KELOMPOK-KELOMPOK SOSIAL
Manusia pada dasarnya dilahirkan seorang diri; namun di dalam proses kehidupan selanjutnya, manusia membutuhkan manusia lain disekelilingnya. Ini merupakan salah satu pertanda bahwa manusia itu adalah mahluk sosial yaitu mahluk yang hidup bersama. Analisa mengenai manusia sebagai mahluk sosial telah banyak dilakukan. Aristoteles, misalnya telah menyatakan bahwa manusia adalah mahluk sosial (zoon politicon; man is a social animal). Atau; manusia adalah manusia karena ketergantungannya dan keanggotaannya dalam suatu lingkungan (polis) tertentu. Bouman juga mengemukakan bahwa manusia baru menjadi manusia setelah manusia itu hidup dengan manusia lainnya. Mengapa? Soerjono Soekanto menulis bahwa di dalam diri manusia pada dasarnya telah terdapat keinginan yaitu keinginan untuk menjadi satu dengan manusia lainnya dan keinginan untuk menjadi satu dengan alam sekitarnya.
Dengan berdasarkan atas keinginan tersebut tadi- terutama keinginan untuk menjadi satu dengan manusia lainnya dan agar keinginan tersebut dapat diwujudkan, maka ia (baca: manusia) haruslah melakukan hubungan atau interaksi dengan manusia lainnya. Dengan adanya hubungan atau interaksi tersebut maka akan tercipta suatu pergaulan hidup dan manusia itu hidup dalam suatu pergaulan. Hidup dalam suatu pergulan, menurut Raymond Firth, dapat diartikan sebagai “organisasi kepentingan-kepentingan perorangan, pengaturan sikap orang yang satu terhadap orang yang lain dan pemusatan orang-orang dalam kelompok-kelompok tertentu untuk kepentingan bersama. Apabila kita menelaah pernyataan ini, maka kita dapat menyatakan bahwa kelompok, tegasnya kelompok sosial merupakan salah satu pewujudan dari pergaulan hidup atau kehidupan bersama itu, atau dengan lain perkataan bahwa pergaulan hidup itu mendapat pewujudannya di dalam kelompok-kelompok sosial.