Motoda Komparatif Sosiologi
Di dalam buku “Sociology, a guide to problem and literature” dinyatakan oleh Bottomore bahwa metoda komparatif digunakan pertama kali oleh para sosiolog evolusional, akan tetapi penggunaan metoda ini tidak demikian dipertanggung jawabkan melalui pendekatan evolusioner itu. Barulah Durkheim, dalam “The Rules of Sociological Methods” mengemukakan dengan jelas mengenai signifikansi dari metoda komparatif ini setelah memberikan penegasan tentang keseluruhan pendirian mengenai hubungan kausal, Dur kheim mengamati bahwa hanya melalui suatu percobaan (“experiment”), kita dapat menyatakan bahwa suatu gejala itu menjadi kausal dari gejala yang lain, dengan memeriksa apakah dua gejala pada saat yang sama berhubungan secara simultan (serempak) atau tidak, dan apakah akan terjadi suatu gejala itu akan tergantung pada yang lainnya. Dalam banyak ilmu alam, pendirian tentang hubungan sebab-akibat sangat ditunjang oleh ekperimen, akan tetapi percobaan adalah tidak mungkin di dalam sosiologi itu diharuskan. Walaupun masih terdapat suatu keraguan mengenai hubungan kausal ini dapat diterapkan dalam lapangan sosial, tetapi perlu dinyatakan bahwa perban-dingan yang sistematis dapat memberikan gambaran yang jelas dalam sejauh mana memperlihatkan bahwa suatu gejala sosial itu merupakan kawan bagi gejala yang lain, atau merupakan suatu rangkaian pengaruh yang khsus.
Tetapi menurut pengamatan Radcliffe—Brown, metoda komparatif itu sendiri tidak ada apa-apa yang dapat diberikan kepada kita. Ginsberg menilai bahwa metoda komparatif merupakan suatu cara untuk melakukan pengujian hipotesa. Kesukaran ketika menggunakan metoda komparatif, rupa-rupanya dapat dilihat seharusnya pada bagian hipotesa (kekurangan atau ketidak jelasan formulasi hipotesa), diluar itu, adalah pada bagian masalah, yaitu definisi dari unit yang akan dibandingkan. Dengan demikian, misalnya Comte menggunakan metoda komparatif dengan “law of three stages”, sebagai dasar, tidak karena suatu hi-potesa keilmuan, tetapi karena suatu pandangan filosofis dari perkembangan umat manusia secara keseluruhan. Suatu kritik yang sama dapat diambil dari karya Hobhouse. Di dalam “Moral in Evolution”, Hobhouse, tidak demikian banyak terikat dengan membandingkan institusi sosial dalam perbedaan tipe dari masyarakat sebagaimana perintah dari pengujian yang berbatas pada hipotesa, tetapi dengan penjiplakan secara umum perkembangan dari perbedaan institusi sosial menurut syarat-syarat dari konsepsi filosofis yang telah maju.
Jabaran di atas, pada dasarnya mengungkapkan banyak hal yang bertautan dengan metoda atau pendekatan komparatif, terutama mengenai aplikasi pendekatan ini termasuk di dalamnya masalah akurasi. Metoda komparatif, seperti yang dinyatakan oleh Soerjono Soekanto, mementingkan perbandingan antara bermacam-macam masyarakat beserta bidang-bidangnya, untuk memperoleh perbedaan-perbedaan dan persamaan-persamaan serta sebab-sebabnya. Perbedaan-perbedaan dan persamaan-persamaan tersebut bertujuan untuk mendapatkan petunjuk- petunjuk mengenai perilaku masyarakat pada masa silam dan masa sekarang dan juga mengenai masyarakat-masyarakat yang mempunyai tingkat peradaban yang sama atau yang berbeda.