KEBUDAYAAN ITU HASIL PROSES BELAJAR

By On Tuesday, October 28th, 2014 Categories : Bikers Pintar

Kebudayaan merupakan cara berlaku yang dipelajari; kebudayaan tidak tergantung dari transmisi biologis atau pewarisan melalui unsur genetis. Perlu ditegaskan hal itu di sini agar dapat dibedakan perilaku budaya dari manusia dan primat yang lain dari tingkah laku yang hampir selalu digerakkan oleh naluri. Semua manusia dilahirkan dengan tingkah laku yang digerakkan oleh insting dan naluri yang walaupun tidak termasuk bagian dari kebudayaan, namun mempengaruhi kebudayaan. Misalnya, kebutuhan akan makanan adalah kebutuhan dasar yang tidak termasuk kebudayaan. Tetapi bagaimana kebutuhan-kebutuhan itu dipenuhi — apa yang kita makan — dan bagaimana cara kita makan — adalah bagian dari kebudayaan kita. Jadi, semua orang makan, tetapi kebudayaan yang berbeda melakukan kegiatan dasar itu dengan cara-cara yang sangat berbeda pula. Dalam jaman Richard — the Lion-Hearted (1157-1199), misalnya, perabot-perabot makan tidak menghiasi meja makan orang Inggris. Kalau orang telah berkumpul pada waktu makan, makanan hanya diletakkan di tengah meja dalam panci-panci dan tiap orang mengambil sesukanya, dan makan dengan tangan. Secara berangsur-angsur, orang-orang Inggris mulai makan dengan mempergunakan alat-alat kayu atau logam. Kita makan karena kita harus makan; tetapi penggunaan alat-alat untuk makan adalah kebiasaan yang dipelajari dan dengan demikian men jadi bagian dari kebudayaan kita.

Sebaliknya, kelakuan yang instingtif tidak dipelajari. Beruang akan tidur selama musim dingin, walaupun dia terasing dari beruang lain dari kelompoknya dan tidak dapat meniru (artinya belajar) tingkah laku nenek moyangnya. Pola kelakuan yang diwarisi secara fisiologis memaksa dan beruang itu berlaku demikian. Oleh sebab tidur selama musim dingin bukan kelakuan yang dipelajari, hal itu tidak dapat dianggap sebagai suatu sifat budaya yang umum dilakukan oleh sekelompok beruang. Begitu pula, semut-semut yang bersifat sosial, tidak dapat dikatakan memiliki bersama suatu kebudayaan, walaupun mereka memiliki tingkah laku vang teratur. Mereka membagi pekerjaannya, membuat sarangnya dan membentuk barisan penyerbunya, semua berbuat begitu tanpa pernah diajari cara melakukannya dan tanpa meniru kelakuan semut-semut lain.

Tetapi monyet-monyet, banyak belajar dari induknya dan bapanya dan dari monyet sesamanya yang lebih berpengalaman. Misalnya, dalam tahun 1953, sejumlah sarjana pada Japan Monkey Center (Pusat Penelitian Monyet di Jepang) dapat mengamati-amati bagaimana suatu kelakuan yang baru menular dari satu monyet ke yang lain dan pada akhirnya menjadi bagian dari “budaya kelompok” para monyet, lepas dari faktor-faktor keturunan. Para sarjana peneliti itu, meninggalkan beberapa ubi rambat di pantai, di dekat pemukiman monyet-monyet Jepang itu. Tertarik oleh makanan itu, seekor monyet betina muda mulai dengan mencuci pasir dari ubi tersebut dengan menyemplungkan ubi-ubi tersebut dalam kali kecil di dekat situ. Sebelum itu, monyet-monyet menggosok makanannya, supaya menjadi bersih, tetapi kelakuan mencuci ini menyebar dalam kelompok monyet dan akhirnya menggantikan kebiasaan yang dahulu. Setelah beberapa tahun, 80-90% monyet mencuci ubinya. Kebiasaan yang dipelajari itu menjadi bagian dari kebudayaan monyet.

Melalui eksperimen para peneliti telah membuktikan, bahwa kera dan monyet mempelajari banyak variasi kelakuan, ada yang meliputi kelakuan yang fundamental seperti hal-hal mengenai asuhan ibu dan kelakuan yang agak genit seperti kesukaan pada permen. Memang monyet pada hakekatnya mempunyai masa kanak-kanak vang relatif panjang kalau dibandingkan dengan binatang- binatang lain, dan mereka harus belajar banyak sebelum dapat berfungsi sebagai monyet dewasa. Proporsi dari kelakuannya yang diperoleh melalui proses bela jar relatif lebih tinggi dibandingkan dengan binatang-binatang lain. Manusia mempunyai masa kanak-kanak yang paling pan jang dari semua mahluk hidup. Mengenai jumlah dan rumitnya pola-pola kelakuan yang dipelajarinya dan yang diteruskannya kepada anaknya, manusia itu unik. Dan ia mempunyai cara yang unik untuk meneruskan kebudayaan: yaitu melalui bahasa.

KEBUDAYAAN ITU HASIL PROSES BELAJAR | ADP | 4.5