CARA MENGATASI PENYAKIT “POWDERY MILDEW”
Penyakit “powdery mildew” atau sering juga disebut penyakit embun tepung pada tanaman jeruk banyak terdapat di Indonesia. Di Indonesia, Sri Lanka dan India penyakit ini dapat cukup berat (Sastrahidayat, 1987).
Gejala Penyakit
Gejala mudah diketahui karena adanya lapisan putih seperti tepung pada permukaan daun yang terserang. lapisan putih ini terdiri dari miselium, konidiofor dan konidia dari cendawan. Penyakit ini terutama menyerang daun-daun muda dan pucuk-pucuk yang sedang tumbuh. Penyakit “powdery mildew” ini terutama terdapat pada permukaan atas daun. Jaringan di bawah lapisan tepung Ini menjadi berwarna lebih tua dibandingkan dengan jaringan yang sehat dan kelihatan seperti berair. Daun-daun yang terserang hebat akan menjadi kering dan akhirnya rontok, sedangkan kalau daun itu terserang kurang hebat mengalami perubahan bentuk. Pucuk yang terserang dapat kehilangan daunnya dan seianjutnya terjadi kematian pucuk (die back).
Penyebab penyakit
Penyakit “Powdery Mildew” disebabkan oleh Jamur Oidium tingitaninum (Semangun, 1973). Jamur adalah satu kelompok jasad hidup yang tidak mempunyai khlorofil, mempunyai inti sel. Berukuran lebar 1 5 milimikron dan panjang 5 30 milimikron dan umumnya berbentuk seperti pita (Filamentus) dan multiseluler. Tiap filamen disebut hifa yang berdinding tipis, transparan dan berbentuk seperti tabung serta berisi protoplasma. Hifanya ada yang bersekat, dan ada yang tidak (Hadioetomo dkk., 1986). Tidak adanya khlorofil maka jamur dapat hidup sebagai saprofit (hidup pada organisme yang sudah mati) yang bermanfaat bagi kehidupan yaitu sebagai parasit (hidup pada organisme yang masih hidup) yang merupakan penyebab penyakit baik pada tumbuhan, hewan maupun manusia.
Salah satu jamur sebagai parasii yang menyebabkan tanaman yang ditumpanginya menjadi sakit dan menimbulkan kerugian adalah jamur Oidium tingitaninum. Jamur ini menyebabkan penyakit embun tepung (“Powdery mildew”) (Sugiharso dan Suseno, 1982; Semangun, 1988).
Menurut Alexopoulus 1979 Oidium tingitaninum diklasifikasikan sebagai berikut:
Divisi : Amastigomycota Subdivisi : Deuteromycota Klas : Deuteromycetes
Ordo : Moniliales
Famili : Moniliaceae Genus : Oidium Species : Oidium tingitaninum.
Dari klasifikasi di atas ternyata Oidium tingitaninum termasuk kelas deuteromycetes atau jamur tak sempurna (“Fungi Imperfecti”).
Jamur tak sempurna yaitu jamur yang belum diketahui cara pembiakan generatifnya, hifanya bersekat-sekat. Semua species Moniliales alat perkembang biakan terdiri atas fragmentasi atau tunas dari hifa berupa oidia, konidiofor, sporodokia atau sinema ^ (Dwidjosaputro, 1976, Alexopoulus and Mims, 1979).
Jamur ini mempunyai konidia yang tersusun dalam rantaian darj 4 8, tak berwarna dan berbentuk seperti tong dengan ujung-ujung yang membulat dengan ukuran yang bervariasi. Ukuran konidium dipengaruhi oleh jenis tumbuhan inang dan cuaca. Konidium menyebar dengan dipencarkan oleh angin. Cendawan Oidium tingitaninum masuk ke dalam jaringan epidermis dan menghisap sari makan melalui houstoria. Micelium cendawan menutupi permukaan daun (Pathak, 1980).
Faktor-faktor yang mempengaruhi penyakit
Penyakit ini jarang terdapat di pertanaman jeruk di daerah dataran rendah. Gangguan yang berarti sering ditemui di daerah pegunungan. Tanaman yang berumur 1-2 tahun dapat menjadi gundul sama sekali sedangkan tanaman yang tua karena berkurangnya jumlah daun menjadikan sangat lemah. Penyakit umumnya muncul kalau keadaan agak panas dan lembab (Sugiharso dan Suseno, 1982). Sedangkan menurut Semangun (1988) penyakit terutama muncul bila cuaca pagi hari cukup lembab yang diikuti dengan matahari bersinar selama beberapa jam. Ini dikarenakan perkecambahan spora memerlukan cuaca yang lembab, tetapi permukaan daun harus kering. Setelan hujan cukup lebat sehingga permukaan daun selalu basah, biasanya penyakit embun tepung berhenti. Dari penelitian di Malaya diketahui bahwa pertumbuhan yang optimum dari cendawan terdapat pada suhu 15° C dan kelembaban udara relatif 75-80%. Semua jenis tanaman jeruk rentan terhadap penyakit embun tepung ini.
Pengendalian Penyakit
Menurut Sastiosuwignyo (1992) dalam ilmu penyakit tumbuhan ada empat dasar yang digunakan untuk menanggulangi penyakit tumbuhan yaitu : (1) eksklusi patogen tumbuhan, (2) eradikasi atau pemusnahan patogen tumbuhan, (3) perlindungan terhadap inang, dan (4) mengembangkan jenis inang yang tahan. Dalam penanggulangan penyakit ta-naman berbagai cara telah digunakan dan terus dikembangkan. Cara-cara itu tergantung kepada jenis patogen, inang dan interaksinya. Jadi cara itu berbeda antara satu penyakit dengan penyakit lainnya. Berbagai cara penanggulangan ini dapat diklasifikasikan dalam beberapa cara yaitu dengan membuat peraturan-peraturan budidaya, biologi, fisik, dan kirr.ia. Cara pengendalian dengan budi-daya bertujuan untuk membantu atau meniadakan kontak antara tanaman dan patogen yaitu dengan memusnahkan atau mengurangi jumlah patogen dalam tanah, pertanaman atau suatu daerah. Cara biologi dan beberapa cara budidaya bertujuan untuk memperbaiki ketahanan tanaman inang dan memberikan kondisi yang menguntungkan bagi organisme antagonistik terhadap patogen. Cara fisik dan kimia bertujuan melindungi tanaman terhadap inokulum patogen yang mungkin datang dan mengobati infeksi yang sedang berlangsung (Sastrosuwignyo, 1992). Menurut Semangun (1973) usaha pengendalian penyakit mutlak dilakukan secara kultur teknis, resistensi tanaman, fisis/ mekanis dan kimiawi. Pengendalian secara kultur teknis dianggap paling aman sekaligus meningkatkan produksi. Memerlukan ketekunan dan pandangan yang luas tentang teknik bercocok tanam yang baik. Pengendalian penyakit dapat pula dilakukan dengan menanam varietas yang resisten. Akan tetapi sampai sekarang belum diketahui varietas jeruk manakah yang tahan terhadap penyakit “powdery mildew”.
Pengendalian secara mekanis/fisis dapat dilakukan dengan jalan membuang (memangkas) bagian tanaman yang sakit kemudian dibakar. Akan tetapi cara demikian kurang memberikan hasil yang baik karena ada kemungkinan bahwa sebagian jamur penyebab penyakit masih tertinggal pada batang hasil pangkasan, sisanya dapat menginfeksi daun-daun baru. Pengendalian secara kimiawi dapat dilakukan dengan hati-hati dan pada waktu yang dibutuhkan dengan menggunakan fungisida. Fungisida yang biasa dipakai untuk memberantas penyakit ini adalah tepung bclerang dan Bubur Kalifornja. Cara membuat Bubur Kalifornia adalah sebagai berikut:
Dalam sebuah bejana (yang cukup memuat 25 Itr) dipanaskan 17 Itr air sampai mendidih. Tepung belerang sebanyak 2,5 kg dicampur dengan 1.5 Itr air dalam ember diaduk hingga menjadi bubur. Masukkan ke dalam 1,5 kg kapur tohor dan aduklah baikbaik. Jika cairan itu menjadi terlalu kental tambahkan air. Apabila semua kapur telah hancur dan bubur itu warnanya mulai kuning tua masukkan ke dalam air mendidih dalam bejana tersebut di atas. Campuran itu diaduk terus dan dipanaskan agar mendidih terus selama satu jam. Jagalah jangan sampai menbuih terlalu banyak. Perlu ditambahkan air sedikit demi sedikit, agar tinggi permukaafi cairan tetap seperti semula.
Setelah mendidih selama sejam diangkat dari api dan didinginkan. Bubur belerang, kapur mengendap, cairan jernih di atas endapan itulah yang diambil dan dipergunakan.
Untuk dipakai sebagai obat semprot (Oidium sp) diambil satu bagian cairan dan dicampur dengan 30 35 bagian air. Cairan bubur ini supaya .dapat disimpan lama dimasukkan ke dalam botol dan diatasnya diberi selapis minyak tanah, agar tidak bersentuhan dengan udara luar.
Di India penyakit embun tepung pada jeruk dikendalikan juga dengan penyemprotan Thiovit 0.5 % dan Solbar 0.3 % (Pathak 1976).
Penyerbukan dan penyemprotan dilakukan selama masih terdapat daun-daun yang muda. Pekerjaan ini dilakukan tiap minggu sampai sisa serangan hilang. Penyerbukan harus dilakukan waktu daun masih basah sehingga serbuk belerang melekat pada daun (Semangun, 1988).
Incoming search terms:
- fungisida untuk embun tepung
- cara mengatasi penyakit embun tepung pada tanaman
- cara mengatasi penyakit embun tepung pada tumbuhan
- cara mengatasi penyakit embun tepung
- penyakit embun tepung pada tanaman jeruk