DEFINISI KEUTAMAAN
1. Socrates memulai diskusi dengan mengidentikkan keutamaan dengan pengetahuan, dan berkata bahwa orang tidak akan mengetahui kebaikan tanpa juga menghendakinya.
2. Plato memberikan sumbangan analisis yang mendalam dan halus tentang empat keutamaan: kebijaksanaan, keberanian, keugaharian, dan keadilan.
3. Aristoteles membuat pembedaan antara keutamaan intelektual dan moral, dengan mengaitkan yang terdahulu dengan kehidupan teoritis dan yang kemudian dengan kehidupan praktis. Menurutnya, keutamaan moral memerlukan pengembangan kebiasaan yang mengarah kepada pilihan jalan tengah antara ekstrem-ekstrem dalam perilaku.
4. Kaum Stoa memperlakukan ide keutamaan dengan macam cara. Kadang menyamakannya dengan pembagian-pembagian filsafat, kadang membedakan antara keutamaan teoretis dan praktis, dan kadang pula menspesifikasikan berbagai keutamaan individual.
Keutamaan pokok atau utama dalam Stoisisme adalah kepandaian, keberanian, keadilan, dan disiplin-diri.
(a) Kepandaian, atau inteligensi, terdiri dari (1) pengetahuan tentang apa yang baik (terbaik, paling tepat, paling kena, paling rasional dalam situasi) dan (2) pengetahuan tentang bagaimana memperoleh kebaikan dan/atau meng- hindari kejahatan.
(b) Keberanian terdiri dari (1) pengetahuan tentang apa yang ditakuti dan apa yang tidak ditakuti dan (2) kemampuan mengendalikan ketakutan sendiri dalam ke- sulitan.
(c) Keadilan ialah (1) mengetahui bagaimana menjadi benar, mengetahui bagaimana memberikan orang lain apa yang menjadi hak mereka sebagai pribadi manusiawi individual dan anggota suatu persaudaraan universal dan (2) mengetahui bagaimana mendapatkan dari mereka sebagai balasan apa yang menjadi hak kita sendiri.
(d) Disiplin-diri (yang menggabungkan baik ide-ide berdiri sendiri maupun pengendalian-diri) adalah (1) mengetahui hasrat atau dorongan mana yang akan dikorbankan dan apa yang ditentang dan (2) mengetahui kenyataan sendiri ranpa tipuan dan ilusi.
5. Ambrosius-lah yang memperkenalkan istilah keutamaan pnkok, setelah membaca pengklasifikasian Plato dalam tulisan-tulisan Cicero.
6. Augustinus mempertahankan keutamaan-keutamaan utama dari Plato, seraya menegaskan bahwa cinta merupakan sumber dasariah semua keutamaan.
7. Selama Abad Pertengahan kaum moralis Kristen berbicara tentang tujuh keutamaan, dengan menambahkan kepada keutamaan-keutamaan pokok keutamaan-keutamaan teologis: iman, pengharapan dan cinta kasih.
8. Hobbes percaya bahwa keutamaan moral berakar pada hasrat akan perdamaian, yang merupakan hukum alam. Dia menganggap keadilan, ucapan syukur, keugabarian, kesamaan, kerahiman sebagai amat mendasar, bersama dengan hukum-hukum alam lainnya. Mungkin secara tidak konsisten, dia juga memandang keutamaan moral sebagai narna yang tidak konstsn, yang berubah-ubah untuk setiap pembicara.
9. Geulincx memandang keutamaan utama sebagai ketekunan, ketaatan, keadilan, dan kerendahan hati.
10. Spinoza kembali kepada arti asali keutamaan. Keutamaan primordial manusia dipandang sebagai usaha untuk mempertahankan hidupnya sendiri. Perkembangan keutamaan seperti itu menuntut manusia untuk hidup sesuai dengan akal.
11. Locke beranggapan bahwa kebajikan (keutamaan dalam artian moral) dan kefasikan merupakan kesukaan atau kebencian, pujian dan umpat terhadap masyarakat individual.
12. Malebranche menganggap cinta akan keteraturan sebagai dasar semua keutamaan moral.
13. Montesquieu memandang cinta kepada hukum dan Negara sebagai ciri pokok keutamaan politik, yang pada gilirannya menjadi dasar semua keutamaan lainnya.
14. Voltaire memandang keutamaan dalam konteks sosial dan bukan personal, yang berhubungan dengan kepentingan orang lain.
15. Rousseau, bersama dengan sejumlah pemikir abad ke-18, kembali kepada salah satu pandangan dasar kaum Stoa, yang mengidentikkan keutamaan dengan kodrat.
16. Bagi Kant, keutamaan berkaitan dengan kewajiban yang sudah tertanam kuat dalam watak kita. Keutamaan tidak berurusan dengan kebahagiaan, tetapi kelayakan kita untuk berbahagia.
Incoming search terms:
- arti keutamaan
- definisi keutamaan