PENGERTIAN BIOFEEDBACK
PENGERTIAN BIOFEEDBACK – Yang perlu dicatat tentang apa yang disebut biofeedbach adalah orang dapat mengendalikan perilaku yang secara umum dianggap tidak berada dalam kendali kesadaran, seperti denyut jantung dan suhu kulit, jika cara tersebut diciptakan untuk memberikan umpan balik terhadap perilaku semacam itu. Dengan demikian, untuk mengajarkan pada seseorang bagaimana menaikkan suhu kulitnya, kita harus dapat memberi tahu mereka apakah suhu kulitnya naik, suatu umpan balik yang secara normal tidak dapat diberikan pada orang yang bersangkutan (Gatchel, 2001).
Kunjungan ke bagian pameran komersial dalam berbagai konvensi psikologi dan psikiatri akan menemukan sangat banyak tampilan berbagai alat biofeedbach yang memberikan informasi semacam itu. Dengan menggunakan instrumentasi yang sensitif, biofeedbach memberikan informasi yang cepat dan tepat, kecuali jika tidak tersedia, mengenai aktivitas otot, gelombang otak, suhu kulit, denyut jantung, tekanan darah, dan fungsi tubuh lainnya. Seperti yang telah disampaikan, diasumsikan—dan telah berulang kali ditunjukkan (Gatchel, 2001)—bahwa seseorang dapat memiliki kontrol sadar yang lebih besar terhadap berbagai fenomena tersebut, yang sebagian besar pada awalnya dianggap berada di bawah kontrol tidak sadar. Kuncinya adalah orang yang bersangkutan langsung mengetahui, melalui sinyal auditori atau visual, apakah terjadi peningkatan atau penurunan aktivitas somatik yang menjadi perhatian. Karena kecemasan secara umum dipandang sebagai kondisi yang melibatkan sistem saraf otonom (tidak sadar), dan karena gangguan psikofisiologis sering kali terjadi pada organ yang digerakkan oleh sistem saraf tersebut, para peneliti dan para ahli klinis tertarik pada biofeedbach. Untuk saat ini, biofeedbach hampir sama dengan pengobatan behavioral.
Dalam serangkaian studi klasik di Harvard Medical School, Shapiro, Tursky, dan Schwartz (1970; Schwartz, 1973) menunjukkan bahwa para sukarelawan dapat mengalami perubahan jangka pendek yang signifikan pada tekanan darah dan denyut jantung. Mereka menemukan bahwa beberapa orang bahkan dapat dilatih untuk meningkatkan denyut jantung mereka sembari menurunkan tekanan darah. Tercapainya kontrol yang sangat baik tersebut memberikan momentum bagi penelitian biofeedbach pada manusia dan membangkitkan harapan bahwa berbagai gangguan klinis tertentu dapat dihilangkan dengan cara baru ini.
Penelitian yang menggunakan biofeedbach untuk menangani para pasien hipertensi esensial cukup membesarkan hati, namun hasil-hasilnya belum cukup meya-kinkan untuk menetapkan biofeedbach sebagai penanganan standar terhadap penyakit ini (Blanchard, 1994). Terlebih lagi, beberapa peneliti percaya bahwa pelatihan relaksasi, yang sering kali diberikan bersama dengan biofeedbach, lebih berhasil menurunkan tekanan darah dibanding biofeedbach (Emmelkamp, 1986; Reed, Katkin, & Goldband, 1986).
Sakit kepala karena tegang, yang diyakini disebabkan oleh ketegangan yang berlebihan dan menetap pada otot-otot bagian depan kening dan otot-otot leher, juga telah ditangani dalam kerangka kerja ini; penanganan standar mencakup umpan balik ketegangan otot-otot bagian depan kening. Meskipun biofeedbach semacam itu memang telah terbukti efektif (a.1., Birbaumer, 1977), beberapa studi menunjukkan bahwa faktor-faktor kognitif dapat berperan. Contohnya, dalam suatu studi klasik, Holroyd dkk. (1984) menemukan bahwa meyakini bahwa ketegangan otot bagian depan kening yang dialami berkurang karena biofeedbach berhubungan dengan berkurangnya sakit kepala karena tegang, terlepas dari apakah pengurangan tersebut memang benar-benar terjadi. Meningkatnya perasaan self-efficacy diri dan kontrol internal tampaknya memiliki efek mengurangi stres, suatu tema yang dapat ditemukan dalam pembahasan mengenai kontrol dan kecemasan pada Bab 6. Biofeedbach dapat memperkuat perasaan memiliki kontrol tersebut, sekaligus mengurangi tingkat kecemasan menyeluruh dan akhirnya mengurangi sakit kepala karena tegang (Bandura, 1997). Berbagai studi lain (a.l. Blanchard dkk., 1982) menunjukkan bahwa relaksasi itu sendiri merupakan variabel penting. Belum lama ini kesimpulan yang sama tentang biofeedbach juga diperoleh dalam penanganan migren (Compas dkk., 1997), meskipun biofeedbach dapat memberikan beberapa manfaat spesifik yang lebih dari manfaat relaksasi (Scharff, Marcus, & Masek, 2000).
Secara keseluruhan hanya terdapat sedikit bukti bahwa biofeedbach memberikan efek spesifik selain distraksi, relaksasi, dan perasaan memiliki kontrol yang memberikan keuntungan. Selain itu, para ahli klinis tetap harus ingat akan kompleksitas masalah manusia. Seseorang yang memiliki tekanan darah tinggi, contohnya, mungkin harus mengubah gaya hidup yang tegang dan ambisius sebelum ia dapat menurunkan tekanan darahnya secara signifikan melalui biofeedbach. Mengasumsikan bahwa suatu teknik yang difokuskan pada suatu malfungsi atau masalah spesifik akan selalu menyembuhkan pasien adalah tidak bijaksana dan menandakan praktik klinis yang naif.