PENGERTIAN – ARTI SUBSISTENSI
SUBSISTENSI
Inggris: subsistence. Biasanya dipertentangkan dengan eksistensi’ sebagai tara berada yang kurang lengkap, istilah ini menyandang makna beraneka macam dalam sejarah filsalat.
Pengertian
Subsistensi adalah suatu kemandirian ontologis yang ditentukan bukan dengan mengacu pada sesuatu yang lain tetapi dengan dirinya sendiri. Karena itu, subsistensi pertama-tama termasuk substansi yang komplit. Karena “subsisten” sama dengan “ada dalam dirinya sendiri”, maka baik aksiden-aksiden maupun bentuk hakiki benda maupun bagian mana pun dari benda tidak pantas disebut subsisten. Hanya keseluruhan dari sesuatu konkret yang subsisten. Namun dalam hal ini, jiwa rohani manusia merupakan kekecualian. Karena, jiwa manusia memiliki eksistensinya dalam dirinya sendiri dan bebas dari materi dan kemudian memberikan eksistensi kepada materi. Dengan demikian, subsitensi jiwa tidak tergantung pada subsisten keseluruhan yang konkret. Sebaliknya, subsistensi keseluruhan tergantung pada subsistensi jiwa itu sendiri.
Roh murni adalah bentuk hakiki yang subsisten. Eksistensi subsisten adalah eksistensi yang ada dalam dirinya sendiri. Karena itu, eksistensi subsisten ada secara mutlak dan sama sekali tidak berhubungan dengan esensi yang berbeda dari dirinya sendiri, sehingga ia melampaui semua determinasi kategoris. Hakikat hal-hal yang terbatas bersubsistensi dalam dirinya sendiri menurut cara beradanya yang terbatas. Hal-hal yang terbatas juga bereksistensi subsisten (dalam arti analogis), yang sebelumnya mengandung dalam dirinya sendiri seluruh eksistensi yang terbatas secara lebih tinggi (eminenter) karena ketakterbatasannya. Semakin eksisten mendekati eksistensi subsisten maka ia bersifat rohani dan semakin kurang ikatannya pada materi. Karena itu, tingkat- tingkat subsistensi juga merupakan tingkat-tingkat identitas dan spiritualitas. Apa yang subsisten secara mutlak atau secara relatif berbeda dari yang lainnya disebut suppositum. Kalau suppositum berhakikat rasional, ia disebut pribadi (persona) (dalam peristilahan skolastik).
Pandangan Beberapa Filsuf
1. Dalam Thomisme, subsistensi adalah kesempurnaan positif yang berhubungan dengan esensi dan bukan eksistensi, dan menyangkut ketertentuan hakikat substansial, yang membuatnya berbeda dari yang lain. Terdapat dua bentuk subsistensi: bentuk “tidak sempurna” yang bertalian dengan spesies dan bentuk “sempurna”, yang berpautan dengan hakikat substansial individual.
2. Descartes menganggap subsistensi sebagai cara berada substansi jika dibandingkan dengan suatu aksiden.
3. Kant sepertinya mengangkat posisi ini lebih jauh. Dia berpandangan bahwa relasi substansi-aksiden melibatkan berturut- turut “subsistensi” dan “inherensi”. Aksiden-aksiden inheren dalam subtansi, dan substansi bersubsistensi dalam aksiden-ak- sidennya.
4. Meinong memisahkan karakter dari eksistensi dalam teori objek- objeknya, di mana eksistensi dan subsistensi serta karakter dianggap tidak mempunyai keberadaan apa pun. Pada bab sembilan Problems of Philosophy, Russell membahas dua kategori yang pertama. Ia memandang objek-objek bereksistensi; sedangkan universalia bersubsistensi, yaitu mempunyai keberadaan kekal.
5. Santayana terkadang berbicara tentang esensi-esensi sebagi sub- siten, dan subsistensi esensi-esensi dipandang sebagai karya roh.
6. Montagne mengistilahkan filsafatnya “realisme subsistensial”, dengan membedakan antara “subsisten belaka” dan “subsistensi eksitensial”. Pernyataan-pernyataan yang keliru memiliki modus keberadaan yang pertama dan pernyataan-pernyataan yang benar memiliki “modul subsistensi eksistensial” itu.
Incoming search terms:
- subsistensi
- subsisten
- pengertian subsistensi
- masyarakat subsisten
- pengertian subsisten
- subsisten adalah
- Subsistensi adalah
- arti subsisten
- pengertian masyarakat subsisten
- arti subsistensi