MENGENAL PROPINSI KALIMANTAN BARAT
MENGENAL PROPINSI KALIMANTAN BARAT – Salah satu propinsi di Pulau Kalimantan, dengan ibu kota Pontianak. Letaknya di bagian paling barat. Luas propinsi ini 146.807 kilometer persegi, dengan jumlah penduduknya 3.068.642 jiwa (tahun 1988).
Propinsi Kalimantan Barat berbatasan dengan Serawak di utara, Kalimantan Timur dan Kalimantan Tengah di timur, Laut Jawa di selatan, dan Laut Cina Selatan dan Selat Karimata di barat. Kepulauan Kari- mata menjadi bagian dari propinsi ini.
Keadaan Alam.
Secara fisiografis, wilayah ini terdiri atas 3 bagian. Wilayah pantai merupakan rawa-rawa dengan gambut yang tebal. Elevasinya 12 meter di atas permukaan laut, sedangkan luasnya 30.047,02 kilometer persegi. Wilayah kedua merupakan daerah bergelombang sampai berbukit. Di bagian tengahnya terdapat Cekungan Kapuas. Di wilayah ini terdapat juga sejumlah danau, yakni Danau Luar, Belida, dan Danau Gemali. Wilayah ketiga ialah wilayah pegunungan. Pegunungan Kapuas Hilir dan Kapuas Hulu terletak di bagian utara, dengan puncaknya Gunung Nyiut (1791 meter). Pegunungan Schwaner di bagian selatan dengan puncaknya Bukit Raya (2.278 meter).
Dilihat dari kemiringan dan elevasi, wilayah ini dapat dibagi empat, yakni: (1) daerah genangan yang terdapat di dataran rendah dan tergenang air secara permanen. Daerah ini terdapat di pinggir pantai dan kiri kanan sungai; (2) daerah dataran rendah yang tidak tergenang dengan tingkat kemiringan 0 hingga 8 persen. Sebagian besar wilayah ini digunakan untuk pemukiman dan lahan pertanian; (3) daerah berombak dengan tingkat kemiringan 8 hingga 15 persen. Tanahnya kurang subur dan hanya cocol untuk tanaman tanah kering. Sebagian besar daerah ini merupakan hutan konversi; (4) daerah bergelombang dengan tingkat kemiringan lebih dari 15 persen. Sebagian besar wilayah ini merupakan hutan lindung.
Jenis vegetasi beraneka ragam. Di pesisir sekitar Padangtikar, Batuampar dijumpai berjenis-jenis kayu antara lain ramin, medang keran, meranti ringan dan berat, jelutung, kempas, pelaik, cempedak, kebaca. Dan sedikit ke pedalaman, sekitar Sambas, dijumpai jenis kayuan seperti meranti merah, putih, merawan, tokam, majau, tengkawang, dan keruing. Untuk daerah pegunungan yang paling menonjol adalah kayu belian.
Iklim.
Propinsi ini beriklim tropis basah dengan suhu berkisar dari 22,9 hingga 32,4 derajat Celcius dengan tingkat kelembapan 84 persen. Curah hujan tahunannya sekitar 3.700 milimeter. Banyaknya curah hujan meningkat dari pesisir menuju ke pedalaman yang merupakan daerah bercurah hujan tinggi hingga mencapai 4.500 milimeter. Hari hujan dalam setahun berkisar dari 150 hingga 266 hari.
Curah hujan maksimum berlangsung dari bulan Maret hingga April dan Oktober hingga November, dan minimum bulam Juli-Agustus. Curah hujan yang tinggi di daerah ini amat membantu penduduk daerah rawa yang kekurangan air bersih. Air hujan mereka tampung untuk keperluan sehari-hari.
Adat Istiadat.
Rumah adat suku bangsa Dayak disebut betang atau panjang. Ulaambu sebuah bangunan kecil tempat menyimpan jenazah. Tarian adat disebut jepin. Alat tradisional yang biasa digunakan meliputi sumpitan, mandau, perisai, sarung palilit (tutup kepala untuk wanita), damak, dan takui.
Upacara tradisional dilakukan secara turun-temurun. Tiap upacara disertai pesta makan-minum sepuas mungkin. Upacara yang paling besar adalah pesta pernikahan, gawai (pesta setalah panen), dolok, selamatan terakhir terhadap suatu peristiwa kematian. Ciri umum yang merupakan syarat utama adalah penggunaan darah binatang untuk penyucian diri dari gangguan roh jahat. Ciri lainnya adalah kecenderungan untuk mengukur besar kecilnya pesta dengan jumlah ternak ayam dan babi yang dipotong untuk lauk pauk. Salah satu ajaran yang ditinggalkan oleh “Bungai dan Thambun” pahlawan terkenal suku bangsa Dayak adalah menyelenggarakan pesta secara besar sebagai pengorbanan terhadap sesama.
Sejarah.
Diperkirakan bahwa Kalimantan Barat sudah dihuni manusia sejak 7.000 tahun yang lalu. Ar- tefak seperti kapak batu dan pecahan periuk di gua batu mendukung perkiraan ini.
Hubungan daerah ini dengan bangsa Cina sudah terjalin sejak abad ke-6 (ekspedisi Chengho). Karena itulah di daerah ini banyak ditemukan masyarakat etnis Cina serta benda-benda keramik dan benda budaya lainnya yang berasal dari Cina.
Pengaruh Islam di Kalimantan Barat berawal dari penyebaran agama Islam abad ke-15, lewat Brunai dan Serawak. Agama ini berhasil masuk ke keraton- keraton para raja Kalimantan Barat lewat ulama yang berdagang sambil berdakwah.
Perkembangan agama Islam §eirama dengan perkembangan berbagai kerajaan. Kerajaan yang sebelumnya beragama Hindu akhirnya berubah menjadi kerajaan Islam setelah mendapat pengaruh ajaran Islam. Beberapa dari antaranya ialah Kerajaan Tanjung Pura, Sukadana, Simpang, Mempawah, Sambas, Landak, Tayan, Meliau, Sangglu, Sekadau, Sintang, dan Pontianak. Perkembangan Islam ini membawa pengaruh yang nyata di bidang musik dan tarian.
Tahun 1936, dalam masa pemerintahan Hindia Belanda, Kalimantan merupakan Gouvernementen van Borneo dengan pusat pemerintahan di Banjarmasin. Dua tahun kemudian Gouvernementen van Borneo dibagi menjadi dua keresidenan. Salah satunya ialah Residentie Westerafdeling van Borneo dengan pusat pemerintahan di Pontianak.
Pada tahun 1942, bala tentara Jepang mengakhiri pemerintahan Hindia Belanda. Di masa pendudukan Jepang Kalimantan Barat tetap memiliki statusnya sebagai keresidenan tetapi merupakan bagian dari Borneo Minseibu Cokan.
Setelah Jepang kalah perang, NICA mengambil alih kekuasaan tahun 1945. Status Keresidenan Kalimantan Barat disempurnakan dengan pengakuan adanya 12 pemerintahan swapraja dan neoswapraja yang kemudian digabung menjadi satu federasi.
Oleh NICA daerah ini lalu diakui sebagai daerah istimewa. Terbentuklah Daerah Istimewa Kalimantan Barat (DIKB) pada tahun 1948. Tetapi DIKB tak berumur panjang. Karena desakan rakyat, pada tahun 1949 DIKB menyerahkan wewenang pemerintahannya kepada Keresidenan Kalimantan Barat di Pontianak sebagai wakil Pemerintah Republik Indonesia Serikat.
Menteri dalam negeri Republik Indonesia Serikat mengukuhkan wewenang residen yang menjalankan pemerintahan di Kalimantan Barat. Statusnya kembali menjadi keresidenan administratif sebagai salah satu bagian dari Propinsi Kalimantan yang berpusat di Banjarmasin. Ketika itu seluruh Kalimantan masih merupakan satu propinsi.
Dengan Undang-undang No. 25 tahun 1956, Kalimantan Barat mendapatkan status daerah propinsi otonom yang beribu kota Pontianak. Kedudukannya sebagai propinsi otonom berlaku sejak 1 Januari 1957. Sejak ditetapannya sebagai propinsi otonom hingga tahun Agustus 1989, Propinsi Kalimantan Barat dipimpin tujuh gubernur.