitas serta bagian riset dan pengembangan departemen industri di pemerintahan dikerahkan untuk memperbanyak sekaligus memperbaharui produk-produk dan proses-proses yang sudah ada, seperti desain mobil baru atau pesawat televisi yang lebih canggih. Selain itu, riset diarahkan untuk menemukan cara yang lebih baru dan lebih efisien untuk perang (pertahanan dan riset ruang angkasa) atau mengendalikan jumlah penduduk (kebanyakan ilmu sosial terapan). Dalam kasus mana pun, kita bisa melihat suatu prinsip sosial baru dalam bekerja, seakan-akan menandai datangnya suatu tatanan sosial baru.

Dalam beberapa tahun terakhir, terutama akibat rangsangan tulisan-tulisan Ivan Illich dan E.F. Schumacher, sebuah konsep baru post-industrialisme telah tumbuh. Dalam banyak hal, ini berkaitan dengan penggunaan semula istilah tersebut oleh Penty. Ia menampakkan ciri-ciri masyarakat modern yang secara murni mengungkapkan suatu gerakan di balik industrialisme, bukan seperti dikemukakan Bell keberlangsungannya. Meski nostalgia kehidupan pra-industri turut terlibat dalam reformulasi ini, para pemikir yang lebih serius menaruh harapan pada sektor-sektor yang paling maju dari teknologi dan organisasi modern untuk mensuplai batu-batu dinding masyarakat baru. Mereka terutama terkesan oleh kapasitas teknologi modern dalam merampungkan pekerjaan: pekerjaan yang mendatangkan pendapatan. Jika dibiarkan berjalan sendiri, proses ini akan menjadi bentuk bencana pengangguran massal dan terulangnya konflik dekade 1930-an. Tapi mereka juga melihat suatu peluang yang bisa diraih, tergantung pada kemauan politik. Pekeijaan dalam ekonomi formal yang sangat terasionalisasi bisa tereduksi hingga titik paling minim dan dibagi sama rata. Dari upah pekerjaan semacam itu, bersama dengan bentuk tertentu dari jaminan pendapatan minimum, kita bisa membeli teknologi yang tepat” atau “cepat” yang dibutuhkan untuk mendatangkan barang dan jasa yang bagus yang kita inginkan. Sebagian besar pekerjaan bisa diorganisasikan dalam ekonomi informal di antara ekonomi domestik atau komunal yang dihidupkan kembali. Jika masyarakat masa depan semacam itu di dalamnya mengandung unsur-unsur gaya hidup pra industri, pembalikan sebagian kecenderungan menuju sentralisasi dan organisasi birokrasi berskala besar yang inheren dalam industrialisme, maka dengan demikian ia bukan post-industri.

Pada 1980-an, Daniel Bell kembali kepada tema masyarakat post-industri, yang kini dia lebih tegas mengidentifikasinya sebagai masyarakat informasi. Di bawah judul ini, konsep tersebut diberi kesempatan baru untuk hidup lebih lama, sebagai saksi bagi kemajuan literatur dalam masalah ini.

Incoming search terms:

  • masyarakat pasca industri
  • masyarakat post industri
  • masyarakat industri
  • masyarakat pra industri
ARTI MASYARAKAT POST-INDUSTRI | ADP | 4.5