Mengenal Struktur Hutan Kota
Struktur hutan kota ditentukan oleh keanekaragaman vegetasi yang ditanam, sehingga terbangun hutan kota yang berlapis-lapis dan berstrata baik secara vertikal maupun horizontal yang meniru hutan alam. Longman and Jenik (1974) mengemukakan bahwa ekosistem hutan tropis merupakan sebuah sistem yang dinamis, adanya saling ketergantungan antara vegetasi dan hewan dengan berbagai interaksi, adanya saling ketergan-tungan antara vegetasi dan hewan dengan berbagai interaksi, ada yang bersaing, bekerjasama dan lainnya. Di bawah naungan pohon terdapat perkecambahan, anakan, tumbuh-tumbuhan yang merambat, epifit, lumut menutupi potongan kayu dan kotoran, semut yang memakan atau mengisap cairan dalam bunga, burung-burung yang menyebarkan benih, Dinatang pengerat memakan buah-buahan, herbivora berkeliaran, dan satwa lainnya. Ewusie (1980) mengemukakan bahwa hutan tropika terkenal dengan perlapisannya. Ini berarti bahwa populasi campuran di dalamnya disusun pada arah vertikal dengan jarak teratur secara tak sinambung. Ricklefs dalam Anwar (1984) mengemukakan bahwa hutan tropis mempunyai keanekaragamam jenis yang tinggi, sebagai contoh hutan Kalimantan di Indonesia menurut Haeruman (1980) mempunyai sekitar 40.000 jenis, terkaya di dunia dengan 4000 jenis pohon besar yang penting.
Dalam 1 ha terdapat paling sedikit 60 jenis, 320 pohonan dengan diameter di atas 10 cm. Vegetasi yang ada dalam hutan ini tidak menggugurkan daun, kondisinya sangat bervariasi, ada yang sedang berbunga, ada yang sedang berbuah, ada yartig dalam perkecambahan, atau berada dalam tingkatan kehidupan sesyai dejngan sifat atau kelakuan ma&irYg-masing jenis vegetasi. Pohon-pohon dari komunitas hutan hujan yang beranekaragam, tingginya rata-rata 46-55 m adakalanya secara individu dapat mencapai 92 m, dengan bentuk pohon pada umumnya ramping. Tinggi pohon tidak sama, seringkali terdapat 3 lapis pohon-pohon, tetapi kadang-kadang hanya dua lapis. Vegetasi bawah pada hutan hujan terdiri dari semak, terna dan sejumlah anakan serta kecambahkecambah dari pohon. Di samping itu hutan hujan memiliki tanaman memanjat dari pelbagai bentuk dan ukuran, serta efisit yang tumbuh pada batang dan daun.
Michael (1986) mengemukakan bahwa aspek-aspek struktur vege-tasi secara garis besar ditentukan oleh bentuk pertumbuhan vegetasi, ukuran, bentuk tajuk, fungsi daun, ukuran dan tekstur daun. Bentuk pertumbuhan vegetasi dapat dibagi menjadi empat kelompok utama yaitu yang berbentuk pohon adalah tumbuhan berkayu yang mempunyai satu batang dan bercabangcabang, mempunyai ketinggian di atas 8 m. Ketinggian ini yang membedakan pohon dengan semaksemak (shrubs). Semak-semak mempunyai beberapa batang, dan umumnya mempunyai ketinggian di bawah 8 m. Bentuk yang lain adalah herba yaitu tumbuhan yang tidak berkayu, dan tegak. Terakhir adalah kelompok lumut, pakupakuan, cendawan. Ukuran dibagi berdasarkan tinggi vegetasi. Bentuk dan ukuran daun adalah besar, lebar, menengah, kecil, seperti jarum, rumput-rumputan dan campuran. Tekstur daun ada keras, papery dan sukulen. Coverage biasanya sangat beragam, ada tumbuhan yang sangat tinggi dengan penutupan horisontal dan luas, relatif dapat sebagai penutup, ada menyambung, dan terpisahpisah. Penutupan tumbuhan me-rupakan indikasi dari sistem akar di dalam tanah. Hutan alam tropis menampilkan tiga lapisan pohon. Menurut Samingan 1975; Ewusie, 1980; Longman dan Jenik, 1974 dan Goley 1983 lapisan pohon dan lapisan lainnya yang berdiri sendiri seperti belukar perdu, terna sebagai berikut:
1. Paling atas (stratum A). Terdiri dari pepohonan setinggi 30-45m, yang muncul keluar mencuat tinggi di atas sudur hutan, bertajuk lebar, dan umumnya tersebar sedemikian rupa sehingga tidak saling bersentuhan membentuk lapisan yang berkesinambungan. Bentuk khas tajuknya sering dipakai untuk mengenali spesis dalam suatu wilayah. Pepohonan yang mencuat sering berakar agak dangkal dan berbanir.
2. Lapis pepohonan kedua (stratum B), di bawah yang mencuat. Ada kalanva disebut juga sebagai tingkat atas terdiri dari pepohonan dengan ketinggian 18-27 m. Pepohonan ini tumbuh berdekatan dan cenderung membentuk sudur yang bersinambung. Tajuk sering membulat atau memanjang dan tidak selebar pada pohon yang mencuat (stratum A).
3. Lapis pepohonan ketiga (stratum C), dinamakan juga tingkat bawah. Terdiri dari pepohonan yang tumbuh sekitar 8-14 m, cenderung rapat dan tegak.
4. Lapisan belukar (stratum D), terdiri dari spesis berkayu dengan ketinggian sekitar 10 m. Ada dua bentuk belukar yaitu yang mempunyai percabangan dekat ke tanah, tidak mempunyai sumbu utama dan yang menyerupai pohon kecil, mempunyai sumbu yang jelas. Sering mencakup pohon muda dari spesis pohon yang lebih besar.
5. Lapisan terna (stratum E), terdiri dari tumbuhan kecil, merupakan kecambah (anakan) dari berbagai vegetasi. Biasanya terna tidak banyak dan tergantung kepada seberapa banyak sinar matahari yang tembus.
Perlapisan vertikal komunitas hutan mempengaruhi sebaran populasi hewa n yang hidup dalam hutan. Beberapa jenis burung dalam kehidupannya dan pencarian makanannya terdapat pada pepohonan yang mencuat tinggi, pada lapisan yang lebih rendah terdapat herbivor mamalia seperti