PENGARUH TEKNOLOGI TERHADAP RANTAI MAKANAN

By On Sunday, November 22nd, 2015 Categories : Bikers Pintar

Permasalahan tentang lingkungan hidup baru mulai ramai dibicaralan sejak kira-kira 30 tahun terakhir ini. Masalah ini terutama timbul di negara-negara industri maju misalnya Amerika Serikat, Negara-negara Eropa, Jepang dan sebagainya di mana mulai terasakan pencemaran air, tanah dan udara oleh buangan industri, asap mobil dan pabrik serta penggunaan pestisida dan zat kimia beracun. Akibat pencemaran ini ialah sukarnya mendapatkan udara yang segar, air yang bersih serta makanan yang sehat. Pemandangan yang indah, kicauan burung yang merdu, taman air yang menarik menjadi semakin langka. Akibat pencemaran mulai timbul hal-hal yang tidak diinginkan.
Pemakaian bahan kimia pestisida untuk peningkatan produksi usaha pertanian telah banyak mengundang persoalan. Hal ini diakibatkan oleh banyaknya pestisida yang daya racunnya tinggi serta ikatan kimianya lebih stabil, tidak mudah terurai oleh air, misalnya DDT, Dieldrin, Endrin, Chlordane, Heptachlor dan lain sebagainya. Karena sifatnya yang persisten, jika digunakan terus-menerus akan terjadi penumpukan yang makin lama konsentrasinya makin meningkat di alam. namun akhir-akhir ini manusia cenderung menggunakan pestisida yang non persisten yang didapatkan dari beberapa jenis tanaman banyak digunakan. Zat ini mempunyai ikatan tidak kuat, sehingga kalau disemprotkan pada tanaman beberapa waktu kemudian akan terurai kembali menjadi unsurunsur yang tidak beracun lagi. Zat ini biasanya diperoleh dari beberapa jenis tumbuhan yang mengandung sejenis racun seperti misalnya dari bunga Chrysanthenum cinererifoliun (racun pyrethrine), Nicotiana tabacum (racun nicotine sulfat) dan Derris (racun rotenone).
Penggunaan pestisida secara terus menerus mengakibatkan resistensi hama tersebut terhadap pestisida. Hal ini terjadi dengan proses seleksi alam melalui sifat kekebalan. Pada waktu mula pertama digunakan DDT sebagai pembunuh lalat, nyamuk dan serangga, hasilnya sangat memuaskan. Tetapi beberapa tahun kemudian serangga nyamuk dan lalat tadi berkembang lagi dan menunjukkan sifat kekebalan terhadap DDT. Hal ini timbul karena pada waktu pertama digunakan ada beberapa individu serangga, nyamuk atau lalat yang tidak mati karena mempunyai sifat genetik yang tahan. Individu ini tidak mati dan berkembang biak terus dan menghasilkan individu baru yang resisten terhadap DDT (Kamaluddin 1975). Pemakaian DDT dalam jangka lama mengakibatkan jenis yang tidak tahan semakin berkurang, sedang jenis yang tahan semakin berkembang, sehingga sampai pada suatu saat hanya tinggal yang resisten saja. Ini terbukti bahwa antara tahun 1951 sampai dengan tahun 1966 efektivitas dari penggunaan pestisida menurun sampai 34% dan timbul maalah perlawanan 250 jenis hama yang memperoleh kekebalan terhadap pestisida (Goldsmith, 1972).
Penggunaan pestisida juga dapat meningkatkan peranan hama sekunder yang tidak berarti sebelumnya. Misalnya hama tanaman padi seperti penggerak batang, ganjur dan wereng yang menyerang tanaman padi pada umur yang sama. Beberapa tahun yang lalu yang menjadi hama primer ialah penggerak batang dan ganjur. Kemudian diusahakan pestisida untuk memberantas hama tersebut berupa Thiodan 35 E, Dimecron 50, Folithion 5d|tc dan Iain-Iain. Penggerak bajang dan ganjur tertekan dan tidak berpengaruh lagi sebagai hama primer. Ternyata wereng resisten terhadap pestisida yang ada (Soedyanto, 1978). Akibat sifat ressiten dan penyediaan makanan yang cukup serta karena tidak ada saingan dari hama lain, populasi wereng meningkat dalam waktu singkat sehingga menyerang padi secara besar-besaran selama beberapa tahun. Perhatian beralih terhadap pemberantasan hama wereng dan muncul insektisida baru yaitu Sevin 85 Sp yang berpengaruh positif terhadap wereng, tetapi tidak berpengaruh positif terhadap penggerak batang dan ganjur (Soedyanto, 1978). Dengan pemakaian Sevin 85 Sp populasi wereng mulai menurun, dan berkembang lagi hama wereng biotipe baru. Dengan demikian apakah pemberantasan hama dengan insektisida secara terpadu, sebab nyatanya dalam pemberantasan hama dengan insektisida manusia selalu kalah selangkah, setelah terjadi serangan hama, baru mencari obat pengendaliannya.
Tidak kurang 25% dari DDT dan sejenisnya yang diproduksi telah masuk ke laut. Keadaan ini telah mengakibatkan kadar kehidupan di laut ditaksir berkurang sebesar 0,1 % dari seluruh jumlah produksi (Goldsmith, 1972). Hasil penangkapan ikan oleh nelayan semakin berkurang dibandingkan dengan tahun-tahun lalu. Pada mulanya muara sungai merupakan tempat ikan berkumpul mencari makan karena aliran sungai membawa unsur hara yang cukup untuk menyuburkan kehidupan fitoplankton cebagai produsen primer di laut. Sekarang keadaannya telah berubah, sungai-sur.gai mem bara lumpur yang gersang bercampur pestisida. Akibatnya terjadi pengaruh terhadap rantai makanan di muara sungai. Fitoplankton pertumbuhannya menurun, diikuti degnan penurunan kehidupan Zooplankton dan konsumen lainnya yang makanannya bergantung pada plankton tadi. Karena makanan ikan berkurang, produksi ikan di muara sungai menurun atau pindah ke tempat lain.
Hampir semua ikan di laut telah tercemar oleh beberapa jenis pestisida. Ketika dilakukan penyelidikan terhadap 20 ekor ikan paus di Greenland (Ward & Dubos, 1974), ternyata terdapat 6 macam pestisida dalam lemak paus tersebut. Pestisida yang terbawa ke laut selanjutnya terbawa arus ke pantai dan terkonsentrasi di daerah payau. Akibatnya pestisida ini akan berpindah dari organisme satu ke organisme lain melalui rantai makanan yang ada di tempat tersebut. Mula-mula Fitoplankton tercemar, selanjutnya ikan atau serangga yang memakan Fitoplankton tersebut melanjutkan ke tingkat konsentrasi yang lebih tinggi. Ikan-ikan yang telah tercemar dimakan oleh burung laut yang hidup di pantai, sehingga terjadi akumulasi pestisida ke tingkat lebih tinggi lagi. Konsentrasi batas toleransi burung meng-akibatkan kematian burung. Konsentrasi DDT dan pestisida lainnya dalam dosis rendah dapat mengakibatkan kulit telur burung menjadi tipis sehingga daya tetas telur menurun (Ward & Dubos, 1974). Oleh karena itu banyak telur burung yang tidak menetas sehingga populasi burung di tepi pantai menunjukkan penurunan.

PENGARUH TEKNOLOGI TERHADAP RANTAI MAKANAN | ADP | 4.5