DEFINISI KEBENARAN

By On Monday, July 29th, 2013 Categories : Bikers Pintar

KEBENARAN

Istilah Latin veritai dan Yunani aletheia. Istilah ini lawan dari kesaJahan, kesesatan- kepalsuan dan juga kadang opini.

A. Sejumlah definisi, teori, dan kriteria kebenaran sudah diajukan sepanjang sejarah filsafat.

1. Teori-teori pokok tentang kebenaran meliputi teori korespondensi (kebenaran berkorespondensi atau sepadan dengan kenyataan), teori koherensi (kebenaran adalah sistem ide yang koheren), teori pragmatis (kebenaran adalah pemecahan yang memuaskan atau “raktis atas situasi problematis), teori semantik (pernyataan-pernyataan tentang kebenaran berada dalan’ suatu metabahasa dan mengena pada pernyataan-pernyataan dalam bahasa dasar), teori performatif (pernyataan kebenaran merupakan persetujuan yang diberikan terhadap pernyataan tertentu).

2. Kriteria kebenaran adalah tanda-tanda yang memungkinkar kita mengetahui kebenaran. Koherensi dan kepraktisan merupakan contoh kriteria macam ini. Adakalanya consensus gentian, (kesepakatan umat manusia) dianggap sebagai salah satu kriteria kebenaran. Sejumlah kriteria lain akan muncul da-lam uraian di bawah ini.

 

B.Para filsuf sudah sejak awal menytbukkan dirinya dengar problem kebenaran.

3. Meskipun pada tahap awalnya, seperti juga pada kebanyakar tahap-tahap lain, filsafat berkembang berdasarkan anggapar bahwa ada kebenaran yang harus ditemukan, anggapan in ditentang oleh kaum Sofis Yunani. Protagoras berpendapa: bahwa kebenaran adalah relatif. Apakah berkaitan dengar individu atau spesies tidak jelas dari anggapan ini; tetap pandangan Relativisme telah memberikan pengaruh yanj; berarti dalam sejarah filsafat.

4. Plato mengkaitkannya baik dengan teori korespondensi mau pun teori koherensi. Dia merintis teori korespondensi kebenaran; tetapi karena ia menyatakan prinsip itu secara negatif, barangkali pandangannya atas korespondensi lebih cocok dinamakan teori diskorespondensi tentang kesalahan. Walau bagaimanapun, jelas dari deskripsinya mengenai dialektika bahwa kebenaran pada akhirnya berhubungan dengan dirinya sendiri saja, dan hanya kriteria seperti koherensi dan konsistensi mengena pada perbuatan memulai, melanjutkan, dan mengakhiri dalam ide-ide.

5. Aristoteles menyediakan ungkapan definitif tentang teori kores-pondensi. “Menyatakan ada yang tidak ada, atau tidak ada yang ada adalah salah, sedangkan menyatakan ada yang ada dan tidak ada yang tidak ada adalah benar”. Pada hematnya, dengan fakta-fakta kasus, pernyataan-pernyataan dikatakan benar dan salah.

6. Sang Skeptik, Carneades yakin bahwa karena kebenaran sama sekali tidak ada, manusia sebaiknya hidup dalam penangguhan putusan.

7. Carneades, filsuf Budhis, Nagarjuna, mengemukakan bahwa kebenaran mempunyai dua aspek. Yang satu empiris dan merupakan tampakan semata, sedangkan yang lain absolut dan mengatasi akal budi.

8. Plotinos beranggapan bahwa kebenaran menuntut suatu identitas (kesamaan) antara pemikiran dan hal. Dengan demikian ia meninggalkan teori korespondensi dan memasuki teori identitas tentang kebenaran.

9. Terjadi suatu diskusi yang intensif pada Abad Pertengahan mengenai doktrin kebenaran ganda, yang diajukan oleh Averroes. Doktrin itu menyatakan bahwa apa yang benar dalam filsafat mungkin saja salah dalam agama, dan sebaliknya juga.

10. Thomas Aquinas, bersama dengan kaum Skolastik pada umumnya, melanjutkan teori korespondensi, dengan mendefinisikan kebenaran sebagai cuiequatio rei et intellectus (kesesuaian, kesamaan pikiran dengan hal, benda). Karena kebenaran merupakan istilah transendental yang mengena pada semua yang ada, dalam arti tertentu kebenaran bukanlah suatu pernyataan tentang cara hal-hal berada tetapi melulu hal-hal itu sendiri. Dan karena Allah adalah kebenaran-Nya sendiri, ide-ide dalam pikiran ilahi adalah benar, entah ide-ide itu berkorespondensi dengan apa pun di luar Allah (yaitu keadaan dunia yang sekarang) atau tidak.

11. Hobbes memandang kebenaran sebagai pengaturan nama-nama dengan tepat. Benar dan salah, pada hematnya, merupakan atribut-atribut dari ucapan, bukan dan hal-hal. Itulah sebabnya orang yang bernalar secara tepat dengan kata-kata tak akan jatuh ke dalam kekeliruan.

12. Kendati Descartes menerima teori korespondensi, segi yang paling mencolok dari pandangannya ialah keyakinan bahwa kejelasan dan keterpilahan sebuah ide merupakan tanda kebenarannya.

13. Spinoza mengemukakan bahwa kebenaran mempunyai standarnya sendiri. Sebagaimana terang menyingkapkan baik dirinya sendiri dan kegelapan, begitu pula “kebenaran adalah standar untuk dirinya sendiri dan kesalahan”.

14. Leibniz membedakan antara kebenaran akal dan kebenaran fakta. Yang terdahulu berlandaskan prinsip identitas, dan yang belakangan prinsip alasan yang mencukupi. Yang terdahulu niscaya, dan yang belakangan kontingen. Pembedaat ini dewasa ini dinamakan pembedaan analitik-sintetik.

15. Locke sambil meneruskan tradisi teori korespondensi, melan jutkan pembedaan dari Leibniz atas tipe-tipe kebenaran. h membedakan antara kebenaran kata (bcrdasarkan kesesuaian ide-ide) dan kebenaran pemikiran (bcrdasarkan kesesuaian ide- ide dengan hal-hal). Ditcgaskannya pula, kebenaran dan kesalahan berpautan dengan proposisi-proposisi dan bukan de ngan ide-ide scndiri-sendiri.

16. Hume menggunakan terminologi yang berbeda untui pembedaan analitik-sintetik, dengan memisahkan matters d fact (fakta) dari relasi ide-ide.

17. Kant beranggapan bahwa kebenaran berhubungan dengai putusan-putusan. Ia menambahkan putusan sintetik aprm ke-pada pembedaan analitik-sintetik yang tengah berkembanj

18. Hegel membedakan antara kebenaran formal dan histori; Yang pertama bertalian dengan matematika, dan yang kedu dengan keberadaan yang konkret. Ia juga berbicara tentang kebenaran absolut sebagai sintesis terakhir dari faktor-faktor universal dan individual, abstrak dan konkret.

19. Kierkegaard, yang menentang Hegel, membedakan antara kebenaran sebagai apropriast subjektif dan sebagai aproksimasi objektif (penghampiran objektif). Dengan anggapan bahwa pendekatan yang kedua menuju kepada aproksimasi yang tak ada akhirnya, ia mendukung pendekatan yang pertama. Dia menyatakan bahwa dalam arti lebih dalam kebenaran adalah subjektivitas.

20. Peirce, pendiri pragmatisme, mendefinisikan kebenaran sebagai sekumpulan kepercayaan yang dipeluk oleh persekutuan peneliti dalam jangka panjang — setelah suatu rangkaian penelitian yang tak tertentu panjangnya. Pasangan objektif kepercayaan atau keyakinan ini adalah yang real. Oleh karena itu, kebenaran merupakan hasil penelitian.

21. Pandangan William James mungkin lebih umum dipandang sebagai doktrin pragmatik tentang kebenaran dibandingkan dengan pandangan Peirce. Dia memandang kebenaran sebagai apa saja yang menempatkan orang ke dalam hubungan yang memuaskan dengan dunia. Kebenaran adalah sesuatu yang layak dan berguna dalam jalan keyakinan sebagaimana kejujuran merupakan sesuatu yang layak dan berguna dalam cara membawa diri. Kebenaran dapat berubah maupun maju terus.

22. F.H. Bradley menganut teori koherensi kebenaran. Menurutnya, inkonsistensi pandangan dunia yang berdasarkan akal sehat mendorong kita untuk mengangkat suatu pengalaman absolut, yang sama sekali individual dan serentak sama sekali universal. Memang sistem-sistem lain yang kurang universal memiliki berbagai derajat kebenaran, akan tetapi Sang Absolut adalah Sang Kebenaran.

23. Dewey melanjutkan teori pragmatik tentang kebenaran, dengan menghubungkan penelitian dengan pemecahan masalah. Karena tujuan penelitiah adalah situasi yang ditransformasi dan bukan kebenaran abstrak, Dewey menggantikan istilah seperti kebenaran dan pengetahuan dengan frase (ungkapan) warranted assertability (ketandasan yang terjamin).

24. Santayana memandang kebenaran sebagai “deskripsi standar” segi-segi hal material.

25. Bertrand Russell beranggapan bahwa kebenaran harus ditafsir sebagai korespondensi antara proposisi atau kalimat dan fakta. Dalam atomisme logisnya, korespondensi ini merupakan segi utama kenyataan.

26. G.E. Moore memandang kebenaran sebagai korespondensi antara keyakinan dan fakta. Jika keyakinan benar, dalam alam raya terdapat fakta yang menjadi padanan keyakinan. Jika keyakinan salah, tidak terdapat fakta seperti itu.

27. Bagi Jaspers, kebenaran bersifat historis, tak terpisahkan dari si pemikir dan situasinya.

28. Wittgenstein membentangkan dalam Tractatus teori korespondensi tentang kebenaran dengan suatu relasi pencerminan antara kalimat-kalimat atomis dan fakta-fakta elementer yang menentukan dunia. Pencerminan itu kurang mencolok dalam tulisan-tulisannya yang kemudian, tetapi tidak hilang sama sekali.

29. Bagi Heidegger, kebenaran ditemukan oleh individu dalam keterbukaan terhadap hal yang dimungkinkan oleh kebebasan.

30. Blanshard mengangkat teori koherensi. Sistem merupakan istilah kunci. Tidak hanya kebenaran tetapi juga makna berasal dari relasi suatu datum dengan sistem di mana datum merupakan bagian darinya.

31. Tarski mengajukan doktrin semantik tentang kebenaran. Menurutnya, bila kita menyatakan bahwa suatu pernyataan benar. perkataan demikian merupakan pernyataan tentang pernyataan, dan dengan begitu berada dalam metabahasa. Dengat menganggap pandangan ini sebagai suatu kesepakatan, pan dangannya tentang kebenaran dinamakannya kesepakatan T.

32. Nagel mengikuti teori pragmatik tentang kebenaran dalam banyak cara. Baginya, pembedaan antara menyatakan suatt teori sebagai memuaskan dan menyatakannya sebagai benai hanyalah perbedaan verbal.

33. Strawson menolak analisis metalinguistik yang diintrodusii oleh Tarski dan menggantikannya dengan teori performatif Karena, menurut Strawson, benar dan salah bukanlah istilah istilah deskriptif bila kita berkata bahwa suatu pernyataan benar, kita hanya menyingkapkan persetujuan kita terhadap pernyataan itu.

Incoming search terms:

  • pengertian kebenaran
  • definisi kebenaran
  • kebenaran adalah
  • arti kebenaran
  • apa itu kebenaran
DEFINISI KEBENARAN | ADP | 4.5