CARA BUDIDAYA KARET

By On Friday, April 11th, 2014 Categories : Bikers Pintar

CARA BUDIDAYA KARET – Adalah bahan yang dikenal karena keelastisannya yang tinggi. Sifat elastis ini, yakni kecende­rungan kembali ke ukurannya semula setelah terikan dilepaskan, menyebabkan karet disebut juga elas­tomer. Sifat elastis karet diperoleh dari lateks, getah mirip susu yang dikeluarkan pohon hevea brasilisis. Karet dari getah pohon yang kemudian populer dengan sebutan karet alam ini, sekarang tengah ber­saing dengan karet yang dibuat secara sintetik dan di­sebut karet sintetik. Negara-negara penghasil karet alam utama adalah Malaysia, Indonesia, Thailand, Sri Lanka, dan India, sedangkan penghasil karet sintetik adalah Amerika Serikat, Jepang, Jerman Barat, Peran­cis, dan Inggris.

Karet Alam tersusun atas monomer-monomer isoprena yang membentuk polimer 1,4-cispoliisoprena. Sifatnya yang seperti permulur saat ditarik dan ke­mudian memendek seperti semula jika tarikan dilepas -disebabkan karena polimer karet merupakan mole­kul panjang yang melingkar-lingkar secara acak, sehingga ketika ditarik, rantai polimer mengalami pergeseran dan terentang tetapi bila dilepas akan melingkar-lingkar secara acak kembali.

Untuk membuat benda dari karet alam, ban misal­nya, diperlukan komponen dan pengolahan (vulkani­sasi) tambahan sehingga diperoleh sifat yang diinginkan. Teknik vulkanisasi karet untuk membuat karet yang tidak mudah lumer dan kenyal ditemukan oleh Charles Goodyear pada tahun 1839. Vulkanisasi ini dilakukan dengan pemanasan karet pada suhu 140°C dan penambahan belerang untuk membuat ikatan silang antar polimer, atau membuat polimer yang mengeras bila dipanasi (thermoset). Kecepatan proses vulkanisasi ini dipengaruhi suhu. Bahan lain yang ditambahkan pada proses ini antara lain karbon, pemercepat vulkanisasi, antioksidan, dan minyak, se­suai dengan tujuan pemakaian.

Konon, pada waktu Columbus datang di Amerika Selatan yang dikiranya Hindia, ia melihat anak-anak bermain dengan bola yang dapat melenting. Bola itu terbuat dari getah pohon Hevea brasiliensis. Ternyata getah karet tersebut dapat dipakai untuk bermacam- macam kegunaan. Kebutuhan yang meningkat dalam bidang transportasi, kimia, elektronika, dan lain-lain, mendorong orang untuk membudidayakan pohon ka­ret dalam bentuk perkebunan di banyak negara.

Agar dapat menghasilkan getah, pohon ini membu­tuhkan umur sekitar tujuh tahun, tetapi selanjutnya dapat disadap selama beberapa tahun. Pengumpulan dan pengolahan getah karet merupakan pekerjaan pa­dat karya sehingga cocok dilakukan di daerah yang padat penduduknya. Perkembangan dan pertumbuhan di negara-negara Malaysia, Indonesia.

Karet sintetik pertama kali diciptakan oleh bangsa Jerman sebelum Perang Dunia II meletus. Karet sin­tetik yang mutunya masih rendah ini dibuat dari poli­merisasi dimetilbutadiena. Kemudian tahun 1930 ditemukan karet sintetik dari emulsi kopolimerisasi stirena butadiena dan butadiena akrilonitril. Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan, saat ini dikenal bermacam-macam karet sintetik hasil kopolimerisasi atau polimerisasi berbagai jenis monomer.

Beberapa monomer karet sintetik yang ada saat ini, antara lain, monomer butadiena yang dihasilkan dari proses perengkahan minyak bumi atau dari dehidrogenasi butana dengan katalis aluminium dan kromium oksida; stirena dapat diperoleh dari proses alkilasi benzena; akrilonitril dihasilkan dengan mereaksikan propilena dan amonia di dalam reaktor terfluidisasi; kloroprena dibuat dengan mereaksikan asetilena dan hidrogen klorida; isobutilena diperoleh dengan pe­nyulingan fraksi ringan minyak bumi; isoprena dibuat dari dehidrogenasi isopentana atau kondensasi isobu­tilena dengan metanol; etilena dan propilena yang di­hasilkan dari destilasi minyak bumi fraksi ringan atau perengkahan minyak bumi fraksi berat.

Banyak karet sintetik dihasilkan dari polimerisasi maupun kopolimerisasi, termasuk karet SBR {styrene-butadiene-rubber) yang biasa digunakan untuk bahan ban, pengganjal, dan alat-alat mekanik. Karet NBR (nitrile-butadiene-rubber) bersifat tahan panas, tahan senyawa alifatik, tahan minyak, dan ta­han air sabun. Karet neoprena yang merupakan poli­mer kloroprena mempunyai sifat tahan oksidasi, tahan minyak, dan tahan api. Jenis ini dipakai untuk mem­buat ban mobil, perekat, dan pelapis. Karet thyosol merupakan polisulfit-etilena dan bersifat tahan cuaca serta tahan minyak. Jenis ini dipakai sebagai pelapis bagian dalam tangki bahan bakar roket. Karet silikon yang bersifat tahan suhu tinggi sering dipakai untuk keperluan pesawat udara, gasket, dan pelindung me­sin. Karet butil adalah polimer butil, dan banyak dipa­kai

sebagai pelapis bagian dalam pipa-pipa gas. Jenis ini memiliki permeabilitas yang rendah terhadap gas dan tahan oksidasi. Karet uretan adalah kopolimer isosianat dan poliglikol. Karet yang tahan abrasi, suhu tinggi, dan oksidasi ini umumnya digunakan untuk peredam getaran mesin, karet anti ozon, matras, dan isolator. Karet hipalon merupakan polimer etilena yang bersifat tahan ozon, cuaca, panas dan bahan ki­mia. Karet polibutadiena, yang mempunyai sifat mirip karet alam dan karet SBR, banyak penggunaannya un­tuk membuat ban. Karet polietilena serta karet polipropilena bersifat tahan panas, dan biasa dipakai untuk isolasi kabel-kabel listrik.

CARA BUDIDAYA KARET | ADP | 4.5