KAITAN ANEMIA DENGAN PERAWATAN GIGI

By On Saturday, August 29th, 2015 Categories : Bikers Pintar

Pada waktu dilakukan evaluasi terhadap gigi-geligi pasien, harus dapat diperkirakan mengenai status klinis dan identifikasi penyebab anemia. Konsultasi dengan dokter umum penting untuk dapat merawat kelainan gigi dan mukosa mulut penderita dengan baik. Terlebih-lebih pada pasien yang memperlihatkan keluhan letih, lesu, pusing, sesak napas dan mudah lelah.

Walaupun keluhan-keluhan ini tidak patognomonik untuk anemia, harus dilakukan penghitungan jumlah sel darah merah, karena pasien mungkin ditemukan secara kebetulan menderita anemia pada waktu dilakukan pemeriksaan laboratorium secara rutin. Demikian pula bila pada pemeriksaan di dalam mulut ditemui mukosa mulut pucat, petekia, candiasis, lidah. yang merah, licin, nyeri, gangguan sensasi pengecapan, ulser yang persisten dan lesi oral lainnya yang resisten terhadap terapi.

Pada pasien yang memberi riwayat pernah menderita anemia sebelumnya, harus ditanyakan penyebab yang tepat, terapi dan obat yang telah diberikan, serta apakah masih terdapat keluhan pada pasien tersebut. Juga harus diketahui hasil pemeriksaan darah waktu enam bulan terakhir, untuk mengevaluasi keadaan klinis pasien. Tunda perawatan giginya bila terdapat penurunan hemoglobin yang nyata, dan pasien naius segera dirujuk kembali ke dokter yang merawatnya sebelum terapi gigi dilakukan. Jangan dilakukan prosedur bedah di dalam mulut pada pasien yang jelas menderita anemia, karena dapat terjadi perdarahan yang tidak normal dan penyembuhan luka yang buruk.

Berdasarkan riwayat penyakit dan pemeriksaan laboratorium terhadap anemia, pasien perawatan gigi dan mulut dapat digolongkan ke dalam dua kategori:

  1. Pasien risiko rendah :
  2. Pasien dengan riwayat pernah menderita anemia sebelumnya dan telah mendapat terapi, asimtom, nilai hematokrit normal.
  3. Pasien dengan penyebab yang diidentifikasikan sebagai anemia ringan yang tidak memerlukan terapi dan nilai hematokrit di atas 30%.
  4. Pasien dengan penyebab yang diidentifikasikan sebagai anemia ringan, sedang mendapat terapi, asimtom, nilai hematokrit di atas 30%.
  5. Pasien anemia karena penyakit kronis, asimtom, nilai hematokrit stabil dan di atas 30%.
  6. Pasien risiko tinggi:
  7. Pasien tidak diketahui mempunyai riwayat penyakit anemia sebelumnya, tapi ditemukan menderita anemia pada waktu dilakukan evaluasi terhadap gigi-geliginya.
  8. Pasien dengan nilai hematokrit di bawah 30%.
  9. Pasien dengan bukti nyata sedang mengalami perdarahan.
  10. Pasien dengan anemia dan koagulopati.
  11. Pasien memerlukan transfusi darah lagi untuk mencegah timbulnya simtom anemia.

Pertimbangan terhadap perawatan gigi dan mukosa mulut:

Tergantung status klinik pasien anemia. Dokter gigi harus waspada terhadap penyebab dan perluasan anemia. Bila anemia akibat penyakit yang nyata, maka asal dan aktivitas penyakit ini harus diperkirakan sebelum terapi gigi dilakukan. Harus dikonsultasikan dengan dokter umum yang merawatnya bila status klinis pasien tidak jelas. Juga penting untuk mengetahui bahwa anemia tidak terjadi sekunder terhadap gangguan pembekuan darah, karena ierapi terhadap keadaan seperti itu sering memerlukan pernaiian yang khusus dari serius.

Pada pasien anemia defisiensi besi, perawatan gigi dan mulut harus ditunda dan pasien dirujuk kembali Ke dokter umum bila terdapat penurunan hemoglobin yang nyata. Oleh karena dikuatirkan dapat terjadi pendarahan yang tidak. normal dan penyembuhan luka terhambat. Pada sindrom Piummer Vinson, sebagian besar pasien akan kehiiangan gigi sehingga tidak dapat memakai protesa gigi. Juga pe-nderita sering mengeiuh spasme di tenggorokan atau adanya makanan yang melekat di tenggorokan. Dan sindrom ini potensial serius karena karsionoma faring dan karsinoma rongga mulut Sebih sering ditemui pada pasien sindrom Plumrner Vinson. Pada pasien anemia sel sabit, jangan dilakukan prosedur perawatan gigi dan mulut yag ekstensif dan dalam jangka waktu lama jika tidak diperlukan sekaii karena terdapat anemia kronis dan penyembuhan luka lambat. Pertahanan gigi sesehat mungkin karena seialu terdapat kemungkinan timbulnya infeksi yang dapat merangsang terjadinya krisis aplastik di mana kadar hemoglobin sangat rendah sehingga penderita dapat meninggal. Anestesi umum sebarknya dihindari, terutama episode hipoksia yang dapat menyebabkan trombosis serebral atau miokardial.

Pada pasien talasemia, selain terdapat penyembuhan luka yang lambat, juga terdapat kemungkinan terjadi eksaserbasi dan simtom serebral atau hipoksia jantung jika terdapat perdarahan lagi pada pasien yang pada dasarnya memang sudah menderita anemia. Pasien talasemia minor dapat diterapi giginya seperti pasien normal lainnya. Sedangkan pada talasemia mayor, terutama untuk prosedur bedah, harus konsultasi dulu dengan dokter umum yang merawatnya. Pada pasien anemia aplastik, problem primer yang potensia! yaitu infeksi dan perdarahan. Oleh karena bakteriemia yang berasal dari sumber infeksi oral dapat merupakan sumber fatal untuk terjadinya infeksi, maka diperlukan pemeriksaan yang cermat dalam rangka menghilangkan sumber infeksi dan untuk mengurangi lokasi potensial untuk terjadinya infeksi di masa yang akan datang.

Terdapat empat patokan utama dalam merawat gigi dan mulut pasien ini :

Tetapkan prosedur dental yang minimal. Hilangkan sumber infeksi secara lengkap. Waspada terhadap kemungkinan terjadi perdarahan sebagai akibat setiap prosedur perawatan gigi.

Hindari kemungkinan terjadi luka. Sikat gigi harus diganti dengan sikat gigi yang lunak.

Pada pasien anemia pernisiosa, simtom dini berupa glossitis yang merah. bengkak dan nyeri, glossopyrosis, yang menyebabkan pasien pergi mencari pengobatan ke dokter gigi. Demikian pula terdapat keluhan sulit menelan dan hilangnya sensasi pengecapan. Dan selama periode atrofi, lidah terutama sensitif terhadap trauma yang diakibatkan tambalan gigi atau protesa gigi yang kasar. Pasien biasanya juga mengeiuh sulit memakai protesa. Pasien-pasien ini seperti halnya pada penderita defisiensi nutrisi, tidak memiliki jaringan mukosa yag dapat bertoleransi terhadap iritasi tambahan yang disebabkan protesa gigi. Dokter gigi harus dapat membedakan glossitis yang berkaitan dengan anemia pernisiosa dengan lesi akibat iritasi sederhana, glossitis atrofik dan sifilis, glossopyrosis, glossodynia, nyer: psikogenik atau alergi.

Perawatan gigi dan mulut:

Pada pasien risiko rendah : Dapat diterapi seperti pada pasien yang tidak menderita anemia.

Pada pasien risiko tinggi : Bila mungkin, prosedur perawatan gigi tertentu harus ditunda sampai status klinis optimal, terutama pada pasien yang belum dapat didiagnosa pernah menderita anemia sebelumnya, belum diketahui penyebab dan obat atau terapi yang pernah diberikan. Demikian pula bila nilai hematokrit lebih rendah dari 30%.

Pasien yang sedang mengalami perdarahan, pasien dengan gangguan pembekuan darah dan pasien yang memerlukan transfusi darah berulang-ulang untuk anemia yang simtomatik, keseluruhannya membutuhkan keadaan klinis yang stabii sebelum dilakukan perawatan gigi. Bila kondisi klinis pasien sudah stabii maka pasien harus mendapat terapi gigi dalam beberapa kali waktu kunjungan yang singkat-singkat dengan stres seminimal mungkin. Dipertimbangkan untuk diberi teknik sedatif tambahan. Pada pasien yang tidak dirawat di rumah sakit, sedatif intra vena dan anestesi umum merupakan kontra indikasi. Untuk prosedur perawatan bedah lanjutan, pasien harus dirawat di rumah sakit oleh karena memerlukan pemantauan yang lebih cermat.

KAITAN ANEMIA DENGAN PERAWATAN GIGI | ADP | 4.5