MENGENAL DULLAH
Oleh sementara orang disebut “Pelukis Revolusi”, karena ia banyak melukis peristiwa yang berkaitan dengan revolusi. Objek lukisannya berkisar pada perjuangan bangsa Indonesia sewaktu mempertahankan kemerdekaan. Selain itu, ia juga mempunyai sejumlah anak didik yang diarahkan untuk merekam berbagai peristiwa revolusi dalam bentuk lukisan.
Dullah belajar melukis pada Affandi dan Sudjoyono tanpa mengikuti gaya kedua gurunya. Ia dikenal sebagai pelukis realis yang sanggup menggambarkan saat-saat penting perjuangan. Hal ini diakui sesama pelukis dan sejumlah pengamat seni lainnya.
Pelukis revolusi ini menyimpan sekitar 100 buah lukisan anak didiknya yang menggambarkan berbagai peristiwa semasa Yogya, sebagai ibu kota RI, diduduki Belanda. Baru puluhan tahun kemudian, lukisan berfisik sederhana tetapi bernilai sejarah tak terhingga ini dipamerkan untuk pertama kali di Gedung Agung Yogyakarta. Pameran kedua diselenggarakan di Jakarta, dibuka oleh Wakil Presiden Adam Malik.
Dullah dinamakan pula “Pelukis Istana” karena ia dekat dengan Presiden Sukarno. Selama 10 tahun (1950-1960) ia dipercaya memelihara dan mengawasi benda-benda kesenian di Istana Negara, sekaligus melukis untuk Bung Karno. Dia juga dipercaya menyusun dua jilid buku koleksi lukisan Presiden Sukarno pada tahun 1956 dan dua jilid lagi pada tahun 1959. Keempat jiiid buku itu diterbitkan Pusat Kesenian Rakyat, Beijing, Republik Rakyat Cina.
Pelukis ini juga menjadi pengasuh Sanggar Pejeng di Puri bekas istana kerajaan tertua di Bali. Siswanya berasal dari Bali dan juga daerah lain. Meskipun menamakan diri “Kelompok Sanggar Pejeng”, mereka tetap tidak melupakan induknya, Himpunan Budaya Surakarta, yang salah seorang pendirinya adalah Dullah. HBS itu didirikan tahun 1950 di Solo.