ARTI TEORI DIFUSIONISME
Selain bagan-bagan tentang tahap-tahap perkembangan kebudayaan, akhir abad kesembilan belas dan awal abad kedua puluh juga melahirkan aliran-aliran yang mengutamakan peranan penyebaran atau difusi. Ada dua aliran utama, yaitu aliran Inggris, dan aliran Jerman dan Australia. Tokoh-tokoh utama dari aliran Inggris adalah G. Elliot Smith, William J. Perry dan W.H.R. Rivers. Mereka percaya, bahwa sebagian besar dari aspek-aspek peradaban yang lebih tinggi, pertama-tama berkembang di Mesir dan sesudah itu menyebar ke lain bagian di dunia. Jika pertanian, pembuatan periuk belanga, pertenunan, pembangunan piramida dan lain-lain hal terdapat di Benua Amerika dan tempat-tempat lain, maka itu disebabkan karena penjelajahan oleh orang Mesir atau oleh orang-orang yang telah berhubungan dengan kebudayaan Mesir. Pendirian ini didasarkan atas dugaan-dugaan, bahwa sebagian besar dari manusia tidak memiliki daya cipta dan bahwa evolusi kebudayaan yang paralel jarang terjadi. Kaum ahli antropologi Amerika menentang aliran pemikiran ini, yang sekarang agaknya telah punah.
Aliran Kulturkreis Jerman dan Australia antara lain diwakili oleh Fritz Graebner dan Pater Wilhelm Schmidt. Rekonstruksi mereka merupakan suatu campuran antara evolusi kebudayaan dan difusi; bersama dengan aliran pan-Egyptian mereka agak skeptis terhadap kasus-kasus yang dikemukakan tentang evolusi paralel, karena mereka pun yakin bahwa umat manusia pada umumnya tidak mempunyai daya cipta. Pengikut-pengikut aliran ini berpendapat bahwa penyebaran unsur-unsur kebudayaan mungkin terjadi sampai ke daerah yang sangat jauh dan dapat tersebar dalam bentuk unsur-unsur yang terpadu dalam suatu kompleks. Graebner umpamanya, menghubungkan kebudayaan “busur orang-orang Melanesia” dengan kebudayaan Neolitik di Eropa Tengah, karena kedua kebudayaan itu memiliki rumah-rumah panggung dengan fondamen berbentuk bujur sangkar, pembuatan periuk-belanga secara melingkar, suatu cara khusus pembuatan tangkai beliung dan sendok-sendok.
Pater Schmidt memisahkan satu kelompok yang dianggap sebagai orang-orang yang “paling tua menurut etnologi”. Mereka terdiri dari gerombolan- gerombolan pemburu, yang merupakan sisa-sisa masyarakat yang memisahkan diri dari kebudayaan dunia yang paling tua, dan semenjak itu tidak mendapat banyak tambahan unsur-unsur baru dalam kebudayaannya, karena mereka mengembara ke daerah-daerah pinggiran di dunia — daerah kutub, Tierra del Fuego, hutan-hutan, padang-padang pasir dan lain-lain daerah terasing. Kebudayaan-kebudayaan demikian terwakili oleh orang-orang Pigmies, Semang, Andaman, Aborigine Australia, bangsa Tasmania, Eskimo, suku Indian Algonkian, suku-suku Indian dari Kalifornia Tengah dan beberapa suku bangsa dari Tierra del Fuego. Dengan mempelajari sifat-sifat umum kebudayaan-kebudayaan tersebut, Pater Schmidt mengatakan, bahwa kita mungkin dapat menyusun kembali sifat-sifat khas dari kebudayaan yang tertua di dunia.
Salah satu dari lapisan kebudayaan yang kemudian menurut mereka (ada beberapa lapisan) adalah semacam masyarakat tani yang bersifat matrilineal, di mana perempuan mendapatkan gengsi melalui kaitannya dengan tugas pengerjaan sawah dan dengan demikian berkembanglah suatu kebiasaan matrilokalitas (suami tinggal di rumah isterinya), garis keturunan menurut ibu, upacara-upacara akil-balig untuk perempuan dan pemujaan dewi-dewi. Reaksi kaum pria terhadap dominasi ini dilakukan dengan membentuk perkumpulan rahasia bertopeng dengan tujuan menggantikan pemujaan dewi-dewi dengan pemujaan bakal-bakal pria.
Sekalipun hubungan fungsional yang dicatat mungkin dapat diterima, namun tidak terdapat banyak bukti yang menjadi dasar dari adanya Kulturkreis dan pengaruh timbal baliknya. Sebagaimana dinyatakan oleh Lowie: “Sebelumnya mengenai kejadian-kejadian itu terdapat pelaporan yang dapat diandalkan di dunia ini, maka kita harus menolak bahwa pola itu bersifat lebih empiris daripada teori Morgan.15 Doktrin Kulturkreis ini lebih kompleks dan rumit daripada aliran “pan-Egyptian” dan oleh karena itu lebih sukar untuk disangkal. Rupa-rupanya di Amerika tidak ada ahli antropologi, yang menyokong dogma “pan-Egypt”, sedangkan ada beberapa yang menyokong mashab Kulturkreis.16 Antropologi sebagai disiplin akademis lahir dalam abad imperialisme. Kepercayaan-kepercayaan tentang perbedaan ras dan gagasan-gagasan tentang bodohnya orang-orang bukan berkulit putih, merupakan bagian dari imperialisme dan kolonialisme. Konsepsi tentang beban orang-orang berkulit putih dengan tema noblesse oblige, adalah juga suatu aspek dari pandangan yang sama walaupun pandangannya lebih ramah yaitu berdasar asumsi bahwa kemampuan dan motivasi dari orang berkulit putih adalah lebih unggul. Ide-ide semacam ini yang meluas, selalu dipergunakan jika diperlukan untuk membenarkan dominasi terhadap bangsa-bangsa jajahan. “Mayoritas yang tak bersuara” pada waktu itu dengan mudah dapat menerima pemikiran-pemikiran ahli-ahli pikir terkenal di Eropa dan Amerika itu.
Incoming search terms:
- pengertian difusionisme
- difusionisme
- teori difusionisme
- definisi difusionisme
- difusionisme adalah
- pengertian teori difusionisme
- jlaskn teori difusionalisme