MENGENAL KERATON SUROSOWAN
Merupakan bekas keraton Kesultanan Banten Lama. Keraton ini terletak di desa Kasemen, Kecamatan Kasemen, Kabupaten Serang, Propinsi Jawa Barat. Kompleks keraton ini sudah hancur, hampir rata dengan tanah. Yang masih tampak jelas adalah tembok benteng yang mengelilinginya dengan sisa bangunan yang ada. Berdasarkan sejarah Banten, kompleks yang juga disebut Gedong Kedaton Paku wan ini dibangun pada masa pemerintahan Maulana Sultan Hasanuddin, putra Sunan Gunung Jati yang memerintah tahun 1552-1570. Sementara tembok benteng dan pintu gerbangnya yang terbuat dari bata dan batu karang dibangun oleh Maulana Yusuf yang memerintah tahun 1570-1580. Pintu gerbang masuk ke keraton ini terletak di sisi utara menghadap ke alun-alun.
Menurut catatan sejarah, keraton ini telah mengalami dua kali penghancuran total; pada bulan Desember 1605 dan pada tanggal 16 Juni 1607 karena kebakaran. Istana ini kemudian dibangun kembali di tempat yang sama. Sekitar tahun 1680, istana ini dibentengi oleh Sultan Haji untuk menangkis serangan dari ayahnya, Sultan Ageng Tirtayasa, yang terjadi pada tahun 1682. Sultan Ageng membakar habis keraton ini, namun Sultan Haji yang memihak Belanda yang terkurung dalam benteng, masih dapat diselaniatkan oleh tentara Belanda. Pada masa penghancuran oleh Sultan Ageng Tirtayasa ini, Mesjid Agung Banten tidak turut mengalami penghancuran. Keraton ini kemudian dipugar kembali oleh Hendrik Lucas Cardil, seorang Belanda yang telah memeluk agama Islam. Melihat Banten yang terus bergolak melawan Belanda, maka pada tahun 1808 Daendels datang dengan armadanya yang komplet membombardir Banten habis-habisan, menghancurkan keraton ini nyaris rata dengan tanah seperti keadaannya yang terlihat hingga saat ini.
Upaya memugar istana ini pernah dilakukan oleh Residen Tubagus Achmad Chatib yang masih keturunan Sunan antara tahun 1945-1947. Namun hanya sedapatnya saja karena saat itu tengah bergolak revolusi fisik. Pada tahun 1968, Lembaga Peninggalan Purbakala Nasional melanjutkan pemugaran ini. Pemugaran selanjutnya dilakukan pada 1969-1970 oleh Koperasi Bhakti di bawah pimpinan Kolonel Anwar, dan diutamakan untuk pemugaran Mesjid Agung dan Pelabuhan Karangantu.
Di sebelah barat alun-alun terdapat Watu Gilang, yakni batu yang bentuknya segi empat dengan permukaan datar, terbuat dari batu endesit. Dahulu watu gilang ini dipergunakan untuk melakukan penobatan sultan-sultan Banten. Tidak jauh dari watu gilang ini terpajang Meriam Kiamuk.
Di depan keraton Surosowan ini tegak berdiri kompleks mesjid Agung Banten yang terdiri atas bangunan mesjid dengan serambi pemakaman di sebelah utara. Kompleks Mesjid Agung Banten ini merupakan bagian yang tak terpisahkan dari Keraton Surosowan.
Kini Keraton Surosowan serta kompleks Mesjid Agung Banten cukup ramai dikunjungi wisatawan, baik untuk tujuan ziarah maupun rekreasi. Umumnya wisatawan yang berkunjung ke objek wisata ini, selain mengunjungi Keraton Surosowan serta kompleks Mesjid Banten, juga mengunjungi Benteng Speel- wijk, Pelabuhan Karangantu, Kelenteng Cina, Keraton Kaibon dan Makam Maulana Yusuf.
Incoming search terms:
- arti surosowan
- arti nama surosowan