MENGENAL INDUSTRI DI INDONESIA
MENGENAL INDUSTRI DI INDONESIA – Kini tidak lagi hanya diarahkan untuk memenuhi kebutuhan sendiri, tetapi sudah mulai mengarah pada tujuan ekspor. Selain membangun pabrik-pabrik besar di seluruh daerah di Indonesia, pemerintah juga menunjang serta memberi bimbingan pada industri kecil dan industri rumah tangga. Banyak industri kecil yang semula hanya dikelola oleh perorangan secara kecil-kecilan kemudian berkembang menjadi besar dan dapat mengekspor hasilnya.
Industri di Indonesia dapat dibagi dalam dua kelompok besar, yakni kelompok industri hulu, yang memproduksi bahan-bahan untuk industri lainnya, dan industri hilir, yang meliputi berbagai industri pemakai bahan-bahan hasil industri hulu. Yang tergolong industri hulu, misalnya, industri pengecoran besi dan baja, penyamakan kulit, penggergajian kayu, pabrik pintal dan pabrik tekstil. Yang tergolong industri hilir misalnya pabrik kompor, industri karoseri mobil, pabrik sepatu, industri perabot rumah tangga, industri pakaian jadi.
Industri tekstil dan pakaian jadi Indonesia tergolong maju. Pabrik pemintalan yang merupakan tu lang punggung industri tekstil terdapat di Tegal Pasuruan, Semarang, Cilacap, Bandung, Lawang Jakarta, Magelang, dan Tohpati. Di Palembang didirikan pabrik rayon, yang juga merupakan bahan tekstil. Pakaian jadi buatan Indonesia antara lain diekspor ke Singapura, Amerika Serikat, Jerman Barat, Arab Saudi, Italia, Inggris, Swedia, dan Jepang. Hasil ekspor komoditi itu sekitar 325 juta dolar AS. Sedangkan tekstil bahan kain produk Indonesia antara lain dijual ke Singapura, Inggris, Jepang, Amerika Serikat, dan Italia serta beberapa negara Arab dan Afrika. Khusus produk kain jean, Amerika Serikat, negara-negara Eropa, dan Singapura adalah pembeli, utamanya. Dari tekstil, Indonesia tiap tahun mendapat tambahan devisa rata-rata 650 juta dolar AS.
Industri pakaian jadi Indonesia kini telah menembus pasaran dunia. Tenaga kerja yang murah menyebabkan harga pakaian jadi buatan Indonesia dapat bersaing di pasaran dunia. Selain itu para perancang mode Indonesia dapat mengikuti selera konsumen asing.
Industri rokok, terutama rokok kretek, senantiasa maju dari tahun ke tahun. Dari sekitar 6 milyar batang rokok yang diproduksi oleh pabrik-pabrik rokok di Indonesia, sebagian di antaranya diekspor ke Eropa, Amerika, negara-negara Arab dan negara-negara ASEAN. Industri rokok di Indonesia menekankan padat karya, sehingga dapat menampung banyak tenaga kerja. Kota-kota industri rokok terkemuka di Indonesia antara lain Surabaya, Malang, Kediri, dan Kudus.
Semen dihasilkan oleh pabrik di Cibinong, Cilacap, Padang, Tonasa, Cirebon, dan Baturaja. Selain itu dibangun pula pabrik-pabrik semen mini di Kupang, Madura, dan Klaten. Selain untuk memenuhi kebutuhan di dalam negeri, semen Indonesia juga diekspor ke Thailand dan Bangladesh.
Hasil industri kayu Indonesia meningkat pesat setelah pemerintah melarang ekspor kayu gelondongan. Larangan itu membuahkan tumbuhnya industri perkayuan yang hasilnya mempunyai pasaran baik di dunia. Kayu lapis Indonesia antara lain diekspor ke Hong Kong, Singapura, Amerika Serikat, Jepang, Inggris, Belanda, dan Belgia. Nilai ekspornya sekitar 450 juta dolar AS. Pesatnya perkembangan industri kayu lapis Indonesia dan berhasilnya komoditi itu menembus pasaran dunia menyebabkan lebih dari 80 buah industri kayu lapis Jepang pada tahun 1988 tutup karena kalah bersaing.
Indonesia kini juga sudah memasuki era industri maju. PN Industri Pesawat Terbang Nusantara (IPTN), yang dulu bernama Nurtanio, merupakan salah satu industri yang menggunakan teknologi mutakhir. Produksinya, pesawat terbang CN-235 dan beberapa jenis pesawat helikoter, sudah mendapat pasaran di beberapa negara di dunia. Sejak tahun 1988, IPTN telah pula mendapat pesanan pembuatan belasan komponen pesawat tempur F-16 dari Amerika Serikat. Pesawat CASA CN-235 Produksi IPTN kini telah digunakan juga oleh Thailand, Arab Saudi, dan Guam. Selain itu, helikopter versi militernya antara lain digunakan oleh Tentara Kerajaan Malaysia.
Di bidang industri permobilan Indonesia sudah menuju tahap full manufacturing, bukan lagi perakitan. Pada tahun 1989 Indonesia sudah mulai mengekspor kendaraan niaga “Kijang” ke Brunei Darussalam dan Papua Nugini, masing-masing 40 dan 50 buah tiap bulan. Ekspor komponen kendaraan bermotor, antara lain peredam kejut, sejak tahun 1988 telah dilakukan dalam jumlah besar ke negara-negara Timur Tengah, Eropa Timur, dan Australia.
Industri komputer sejak tahun 1986 telah berkembang di Indonesia. Sebagian besar masih merupakan industri perakitan, namun beberapa di antaranya sejak tahun 1988 telah diarahkan pada pembuatan beberapa komponennya.
Perkembangan industri kecil di Indonesia, selain untuk meningkatkan penerimaan devisa negara, juga diarahkan untuk memperluas lapangan kerja. Pada tahun 1986, di Indonesia ada 186.000 industri kecil, yang dapat menyerap tenaga kerja sekitar 2.626.000 orang.