ARTI SOSIOLOGI MEDIS

By On Wednesday, August 14th, 2013 Categories : Bikers Pintar

medical sociology (Sosiologi medis)

Sosiologi medis merupakan cabang dari sosiologi yang memfokuskan pada pelestarian ilmu kedokteran dalam masyarakat modern. Subyek ini berkembang begitu pesat sejak tahun 1950-an hingga akhirnya sekarang menjadi salah satu bidang spesialisasi terbesar dalam sosiologi. Perkembangan ini tidak bisa dimungkiri diakibatkan oleh adanya kesadaran bahwa banyak problem yang terkandung dalam perawatan kesehatan modern pada dasarnya merupakan masalah sosial. Namun, ini juga mencerminkan meningkatnya minat terhadap pengobatan itu sendiri dalam aspek-aspek sosial dari kondisi sakit (illness), terutama berkaitan dengan psikiatri, pediatrik, praktek umum (atau pengobatan keluarga), geriatrik dan pengobatan komunitas. Karena itu, walau sosiologi medis telah menetapkan sosiologi umum sebagai akar intelektualnya, subyek ini tetap merupakan patron dari ilmu kedokteran yang mendapatkan dana, pengangkatan, perluasan kesempatan mengajar dan kemudahan akses untuk riset yang semuanya itu mendukung perluasan subyek ini. Tapi tentunya ada harga yang harus dibayar untuk aliansi dengan ilmu kedokteran ini, yaitu berupa distorsi penekanan terhadap berbagai problem, metode dan teori yang terpaksa hams sesuai disiplin ilmu kedokteran ini.

Sosiologi medis sebagai suatu bidang kajian yang menonjol pertama kali disadari pada 1950- an. Apabila jurnal digunakan sebagai ukuran, maka pendirian Journal of Health and Humeun Behavior (kemudian diubah menjadi Journal or Health and Social Behavior) di tahun 1960 bisa dianggap sebagai pernyataan pertama kalinya subyek ini mendapat otonomi. Pada masa-masa awal ini, lepas dari pengaruh fungsionalisme-struktural, tampaknya yang mendominasi adalah perspektif medis, psikologi dan psikososial. Minat baru masa pasca perang terhadap epidemiologi sosial, sebagai contoh, yang berusaha mengidentifikasi peran dari faktor-faktor sosial terhadap terjadinya penyakit, dilakukan oleh baik para ahli medis maupun ahli sosiologi. Kajian-kajian awal menunjukkan adanya pengaruh dari struktur social khususnya kelas sosial terhadap aetiologi dari penyakit psikiatris maupun organis, kendati identifikasi terhadap berbagai komponen struktur sosial tertentu yang relevan terbukti lebih sulit.

Kegagalan untuk menetapkan berbagai variabel perantara antara struktur sosial dan penyakit mendorong banyak ahli sosiologi menggali aetiologi dengan memberi penekanan yang lebih mikro. Walaupun lebih merupakan wilayah kajian para psikolog, stres agaknya menawarkan kemungkinan menjembatani jurang antara sosial dan biologi terutama mencakup berbagai peristiwa kehidupan dan gagasan mengenai rasa kehilangan. Dalam kajian-kajian awal, riset cenderung berkonsentrasi pada kondisi sakit (illness) ini, seperti gangguan psikiatris, yang tampak kurang ada korelasi biologis sehingga tidak mencerminkan suatu aetiologi biologi murni. Namun, jaring-jaring telah diluaskan untuk menjangkau penyakit-penyakit organis dengan sebab-sebab biologis, sebagaimana telah dipahami bahwa sebab-sebab biologis ini juga mempunyai peran penting bagi faktor-faktor sosial dalam menyebabkan kerentanan atau memicu terjadinya awal kerentanan.

Minat terhadap faktor-faktor sosial yang ada pada kondisi sakit (illness), bersama dengan berbagai temuan kontemporer (melalui survei morbiditas) yang diperoleh para ahli sosiologi dan ahli medis tentang adanya gejala gunung es dalam komunitas, menimbulkan bidang penting lainnya dalam perkembangan awal sosiologi medis, yang disebut perilaku kondisi sakit (illness behavior). Mengingat bahwa gejala-gejala ini sudah sangat umum di komunitas, model medis tradisional yang memandang berbagai gejala penyakit sebagai sekadar stimulus untuk mencari bantuan tampaknya tidak memadai lagi. Dengan demikian alasan orang memeriksakan diri ke dokter menjadi lebih kompleks; berbagai kajian lanjutan menggali pola-pola khusus dari perilaku dan reaksi terhadap stres dan kondisi sakit (illness) yang mempengaruhi keputusan untuk mencari pertolongan medis.

Jika epidemiologi sosial dan perilaku kondisi sakit merupakan subyek yang muncul secara langsung pada keterkaitan antara sosiologi medis dan ilmu kedokteran, bidang-bidang lain seperti ‘pengklasifikasian’, sosiologi rumah sakit dan profesi jelas lebih dekat dengan sosiologi umum. Karena itu ‘teori pengklasifikasian’ (labelling theory) dan ‘stigma’, meskipun dikembangkan dalam sosiologi umum, diterapkan pada suatu tahap awal untuk berbagai kelompok diagnostik khusus seperti orang-orang yang cacat tubuh dan sakit mental. Para ilmuwan yang mempelajari institusi, birokrasi dan organisasi juga menemukan dalam rumah sakit suatu model ideal untuk menguji dan mengilustrasikan argumentasi mereka, di mana dalam model yang sama berbagai profesi medis memberikan suatu model organisasi okupasional untuk para ahli sosiologi yang berniat menggali peran profesi dalam pembagian kerja okupasional.

Pada saat banyak bidang dari sosiologi umum ini menjadi wilayah spesifik dari sosiologi medis karena mempunyai aliansi yang erat dengan ilmu pengobatan pada masa-masa awal maka berbagai masalah ini cenderung diekplorasi secara medis-sentris. Karena itu profesi medis dengan segala pengetahuan esoterik dan layanan altruistiknya dipandang sebagai sesuatu yang ideal untuk menggerakkan berbagai jabatan paramedic struktur rumah salut diteliti dalam rangka meningkatkan efisiensi, dan pengklasifikasian dalam rangka menetapkan aturan perawatan dan rehabilitasi. Jika di sana terdapat slogan kontemporer yang disimpulkan, maka slogan itu adalah perbedaan klasik antara sosiologi dalam ilmu pengobatan (sociology in medicineman sosiologi mengenai ilmu pengobatan (sociology of medicine). Kendati begitu, 1967 bidang sosiologi medis berkembang cukup pesat bersamaan dengan munculnya jurnal baru, Social Science and Medicine, yang dalam judulnya mengesankan suatu istilah netral antara dua klaim yang bertentangan mengenai dua sosiologi medis.

Jika memungkinkan untuk mengidentifikasi masa tertentu atau teks tertentu sebagai tonggak pembatas dalam sosiologi medis, maka pasti banyak yang sepakat bahwa penerbitan Profession of Medicine karya Freidson 1970 merupakan peristiwa penting. Karya ini menawarkan suatu sintesis dari berbagai kajian awai mengenai profesi, pengklasifikasian, organisasi medis, persepsi pasien dan sebagainya, dan ini ditandai sebagai teks penting dalam menetapkan identitas formal dari sosiologi medis; namun, sebagaimana yang tersirat dalam sub judul suatu kajian terhadap sosiologi pengetahuan terapan’ , ini merupakan bentuk dari analisis yang mendorong sistesis bergerak ke arah baru. Pada dasarnya, baik kondisi sakit (illness) maupun penyakit (disease) merupakan konstruksi sosial, refleksi dan organisasi sosial, kepentingan profesional, hubungan kekuasaan, dan sebagainya. Prestasi Freidson adalah membebaskan sosiologi medis dari batasan-batasan yang berdasarkan kategori medis entah itu dalam pandangan profesi yang menonjolkan dirinya sendiri atau dalam sisi biologis dan obyektif dari kondisi sakit yang diusulkan serta prestasinya dalam mengungkapkan pengalaman pasien dan pengetahuan medis hingga analisis yang lebih mendalam dan sistematis.

Selama 1970-an dan 1980-an, jasa perawatan kesehatan dan kebijakan kesehatan bertumpu pada pendekatan teoretis yang lebih kritis, terutama dari para ahli sosiologi persuasi Marxis yang menuntut adanya ketetapan negara untuk memberikan sumber daya sepenuhnya dan adil. Pada saat itu gagasan intelektual sayap kanan tampak tidak populer sehingga membuat pendekatan ini menonjol. Namun, kejayaan pasar bebas – kedua sisi Atlantik) yang menjadi sarana Pendistribusian jasa perawatan kesehatan di tahun 1990-an telah menempatkan para ahli sosiologi perawatan kesehatan dalam keterasingan. Negara (demikian juga di AS) tetap menjamin berbagai sumber daya, tapi ‘pasar yang terkendali’ (controled market) mengandung pengertian membenkan pilihan yang diperlukan konsumen dan persaingan. Na-mun, lepas dari retorika mengenai tujuan kebijakan, melalui berbagai kajian lokal, para ahli sosiologi menyadari bahwa pemberlakukan kebijakan kesehatan’ (health policy in action) merupakan proses yang lebih sulit dibandingkan tindakan resmi.

Minat terhadap detail kehidupan sosial juga meneliti ekspresi dalam pengalaman sakit (illness experience) pasien. Pandangan pasien mengenai kondisi sakit, yang ditelaah sebatas sebagai bahan tambahan dari perilaku sakit, telah mulai diteliti berdasarkan posisi pasien itu sendiri. Berbagai teori medis mengenai kondisi sakit mungkin mengklaim koherensi dan validitasnya masing-masing, tapi tampaknya penjelasan dalam kerangka pengalaman pasien juga tak kalah canggihnya.

Lepas dari berbagai hikmah penting ini, sosiologi medis tidak menjadi terbebaskan dari ilmu kedokteran: ada begitu banyak ikatan dan aliansi untuk hal tersebut. Banyak ahli sosiologi medis dipekerjakan oleh institusi-institusi medis atau pada tugas-tugas yang mengandung unsur medis; bahkan, banyak di antara mereka secara langsung terfokus pada upaya memperbaiki (ameliorate) pasien yang menderita, jadi tidak sebatas pada bidang riset jasa kesehatan yang berkembang pesat. Namun suatu sosiologi yang lebih penting dan berhasil dalam meluaskan agenda seperti judul dalam suatu jumal, Sociology of Health and Illness, yang dipublikasikan pertama kali tahun 1979, mungkin mencerminkan kepentingan yang lebih akurat terhadap cabang sosiologi ini daripada istilah ‘sosiologi medis’.

 

Incoming search terms:

  • sosiologi medis
  • pengertian sosiologi medis
  • pengertian sosiologi kesehatan
  • pengertian sosiologi kesehatan menurut para ahli
  • definisi sosiologi kesehatan menurut para ahli
ARTI SOSIOLOGI MEDIS | ADP | 4.5