ARTI POLA EKSPOSISI

By On Friday, October 23rd, 2015 Categories : Bikers Pintar

Dalam tulisan, yang berbentuk eksposisi, yang’tujuannya adalah untuk memberikan penjelasan sehingga pembaca memahami yang dibacanya dan memperoleh pengetahuan dan pengertian, sering digunakan beberapa pola eksposisi, seperti (1) definisi , (2) klasifikasi, (3) perbandingan-pertentangan (comparison and contrast), (4) sebab -akibat.
1. Pertanyaan seperti Apakai. X? memerlukan jawaban yang untuk sederhananya kita sebut definisi, yaitu pernyataan yang
berbentuk X adalah Y, di mana Y sudah dikenal. Inilah. bentuk definisi yang paling sederhana. Namun, definisi jenis rni ada kalanya tidak memadai. Misalnya, definisi ojek adalah alat pengangkut tidak begitu jelas. Alat pengangkut banyak jenisnya. Untuk menyebut beberapa contoh saja, ada alat pengangkut darat, air, dan udara. Ada yang khusus mengangkut barang atau orang. Ada yang ditarik oleh binatang atau digerakkan oleh mesin, dan sebagainya. Jadi, pengertian kata ojek menurut definisi di atas tidak begitu jelas. Definisi di atas dapat diperbaiki dengan menjelaskan bahwa ojek itu berbeda dari alat-alat pengangkut lainnya. Perbedaan itu bisa lebih satu. Jadi, definisi bisa dirumuskan begini:
Ojek adalah alat angkut penumpang yang terdiri dari sepeda atau motor yang bisa disewa untuk jarak pendek.
Bagian yang menerangkan (alat angkut) dari definisi terdiri dari kelas benda yang mencakup referen kata yang diterangkan (ojek). Selain itu, bagian yang menerangkan berisi keterangan yang membedakan alat angkut yang disebut ojek dari alat angkut lain (sepeda dan motor). Selanjutnya, dapat dilihat bahwa bagian yang menerangkan berisi keterangan lain, yaitu bahwa alat angkut itu adalah alat angkut penumpang yang bisa disewa untuk jarak pendek.
a. Pola Definisi
Beberapa di antara pola definisi yang perlu dikemukakan adalah (1) definisi berdasarkan sinonim (definition by synonym), (2) definisi berdasarkan analisis (definition by analysis), (3) defii lis: berdasarkan contoh (definition by examples), (4)
definisi berdasarkan fungsi (definition by function), dan (5) definisi ostenstf (ostensive definition).
1) Contoh definisi berdasarkan sinonim adalah arti kata yang terdapat dalam kamus : batok tempurung. Dalam tulisan ilmiah definisi jenis ini tidak begitu berguna karena tidak menjelaskan makna kata yang akan didefinisikan. Ada kalanya sinonim yang diberikan merupakan kata yang lebih sulit (tidak dikenal) daripada kata yang hendak diterangkan (kawan-sekutu; kawat-dawai).
2) Contoh definisi berdasarkan analisis adalah definisi ojek seperti yang diberikan di atas. Bagian yang menerangkan dari definisi ini menyatakan kelas benda yang mencakup kelas benda yang diterangkan, dan selain itu, juga ciri-ciri yang membedakannya dari benda-benda yang sekelas dan seienis. Jadi, kemampuan definisi untuk menjelaskan lebih baik. Untuk mengetahui apakah definisi jenis ini sudah lengkap atau rinci dapat diketahui dengan menanyakan apakah masih ada hal-hal yang perlu dinyatakan dan apakah masih ada perbedaan yang lebih rinci yang perlu dikemuka-kan. Oleh karena itu, definisi bisa berupa kalimat atau sebuah tulisan; tergantung pada tujuan pendefinisian.
3) Apabila kita bertanya kepada seseorang apa artinya Leguminoceae, misalnya, dan dia menjawab : tumbuhan perdu seperti kacang tanah dan semanggi, maka dia memberikan definisi ber-dasarkan contoh. Pohon kacang tanah dan se-manggi adalah contoh tumbuhan perdu yang termasuk leguminoceae. Dalam tulisan ilmiah, definisi seperti ini juga kurang berguna, kecuali digunakan sebagai definisi pelengkap. .
4) Definisi berdasarkan fungsi adalah definisi yang menjelaskan sesuatu berdasarkan fungsinya. Misalnya, termometer adalah alat untuk mengukur suhu. Definisi jenis ini juga tidak begitu berguna karena mengandung keambiguan dan kurang lengkap.
5) Definisi yang paling sederhana adalah definisi ostensif, yaitu memperlihatkan bendanya. De-finisi jenis ini lebih sering digunakan dalam bahasa lisan. Dalam percakapan dengan anakanak terutama, karena penguasaan kosaka katanya masih terbatas, kita soring menunjuk kepada benda yang hendak didefinisikan. Kita mungkin berkata, “Ini kalkulator”, sambil memperlihatkan sebuah kalkulator. Dalam tulisan, sering digunakan diagram atau gambar agar informasi yang hendak disampaikan bertambah jelas. Ini pun contoh penggunaan definisi ostensif.
b. Hal-hal yang Perlu Dihindari dalam Definisi
Dalam merumuskan definisi ada beberapa hal yang perlu dihindari, yaitu(1) definisi tidak boleh terlalu luas (overinclusion), (2) tidak boleh terlalu sempit (overrestriction), (3) tidak boleh mengandung duplikasi (duplication), (4) definisi tidak boleh mengandung penjelasan yang berputar-putar (circularity), (5) definisi tidak boleh mengandung ke-ambiguan (ambiguity), dan (6) definisi tidak boleh mengandung ketidakjelasan (obscurity). (Lihat Martin, 1959 : 26-36).
1) Definisi yang terlalu luas. Contoh : patriotisme adalah perasaan yang dimiliki seseorang terhadap negerinya. Kata perasaan dalam bagian yang menerangkan dari definisi ini adalah kata yang sangat netral dan mencakup terlalu banyak hal (berbagai macam perasaan), sehingga perlu dibatasi. Definisi dapat dirumuskan kembali sebagai berikut : Patriotisme adalah rasa hormat, cinta, dan bangga terhadap negerinya.
2) Definisi yang terlalu sempit. Perhatikanlah contoh definisi berikut. Termometer adalah alat yang menggunakan air raksa untuk mengukur suhu. Kita tahu bahwa termometer sebagai alat ukur suhu tidak hanya menggunakan air raksa, tetapi juga alkohol, dan barangkali jenis cairan lain iuga. Jadi, definisi atas terlalu sempit dan tidak mencakup didalamnya termometer yang memakai jenis cairan lain kecuali air raksa.
3) Definisi yang mengandung duplikasi. Contoh : Pbllution adalah pencemaran. Kata yang di-gunakan untuk menerangkan kata asing pollution adalah kosakata bahasa Indonesia, yaitu pencemaran. Definisi seperti ini tidak menjelaskan apa-apa, dan mirip dengan definisi berdasarkan sinonim dan hanya berguna dalam pekerjaan menerjemahkan.
4) Definisi yang mengandung penjelasan yang berputar-putar. Definisi seperti ini menggunakan kata atau pengertian yang akan diterangkan dalam bagian yang me-nerangkan. Contoh : Kebebasan adalah keadaan bebas.
5) Definisi yang mengandung keambiguan. Ada kalanya kata-kata yang mempunyai makna yang berbeda mempunyai bentuk yang sama. Untuk menentukan mana yang dimaksud, dapat diberikan definisi stipulatif. Misalnya, bentuk bisa mempunyai makna “racun” atau “dapat”. Untuk menghilangkan keambiguan, maka dapat ditentukan bahwa kata bisa dipakai dengan makna “racun” (bukan “dapat”). Ke-ambiguan juga bisa terjadi karena pemakaian tanda-tanda baca dan urutan kata yang tidak tepat.
6) Definisi yang mengandung ketidakjelasan. Ada kalanya seorang penulis menentukan bahwa dia memakai se-buah kata dengan makna yang ditentukannya sendiri. Jadi, dia membuat definisi stipulatif. Namun, kalau kata tersebut mempunyai konotasi yang kuat, dan umum sudah terbiasa memakai kata tersebut dengan makna konvensionalnya, maka besar kemungkinan usaha penulis ter-sebut tidak akan berhasil. Kata tersebut akan tetap saja dipakai dengan makna konven-sionalnya.
7) Definisi Menurut Bidang llmu.
Pendefinisian biasanya berbeda untuk ilmu-ilmu alam (natural) sciences), ilmu-ilmu sosial (social sciences) dan humaniora (humanities). Definisi masing-masing bidang ilmu mempunyai ciri-ciri khusus. Ilmu-ilmu alam mencoba menjelaskan dunia kenyataan terlepas dari pengalaman manusia (sejahjuh hal ini mungjdn dilakukan) dan mencoba menentukan apa-apa saja yang konsv tan dalam dunia kenya
taan itu. Untuk itu, ilmu2. ilmu alam memisahkan zat (matter) dari pengalaman manusia dengan zat itu. Agar pengukuran dalam ilmu-ilmu alam dapat dilakukan setepat mungkin, maka dunia kenyataan diterjemahkan ke dalam berbagai macam satuan (atau besaran) (guantities), misalnya, m, kg, erg, mach. Kerja, misalnya, dirumuskan atau (didefiniskan) sebagai berikut :
Kerja = gaya x jarak Definisi di bidang ilmuilmu sosial, di pihak lain, tidak selalu dapat dimanipulasi secara matematis, karena tidak semua yang terdapat dalam dunia kenyataan dapat diterjemahkan ke dalam angka. Walaupun demikian, tidaklah benar menganggap bahwa ketepatan definisi tidak mungkin dicapai dalam ilmu-ilmu sosial dan humaniora. Ilmu-ilmu sosial dan humaniora dapat mendekati ketepatan dengan menggunakan cara-cara lain, misalnya, dengan memberikan contoh, perbandingan, dan sebagainya. Hubungan yang serba 3. kompleks yang harus diterangkan oleh ilmuilmu sosial tidak dapat dengan mudah dikembalikan pada hubungan yang sederhana. Pe-ngertian seperti patri-otisme, suka, cinta, motivasi sulit didefinisikan secara tepat.
Klasifikasi
Klasifikasi adalah penggolongan yang signifikan dan informatif dari benda-benda, kegiatankegiatan, atau pikiran-pikiran menurut persamaan-persamaan dan perbedaan-perbedaan yang terdapat di atara mereka. Katakata kunci di sini ialah signifikan (atau berarti) dan informatif. Kita mengadakan penggolongan
atau (klasifikasi untuk memperoleh informasi dan klasifikasi yang paling informatif ialah klasifikasi yang berdasarkan penggoiongan yang signifikan. Jika kita hendak membuat studi tentang paa peserta penataran tentang penulisan karya ilmiah, misalnya, maka penggolongan berdasarkan jenis kelamin tidaklah signifikan. Adalah lebih signifikan jika para peserta, pertama-tama, diklasifikasikan berdasarkan besarnya minat masing-masing peserta untuk mempelajari cara-cara menulis karya ilmiah dan, kedua, latar belakang bidang keahlian para peserta, misalnya, sains, ilmuilmu sosial, dan humaniora. Klasifikasi berdasarkan agama atau jenis kelamin tidak begitu perlu untuk kelompok pengikut penataran tersebut. Klasifikasi barulah berarti kalau klasifikasi dapat memberikan informasi yang dapat menghasilkan semacam simpulan yang penting.
Perandingan dan Pertentangan (Comparison and contrast)
Yang dimaksud dengan membandingkan ialah menunjukkan persamaan-persamaan, dan dengan mempertentangkan ialah menunjukkan perbedaan-perbedaan. Dalam tulisan yang memakai bentuk membandingkan-mempertentangkan, penulis memperlihatkan persamaan-persamaan dan perbedaan-perbedaan yang terdapat di antara dua atau lebih (biasanya dua saja) hal (pikiran, tindakan, benda dan sebagainya) untuk tujuan membuktikan suatu pendapat. Biasanya penulis yang ingin mengemukakan argumentasi bahwa, mi-salnya, X lebih baik dari Y, lebih berguna dari Y, atau lebih menarik dari Y, dan sebaganya, akan menggunakan bentuk membandingkan mempertentangkan.
4. Sebab dan akibat menunjuk kepada hubungan spesifik di antara peristiwa yang terjadi dalam waktu. Apabila seseorang yang sedang menyeberangi jalan tidak melihat bahwa sebuah mobil menuju ke arahnya dan karena itu dia ditabrak, maka dia tidak melihat adalah sebab, dan dia ditabrak adalah akibat. Jika dalam kecelakaan itu, ternyata kakinya atah, aka dia ditabrak adalah sebab, dan kakinya patah adalah akibat. Jadi, sebuah peristiwa bisa merupakan sebab dan akibat bagi peristiwaperistiwa lain.
Selanjutnya, sebab dan akibat bisa berwujud fisik, abstrak, atau kombinasi fisik dan abstrak. Kaki yang patah dalam peristiwa di atas adalah akibat yang berwujud fisik. Apabila kecelakaan tersebut selanjutnya menyebabkan orang tersebut takut menyeberang jalan dan takut melihat mobil, maka akibat demikian berwujud abstrak. Dalam hubungan sebab dan akibat yang abstrak, sering sulit ditentukan mana sebab dan mana akibatnya.
Sebab dan akibat juga ada hubungannya dengan proses, karena dalam proses ada hubungan sebab dan akibat. Perbedaan utama di antara hubungan sebab dan akibat dengan proses ialah bahwa proses ada akhirnya atau tujuannya, sedangkan hubungan sebab dan akibat bisa saja tidak ada tujuannya. Ditabrak mobil bukanlah proses, tetapi rangkaian sebab dan akibat yang tidak ada tujuannya.
Secara sederhana, hubungan sebab dan akibat dapat dibagi empat:
satu sebab —> satu akibat satu sebab –> dua atau lebih akibat dua atau
lebih sebab —> satu akibat dua atau lebih
sebab > dua atau lebih akibat
Pembagian ini menyadarkan kita bahwa banyak hubungan sebab dan akibat merupakan hubungan yang rumit.
a. Bagaimana memeriksa dengan suatu hubungan sebab dan akibat, ada baiknya kita mengajukan pertanyaan terarah tentang data yang dihadapi :
1) Apakah rangkaian sebab dan akibat dapat diidentifikasi ?
2) Apakah hubungan sebab dan akibat itu berwujud fisik atau abstrak atau kedua-duanya ?
3) Berapa jumlah sebab dan akibat ? Misalnya, apakah ada satu sebab dan dua akibat ?
4) Apakah penanda hubungan sebab dan akibat ? Ada tiga jenis penanda : (a) Asosiasi-Apabila dua peristiwa (A dan B) berdampingan, maka ada kemungkinan bahwa A adalah sebab dan B akibat, atau sebaliknya. (b) Keserupaan Apabila A dan B serupa, maka salah atu bisa berupa sebab dari yang lain, (c) Urutan waktu-Apabila B terjadi sesudah A, maka fakta ini bisa berarti bahwa adanya hubungan sebab dan akibat di antara keduanya.
5) Apabila terdapat dua peristiwa (A dan B), yang mana sebab dan yang mana akibat ? Apakah B akibat dari A dan juga sebab dari peristiwa ketiga -C ?
b. Kesalahan Menentukan Hubungan Sebab dan Akibat Logika hubungan sebabakibat mungkin saja mengandung kesalahan-kesalahan dalam berpikir. Hakikat sebuah sebab bisa saja tidak dimengerti. Mi-salnya, dokter bisa saja mengira bahwa sebab sebuah gejala adalah sesuatu yang berwujud fisik padahal sebenarnya sesuatu yang abstrak (mental). Bisa saja kita tidak melihat bahwa sebenarnya terdapat lebih dari satu sebab atau akibat. penyebab kecanduan obat, misalnya, bisa saja bermacam-macam, dan akibatnya pun bisa bermacammacam pula. Perubahan air menjadi es merupakan akibai dari perubahan dalam suhu dan tekanan.
Contoh yang terkenal dari kesalahan dalam menentukan sebab-akibat adalah : post hoc (, ergo propter hoc) -‘sesudah ini, maka oleh karena ini’.
-Kesalahan post hoc terjadi kalau A dianggap sebagai sebab B hanya karena B terjadi sesudah A.

ARTI POLA EKSPOSISI | ADP | 4.5