MENGENAL DAKSA

By On Tuesday, February 18th, 2014 Categories : Bikers Pintar

Ialah raja Mataram, Jawa Tengah, pada awal abad ke-10. Pemberitaan raja Daksa ini ditemukan dalam Inskripsi Balitung. Daksa pernah tersisih oleh Raja Balitung. Ketika Balitung naik takhta berkat keberaniannya, Daksa yang seharusnya berhak menjadi raja hanya memangku jabatan sebagai rak-ryan mahamantri i hino. Balitung adalah raja yang pertama-tama memerintah Jawa Tengah dan Jawa Timur. Menurut prasasti di Jawa Timur, ia bergelar Sri Iswarakesawa Samarottungga, sedangkan menurut prasasti di Jawa Tengah bergelar Sri Dharmmodaya Mahasambhu. Menurut Purbatjaraka, gelar Dharmmodaya adalah gelar yang biasa dipakai oleh raja-raja yang naik takhta karena perkawinan, bukan karena keturunan.

Meskipun pada mulanya Daksa telah tersisih oleh Raja Balitung, ia tidak tinggal diam. Ia berusaha merebut haknya. Pada tahun 913 cita-citanya berhasil. Untuk menyatakan bahwa dialah yang berhak atas takhta kerajaan sebagai keturunan Raja Sanjaya yang terkenal itu, ia mengeluarkan dua prasasti dengan memakai tarikh Sanjaya. Yang pertama adalah prasasti Taji Gunung, dibuat ketika ia menjabat sebagai rakryan mahamantri i hino dan prasasti Timbanan Wungkal dibuat ketika ia menjabat sebagai raja.
Daksa memerintah tidak lama, karena dihalangi oleh perebutan kekuasaan yang terus berlangsung sampai masa pemerintahan keturunannya. Kekuasaan Daksa dirampas oleh Rakai Layang Dyah Tulodhong pada tahun 841 Saka, tetapi kemudian ditumbangkan lagi oleh Dyah Wawa.

Cucu Daksa yang terkenal adalah Pu Sindok. la naik takhta kerajaan Medang pada tahun 929 Masehi, kira-kira 10 tahun setelah ia berpengalaman menjabat pangkat tinggi dalam masa pemerintahan Raja Tulodhong dan Wawa di Jawa Tengah. Pu Sindok memindahkan pusat kerajaan dari Medang ke Watu- galuh, yang terletak antara Gunung Semeru dan Gunung Wilis. Ini sekaligus menandakan tamatnya pusat kekuasaan keluarga Sanjaya yang berpindah ketangan keluarga Icana.

Pu Sindok mengeluarkan lebih dari 20 prasasti antara tahun 929—948 yang isinya menyangkut organisasi dan lembaga pemerintahan di Jawa. Pemerin-tahannya berjalan aman dan tenteram, ia banyak memberikan hadiah kepada bangunan suci berupa hak tanah dan sebagainya. Pu Sindok juga memperhatikan bidang sastra, sebagaimana terbukti dengan adanya usaha untuk menghimpun kitab suci agama Budha Tantrayana, meski ia sendiri sebenarnya beragama Hindu. Setelah wafatnya, ia digantikan oleh putrinya Isana Tungawijaya.

MENGENAL DAKSA | ADP | 4.5