HUMAN NATURE (SIFAT MANUSIA) ADALAH
Humanistik.
Human nature (sifat manusia) adalah Ada banyak definisi yang berbcda tentang gagasan ini. Masing-masing definisi bukan hanya mengambil posisi tertentu, tetapi juga mengklaim sebagai perspektif yang unik. Pertentangan ini bukan kebetulan, sebab beberapa gagasan tentang sifat manusia adalah komponen utama dari pemikiran sosial. Kontribusi yang lebih signifikan selama seabad terakhir dapat dibagi menjadi dua kelompok utama—”ilmiah” dan “humanistik.”
Kehidupan sosial manusia. Human nature (sifat manusia) adalah
Neo-Darwinisme. E. 0. Wilson mendefinisikan sifat manusia sebagai “kumpulan adaptasi genetik terhadap lingkungan yang sebagian besar telah punah, dunia pemburu, dan peramu di Abad Es” (1978, h. 196). Psikolog evolusionis berpendapat bahwa kehidupan sosial manusia sangat dipengaruhi oleh mekanisme mental atau modul mental yang berkembang pada saat itu. Evolusi ini dimulai dari penyusunan tata bahasa, pemilihan pasangan, dan pengenalan emosi untuk mendeteksi kapan anak membutuhkan bantuan (Tooby dan Cosmides, 1992). Asumsi dalam SOCIOBIOLOGY mengatakan bahwa sifat manusia adalah topik yang mesti dikaji dalam ilmu alam dengan tujuan menciptakan jaringan penjelasan kausal yang konsisten antara ilmu biologi dan ilmu sosial. Etologi. Para penulis dalam aliran ini, seperti K. Lorenz (1966) dan I. Eibl-Eibesfeldt (1971), berfokus pada fakta bahwa genotipe manusia 99 persen mirip dengan sejarah genotipe simpanse. Kemiripan ini menunjukkan bahwa spesies homo sapiens muncul belakangan dalam masa evolusi. Para etolog mengklaim bahwa pola perilaku primata—misalnya, agresivitasnya, hierarki teritorialnya—mirip dalam masyarakat manusia (lihat ETHOLOGY). Behaviourisme. Penulis dalam aliran ini tidak mempertanyakan prinsip neo-Darwinisme, tetapi fokus mereka adalah pada perilaku manusia. Human nature (sifat manusia) adalah Misalnya, pendekatan ilmiah mengklaim bahwa altruisme adalah mustahil, sebab ego yang mementingkan diri (selfishness) adalah fakta tak terbantahkan dalam sifat manusia. Klaim ini dikritik karena merupakan pembelaan ideologis atas status quo sebab klaim itu mengabaikan kemungkinan masa depan manusia yang bisa berubah. Contoh-contoh terse-but di atas mengilustrasikan mengapa tidak mungkin ada definisi yang seragam.