ARTI MOTIVASI

By On Friday, August 16th, 2013 Categories : Bikers Pintar

motivation (motivasi)

Motivasi adalah sesuatu yang menggerakkan orang. Jika psikologi berusaha menjawab pertanyaan ‘Bagaimana’, seperti Bagaimana kita merasa?’ atau ‘Bagaimana kita mempelajari kebiasaan’, motivasi lebih berurusan dengan peitanyaan ‘Mengapa?’ Biasanya pertanyaan yang. paling mendasar adalah ‘Mengapa organisme berperilaku?’, ‘Mengapa perilaku tersebut pada suaiu saat mengarah ke satu arah dan bukannya ke arah yang lain?’ dan ‘Mengapa intensitas atau keteguhan dari perilaku tersebut berbeda-beda sejalan dengan berjalannya waktu?’

Jawaban yang selalu diajukan atas pertanyaan- pertanyaan tersebut sejak akhir abad 19 dapat didaftar secara kronologis dengan batasan kapan pertama kalinya jawaban itu diajukan. Mesiapun masing-masing pendekatan dikembangkan sebagai reaksi atas apa yang telah terjadi sebelumnya, dan dianggap oleh para pengikutnya sebagai pendekatan yang paling baik dari pada para pendahulunya, para pengikut dari pendekatan-pendekatan tersebut dapat ditemukan dalam sekian banyak bentuk psikologi dewasa ini.

Yang pertama, pendekatan yang paling awal adalah hedonisme, yang mengatakan bahwa orang berperilaku untuk memaksimalkan kesenangan dan meminimalkan penderitaan. Dari sudut pandang ini individu dianggap sebagai makhluk yang rasional, yang membuat keputusan yang masuk akal tentang tindakan apa yang harus diambil dengan mempertimbangkan kon-sekuensinya terhadap kesenangan atau penderitaan.

Yang kedua, perkembangan psikoanalisis sejak awal abad 20 menandai sebuah era baru. Freud berpendapat bahwa manusia tidak rasional dan perilakunya ditentukan oleh hasil dari pergulatan antara dorongan-dorongan bawah-sadar yang kuat dari id (terutama dorongan  atau eros) dan nurani, superego, yang mewakili ketentuan-ketentuan masyarakat (lihat terutama Freud 1933). Setiap bentuk lanjutan dari depth psichoIogy selalu memiliki kesamaan dengan versi asli Freud sebagai berikut: bahwa individu dilihat sebagai makhluk atas belas kasih dari kekuatan- kekuatan psikologis yang berada di luar kendali sadar mereka dan bahwa mereka biasanya tidak menyadari alasan-alasan yang sebenarnya dari tindakan mereka.

Yang ketiga, teoretisi insting, seperti William McDougall (1908), juga memberi penekanan pada sisi non-rasional dari manusia yang menunjukkan penerusan antara motivasi hewani dan manusiawi, dan menjawab pertanyaan’ Mengapa?’ dalam konteks biologi Darwinian. Pendekatan umum ini dipakai lagi oleh ahli-ahli ethologi seperti Tinbergen (1951), meskipun teknik riset dan kepentingan dari ethologi sangat berbeda dengan McDougall.

Yang keempat, sebagai karya eksperimental laboratorium dengan binatang mendominasi psikologi, maka konsep motivasional lain mulai menapak maju: yaitu dorongan (drive). Konsep ini diperkenalkan oleh Woodworth (1918) untuk menggambarkan kekuatan tenaga internal yang membuat organisme membuat sebuah tindakan.

Keuntungan utama dari konsep ini bahwa dorongan dapat didefinisikan secara operasional, sebagai contoh, berdasarkan jumlah jam dilakukannya perampasan makanan; dalam pengertian ini motivasi dapat dikuantifikasi dan dapat lebih diterima sebagai sebuah investigasi ilmiah. Terdapat kesepakatan luas mengenai keberadaan dorongan biologis seperti lapar, haus, dan belakangan hari beberapa teoretisi menambahkan berbagai dorongan sosial dan bahkan dorongan penjelajahan (exploratory drive). Penggunaan konsep ini barangkali mencapai puncaknya pada teori pembelajaran Clark Hull (1943), yang salah satu ide dasarnya adalah bahwa tujuan dari seluruh perilaku tersebut adalah ‘pengurangan-dorongan’, hal ini menjadi unsur yang ‘memperkuat’ (reinforcing) bagi organisma.

Yang kelima, permasalahan utama dengan pemikiran pengurangan dorongan adalah bahwa organisme, terutama manusia, seringkah nampak berusaha meningkatkan rangsangan dan memberikan tantangan kepada dirinya sendiri, bukannya memelihara dorongan serendah mungkin. Permasalahan ini bisa diatasi dengan teori rangsangan optimal {optimal arousal theory, yang diperkenalkan oleh Hebb (1955), yang mengatakan bahwa organisme berusaha mencapai, dan memelihara, rangsangan yang berskala menengah pada dimensi rangsangan. Dengan demikian, organisme terpancing tidak hanya ketika rangsangan begitu tinggi tetapi juga ketika terlalu rendah (yang belakangan ini dialami seperti rasa bosan). Keuntungan lain dari teori ini konsep rangsangan bisa memberikan mata rantai antara psikologis dan riset psikologis.

Yang keenam, pendekatan yang berbeda sama sekali ditempuh oleh Maslow (1954) dengan pemikiran aktualisasi diri, sebuah konsep yang telah menjadi salah satu aliran utama psikologi humanistik. Idenya adalah manusia memiliki kebutuhan mendasar untuk berkembang secara psikologis menjadi individu yang sepenuhnya dan memenuhi potensi-potensinya. Menurut Maslow terdapat hirarki kebutuhan yang berangkat dari kebutuhan fisiologis dan rasa aman menuju kebutuhan untuk memiliki dan cinta dan kebutuhan akan penghargaan, menuju tingkatan yang tertinggi, yaitu aktualisasi diri itu sendiri. Hidup seperti permainan ular-tangga, tetapi tujuannya selalu untuk mencapai puncak, keberhasilan yang ditandai oleh apa yang disebut pengalaman puncak.

Akhirnya, pada tahun 1980-an teori pembalikan (reversal theory) (Apter 1989) membuat tantangan yang radikal terhadap asumsi dasar dari teori motivasi, yaitu homeostasis (dalam pengertian teori sistem yang paling luas). Ini menunjukkan adanya sebuah kondisi yang disukai di mana organisme selalu berusaha meraihnya, dan memelihara yang telah dicapai. Ini bisa berupa, sebagai contohnya, dorongan rendah, rangsangan menengah atau puncak tingkatan kebutuhan. Bagaimanapun definisinya, ia tetap merupakan titik- akhir yang relatif tidak berubah bagi organisme untuk bergerak ke depan. Teori pembalikan mengatakan bahwa ini merupakan penyederhanaan yang absurd dan bahwa, paling tidak dalam kasus manusia, orang menginginkan yang sebaliknya pada waktu yang berbeda dan dalam hal ini sangat tidak konsisten. Salah satu contohnya kadang-kadang orang menginginkan rangsangan yang sangat rendah (sebagai contohnya, ketika saat sangat kelelahan) dan pada waktu yang lain menginginkan rangsangan yang sangat tinggi (seperti menonton pertandingan olah raga). Pada titik akhirnya, dengan demikian, lebih bersifat dinamis, dan situasi secara keseluruhan dicirikan sebagai situasi stabilitas ganda dari pada homeostasis.

ARTI MOTIVASI | ADP | 4.5