HUTAN MANGROVE SEBAGAI HUTAN LINDUNG PANTAI INDAH KAPUK
Hutan mangrove atau bakau adalah ekosistem pantai atau komunitas bahari dangkal yang sangat menarik. Kawasan ini terdapat di sekitar lokasi PIK dengan luas 50,80 ha. Mangrove menghendaki lingkungan tempat tumbuh yang tenang, membutuhkan air asin, berlumpur dan selalu tergenang. Mangrove yang tumbuh di tanah rawa memiliki peranan yang sangat penting. Dengan sistem perakarannya yang khas (akar napas, akar lutut, akar jangkar, akar gantung) mangrove merupakan pelindung bagi rawa dan dataran pantai dari hempasan gelombang yang berarti pula merupakan proses perbaikan kondisi tanah antara lain adalah dengan cara :
- Menenangkan keadaan air secara berkelanjutan;
- Menahan kembalinya atau terhanyutkannya bahan organik dan lumpur dari sungai ke laut dan sebaliknya.
- Menguatkan garis-garis pantai.
Dalam kedudukannya sebagai suatu ekosistem peralihan antara daratan dan lautan, ekosistem rawa mangrove memiliki peranan menjaga keseimbangan biota laut. Di samping itu ekosistem rawa mangrove merupakan lingkungan hidup yang bagus bagi pembesaran dan pendewasaan udang, tempat berlindung nener (benih) ikan bandeng dan sebagai tempat penggantian kulit kepiting (Scyllaserrata), rajungan (Neptunus pelagicus) yang kesemuanya itu merupakan potensi produktivitas laut. Atau mangrove adalah sebagai feeding ground, nursery ground, spawning ground dan shelter area bagi daratan.
Air laut dan air sungai yang bercampur menjadi air payau di dasar hutan itu ditumbuhi fitoplankton ganggang biru, ganggang hijau dan zooplankton lainnya, menjadi makanan bentos di lumpur dasar, seperti cacing, siput, kerang, udang dan kepiting. Pada gilirannya satwa ini menjadi mangsa bagi ikan laut pada saat air pasang, burung-burung pantai mencari makan jika air sedang surut. Burung dan kera yang terdapat di kawasan PIK, membuang kotoran di hutan bakau itu mengembalikan bahan organik ke dasar hutan. Kotoran ini menjadi sumber hara bagi bakau, berbiak dan membentuk hutan baru yang semakin lebat.
Hutan mangrove sangat peka terhadap gangguan, bila terganggu maka secara langsung akan menurunkan fungsi ekologisnya. Hal ini berakibat berkurangnya keanekaragaman jenis dan akan mengurangi kelimpahan jenis dimaksud. Memahami produksi primer dan sekunder hutan mangrove penting untuk pengalokasian sumberdaya mangrove dengan pemanfaatan yang berbeda-beda, misalknya untuk suaka alam, tempat memijah, bertelur berkembang biak dan membesarkan anak-anak hewan- hewan laut. Dengan demikian mangrove yang tumbuh sehat mempunyai produksi primer yang tinggi dan mampu mendukung sejumlah besar binatang dari pada tegakan hutan mangrove yang kerdil.
Dari uraian di atas terlihat adanya siklus makanan yang membentuk berbagai niche dalam ekosistem hutan mangrove. Burung air dan kera yang terdapat di kawasan PIK merupakan salah satu mata rantai yang sama pentingnya dengan hutan bakau yang membentuk hutan lindung tersebut.
Menurut Wirjodarmodjo dan Hamzah (1982), manfaat hutan mangrove terdiri dari:
- Sebagai sumber produksi kayu dan hasil hutan lainnya, yaitu untuk kayu bakar, arang, bahan baku pulp dan kertas, bahan penyamak dan bahan bangunan;
- Sebagai sumber akuatik, yaitu tempat memijah, bertelur dan membesarkan anak dan tempat hidup dari berbagai jenis binatang (burung, kalong), ikan, udang dan organisme laut lainnya;
- Tempat rekreasi yang baik, memancing, berperahu dan melihat-lihat burung (bird watching) yang hidup di daerah mangrove terutama pemakan ikan dan rawa misalnya blekok rawa (Butoridus striatus), pecuk ular (Anhinga anhinga), trinil (Tringa grareola) dan bluwok (Ibis cinereus);
- Sebagai fungsi perlindungan baik sekali terhadap tenaga angin dan gelombang sehingga daerah belakang dapat terhindar dari erosi pantai dan hembusan angin yang berbahaya dan merugikan.
Di samping manfaat utama diatas, mangrove bermanfaat bagi manusia untuk obat- obatan, sayuran, lalap, pulp, papan, kayu, pewarna, pengawet, makanan ternak, dan keperluan industri.