DEFINISI TRANSENDENTAL
TRANSENDENTAL
Inggris: transcendental. Secara harfiah, transendental berarti sesuatu yang berhubungan dengan yang transenden. Di sini, yang transenden bertentangan dengan dunia material. Dalam arti ini, ‘filsafat transendental” sama dengan metafisika. Bahkan Kant sendiri menggunakan kata transendental dalam arti ini, ketika ia menyebut “transendental” aplikasi prinsip-prinsip dasar dari pemahaman murni yang melampaui atau mengatasi batas-batas pengalaman.
Dalam skolatisisme, transendental bersifat superkategoris. Dikatakan demikian karena cakupan hal-hal transendental lebih luas daripada kategori-kategori tradisional dari filsafat skolastik: forma (bentuk) dan materi, aksi dan potensi, dan sebagainya. Hal-hal transendental mengungkapkan ciri-ciri universal dan adiinderawi dari yang ada. Ciri-ciri ini ditangkap melalui intuisi, yang mendahului pengalaman apapun.
Dalam filsafat neo-skolastik, kata “transendental”yang dibedakan dari kata “transenden” biasa digunakan dalam arti logis. Transenden menunjuk eksistensi yang mengatasi kegiatan berpikir, kesadaran, dunia. Sedangkan kata “transendental” menunjuk konsep yang, karena sifatnya universal, melampaui kategori-kategori, atau sekurang-kurangnya tak dapat diperas ke dalam satu kategori saja. Jadi, konsep eksisten itu sendiri dan konsep-konsep mengenai atribut-atribut hakiki yang termasuk semua eksisten disebut transendental”. Thomas Aquinas, Scotus, Suarez, untuk sebagian karya¬nya, menggunakan istilah transcendens untuk menggantikan transcendentalis. Sebuah relasi disebut transendental, kalau relasi itu tidak dapat dimasukkan ke dalam kategori relasi. Ini disebabkan karena hubungan niscaya istilah ini dengan determinasi-determinas: mutlak eksistensi. Justru karena konsep-konsep transendental mempunyai peranan menentukan bagi determinasi realitas yang adi inderawi dan yang berguna untuk mengungkapkan realitas Allah, yang transendental dalam arti logis mempunyai hubungan hakiki dengan yang transenden atau realitas metafisik.
Kata “transendental” mengalami perubahan arti penting di tangan Immanuel Kant, walaupun masih terdapat hubungan dengan arti aslinya. Seluruh penyelidikan Kant mulai dengan pernyataan ini: Apakah metafisika sebagai ilmu mungkin? Menurut Kant, dalam memecahkan pertnyaan ini satu hal yang tidak dapat ditolak dan mutlak perlu ialah mengadakan penyelidikan cara-cara bekerjanya kemampuan-kemampuan pengetahuan kita dan bagaimana cara-cara itu disusun dalam subjek yang mendahului seluruh pengalaman kontingen. Jadi, pertanyaan transendental mengenai kemungkinan metafisika mendapat arti baru. Arti baru ini dapat kita lihat dalam definisi Kant mengenai yang transendental: “Saya menyebut transendental seluruh pengetahuan yang tidak hanya menyangkut objek, melainkan juga menyangkut cara kita mengetahui objek, sejauh cara tahu itu merupakan sesuatu yang mungkin secara a priori.” Dalam pengertian ini, Kant berbicara mengenai estetika transendental, logika transendental, atau filsafat transendental saja.
Dalam nada yang sama, Marechal menerapkan istilah “transendental” pada usaha-usaha penelitian skolastik mengenai objek formal kemampuan-kemampuan pengetahuan kita serta kebertujuannya. Kemudian istilah “transendental” diartikan sebagai usaha refleksi atas kondisi a priori pengetahuan, dan diterapkan pada kondisi itu sendiri. Dalam arti ini, kondisi pengetahuan yang demikian (yakni, kondisi-kondisi yang memungkinkan pengetahuan objektif yang berakar pada subyek sebelum semua pengalaman dan seluruh pengetahuan aktual) disebut “transendental”.
Karena itu Kant sendiri berbicara mengenai imajinasi transendental. Bentuk a priori dari arti dan pemahaman, dan pada akhirnya subjek sendiri sebagai titik paling dasariah dari kesatuan seluruh pengetahuan, disebut “transendental”. Karena bagi Kant penyelidikan transendental bermuara pada kesimpulan bahwa hanya objek pengalaman yang dapat dipahami dengan bentuk-bentuk a priori, bagi Kant yang transendental dalam hal tertentu bertentangan dengan yang transenden. Namun kita seharusnya tidak mengabaikan fakta bahwa yang transendental masih ada hubungan dengan yang transenden: dengan menggunakan kategori-kategori, sekurang-kurangnya yang transenden dapat dipikirkan, walaupun yang transenden itu tidak dapat diketahui karena tidak adanya intuisi yang cocok untuk itu. Dan ide-ide transendental pada dasarnya berhubungan dengan yang tak bersyarat, yang metafisik. Dan meskipun yang metafisik tak dapat diketahui, tetapi toh benar bahwa yang metafisik diterima sebagai postulat rasio (akal budi) praktis.
Dalam Pandangan Skolastik
Menurut skolastik ada enam transendental; tiga darinya merupakan transendental dasar. Pertama, kesatuan, hubungan Ada dengan dirinya sendiri, atau identitas Ada. Kedua, kebenaran, perbandingan antara yang ada dengan roh yang tak terbatas. Ketiga, kebaikan, perbandingan antara yang ada dan kehendak yang tidak terbatas.
Hal-hal transendental disebut untuk pertama kali oleh Alexander Hales (antara abad ke-12 dan ke-13, seorang skolastik dan realis Fransiskan), Albertus Agung, dan Thomas Aquinas. Istilah transendental diperkenalkan kemudian pada abad ke-16. Pada abad ke-17 dan ke-18, teori ini dikritik oleh nominalisme. Spinoza dan Hobbes mencap teori ini sebagai sesuatu yang “naif” dan “tuna-arti”. Kant mencapnya sebagai sesuatu yang “steril”, dan “tautologis”.
Skolastik modern mempertahankan teori ini sebagai sesuatu yang mandiri, yang tidak tergantung pada pengalaman dan ilmu pengetahuan konkret. Dan karena itu teori ini mencoba membuktikan “nilai abadi” dari metafisika dan pembenaran filosofis dari kebenaran teologis.
Berdasarkan isinya, ada yang mengatakan bahwa teori tentang definisi transendental tidak lain dari usaha untuk menciptakan teori yang sungguh kontemplatif mengenai yang ada.
Incoming search terms:
- transendental
- pengertian transendental
- teori transendental
- transendental adalah
- arti transendental
- transedental
- pengertian transcendental
- arti transedental
- contoh transendental
- pengertian transedental