MENCEGAH PENYAKIT KARDIOVASKULAR
MENCEGAH PENYAKIT KARDIOVASKULAR – Sampai saat ini, sebagian besar pembahasan kita tentang terapi terfokus pada berbagai situasi di mana para profesional dapat ditemui oleh klien mereka di kantor, klinik, atau rumah sakit. Tipe layanan ini, yang disebut sebagai tipe menunggu (Rappaport & Chinsky, 1974), merupakan karakteristik terapi tradisional, baik berupa rawat jalan maupun rawat inap. Psihologi homunitas, secara kontras, merupakan pekerj aan jemput bola; para psikolog komunitas, tidak menunggu orang lain mengawali kontak, namun mencari masalah yang harus ditangani, atau bahkan masalah potensial. Selain itu, para psikolog komunitas sering kali memfokuskan pada pencegahan, kontras dengan situasi yang lebih umum yang mencoba mengurangi keparahan a tau durasi masalah yang telah terjadi. Di sini kami gambarkan suatu program yang ditujukan untuk mencegah penyakit kardiovaskular.
Menggunakan Media Massa untuk Mengurangi Penyakit Kardiovaskular
Risiko penyakit kardiovaskular prematur meningkat karena gaya hidup masyarakat industri yang makmurhanya membutuhkan sedikit kerja fisik dan banyak makan makanan berkalori tinggi yang kaya lemak. Salah satu upaya untuk mengubah gaya hidup yang membahayakan tersebut adalah menggunakan media massa untuk menginformasikan kepada masyarakat apa yang dapat dilakukan untuk mengurangi risiko berbagai penyakit semacam itu (Altman & Goodman, 2001). Sekelompok peneliti di Stanford Heart Disease Prevention Program, dipimpin oleh Nathan Maccoby (Maccoby & Altman, 1988), seorang psikolog yang terkenal karena karyanya dalam bidang komunikasi, menangani tugas tersebut. Untuk Three Communities Project, mereka memilih kampanye media dan program yang langsung, intensif, dan instruksional.
Tiga kota di California Utara menjadi subjek penelitian mereka. Watsonville dan Gilroy menjadi dua kota eksperimental, dan Tracy menjadi kota kontrol. Selama dua tahun kedua kota eksperimental tersebut dibombardir dengan kampanye media massa yang menginformasikan kepada para penduduk tentang penyakit kardiovaskular. Kampanye tersebut mencakup acara-acara televisi dan radio, kolom mingguan di surat kabar, dan iklan di surat kabar serta kisahkisah yang mendorong orang untuk berhenti merokok, lebih banyak berolahraga, dan makan makanan rendah kolesterol. Poster di bis-bis dan toko-toko secara ringkas dan bergambar menyampaikan informasi penting seperti manfaat mengonsumsi telur lebih sedikit karena kuning telur mengandung kolestorel tinggi. Selain itu, sampel penduduk Watsonville yang berisiko tinggi menderita penyakit jantung menerima instruksi intensif dalam sesi-sesi kelompok dan konseling individual di rumah selama sepuluh minggu. Para peneliti ingin menguji apakah informasi (a.1., bagaimana memilih dan menyiapkan makanan rendah lemak dan kolesterol) dan peringatan untuk mengubah gaya hidup yang disampaikan melalui tatap muka dapat menambah manfaat positif apa pun yang dihasilkan oleh kampanye media massa. Hasilnya mengungkap bahwa pengetahuan pen-duduk Watsinville dan Gilroy tentang berbagai faktor risiko penyakit kardiovaskular bertambah secara signifikan; pen-duduk di kota kontrol tidak mendapat pengetahuan semacam itu. Konsumsi telur lebih banyak berkurang di Watsonville dan Gilroy dibanding di Tracy, dan penurunan tekanan darah yang signifikan secara klinis terjadi di kedua kota eksperimental, kontras dengan sedikit kenaikan di kota kontrol. Para penduduk
Watsonville yang berisiko tinggi yang berpartisipasi dalam program instruksi intensif khusus meraup manfaat yang lebih besar berupa konsumsi telur dan tekanan darah yang lebih rendah. Terakhir, para peneliti melakukan pengukuran seluruh risiko pada penduduk kota, suatu bobot rata-rata dari beberapa faktor risiko fisik yang telah diketahui—tingkat kolesterol yang tinggi dalam darah, merokok, dan kurang berolahraga. Mereka menemukan turunnya risiko secara sangat signifikan pada penduduk kedua kota eksperimental, sebuah hasil penting, karena berdasarkan penelitian sebelumnya skor risiko yang tinggi memberikan prediksi cukup baik terhadap insiden penyakit jantung dalam periode 12 tahun.
Berbagai temuan positif tersebut memicu program yang lebih ambisius dan berskala lebih besar yang disebut Stanford Five City Project, yang memperluas program instruksional tatap muka ke berbagai lokasi komunitas, seperti sekolah, perguruan tinggi, rumah sakit, dan tempat kerja, dan melibatkan lebih banyak orang dengan kelompok umur yang lebih luas. Salah satu tujuan penting adalah untuk memasukkan berbagai program edukasional ke dalam berbagai organisasi masyarakat yang sudah ada sehingga setiap efek yang menguntungkan dapat tetap dipertahankan setelah para peneliti menyelesaikan tugasnya (Altman, Flora, & Farquhar, 1986). Pengukuran tergantung mencakup penyakit aktual dan kematian karena penyakit kardiovaskular. Dimulai pada tahun 1978 dan terus berjalan dengan baik hingga _Lahun 1990-an, menunjukkan efektivitas intervensi dalam menurunkan secara signifikan beberapa faktor risiko, termasuk merokok, naiknya level kolesterol, aktivitas fisik yang rendah, dan tekanan darah yang tinggi (Farquhar, 1991; Farquhar, Fortman, Flora, Taylor dkk., 1990; Jackson dkk., 1991; Maccoby & Altman, 1988; Schooler, Flora, & Farquhar, 1993).
Karya kelompok Stanford dan berbagai proyek sejenis di Finlandia (Tuomilehto dkk., 1986) dan Afrika Selatan (Farquhar, Fortmann, Flora, & Maccoby, 1990) merupakan sesuatu yang penting sebagai upaya psikologi komunitas karena menunjukkan bahwa masyarakat dapat belajar dari media massa dan program edukasional berskala besar lain yang dirancang dan disampaikan dengan tepat mengenai bagaimana menurunkan seluruh risiko penyakit kardiovaskular. Rentang waktu berbagai studi tersebut yang sangat lama adalah sesuatu yang signifikan dan sangat luar biasa dalam eksperimen psikologi sejauh ini. Namun, dalam kaitan dengan berbagai masalah kesehatan serius yang dapat ditimbulkan oleh pola perilaku merusak yang berlangsung lama, lima atau sepuluh tahun atau lebih sama sekali bukan waktu yang sangat lama.
Terdapat potensi besar bagi program-program berbasis komunitas untuk mengurangi insiden dan keseriusan berbagai penyakit medis lebih dari yang dapat dicapai oleh berbagai praktik medis yang ketat karena semakin diterimanya pemahaman bahwa kesehatan fisik orang-orang terutama terletak di tangan mereka sendiri dan mengubah berbagai praktik gaya hidup sering kali merupakan cara terbaik untuk mengurangi risiko penyakit (Bandura, 1986). Meskipun demikian, berbagai upaya semacam itu berhadapan langsung dengan kekuatan lawan yang menakutkan, yaitu promosi besar-besaran makanan yang tidak sehat, alkohol, dan berbagai faktor gaya hidup negatif lain, yang jauh lebih besar dibanding promosi perubahan perilaku yang menyehatkan.