PENGERTIAN COMMUNICATION SCIENCE
Jika retorika sebagai ilmu pertama mengenai pernyataan antarmanusia yang berkembang di Yunani dan Romawi satu arah menuju ke Jerman menjadi Publizistikwissenschaft yang disingkat Publisistik, maka arah lain menuju Amerika Serikat. Di benua ini namanya communication science atau ilmu komunikasi.
Seperti halnya ilmu publisistik yang pada mulanya adalah ilmu persuratkabaran, ilmu komunikasi pun berasal dari aspek persuratkabaran, yakni “journalism” atau jurnalistik atau jurnalisme, suatu pengetahuan (knowledge) tentang seluk-beluk pemberitaan mulai dari peliputan bahan berita, melalui pengolahan, sampai penyebaran berita. Yang mula-mula mendambakan adanya School of Journalism sebagai lembaga pendidikan untuk meningkatkan pengetahuan para wartawan dan calon wartawan adalah Joseph Pulitzer pada tahun 1903. Gagasan Pulitzer ini mendapat tanggapan positif dari Charles Eliot dan Nicholas Murray Butler, masing-masing Rektor Harvard University dan Columbia University. Oleh karena yang disiarkan media surat kabar itu, ternyata tidak hanya informasi hasil kegiatan journalism semata-mata, maka berkembanglah penyiaran pernyataan manusia tersebut menjadi “mass media communication” (media komunikasi massa) yang untuk memudahkannya sering disingkat menjadi “mass communication” (ko-munikasi massa).
Yang oleh para pakar “dianggap “mass media” (media massa) adalah surat kabar, radio, televisi, dan film, oleh karena memiliki ciri-ciri khas yang tidak dimiliki oleh media komunikasi lainnya seperti poster, pamflet, surat, telepon, dan sebagainya (mengenai seluk-beluk komunikasi massa akan dibahas lebih luas pada bab-bab berikutnya). Dalam perkembangan selanjutnya akibat pengaruh kemajuan tek-nologi komunikasi, istilah mass communication dianggap tidak tepat lagi, karena ternyata tidak lagi merupakan proses yang total. Penelitian yang dilakukan oleh Paul Lazarsfeld, Bernard Berelson, Hazel Gaudet, Elihu
Katz, Robert Merton, Frank Stanton, Wilbur Schramm, Everett M Rogers, dan para pakar lainnya, menunjukkan bahwa fenomena sosial akibat terpaan media massa hanya merupakan satu tahap saja; ada tahap kedua, ketiga dan tahap-tahap berikutnya yang meneruskan pesan-pesan dari media massa dari mulut ke mulut yang justru dampaknya sangat besar. Pengambilan keputusan banyak dilakukan atas dasar komunikasi antar pribadi secara tatap muka (interpersonal face-to-face communication). Dalam proses komunikasi secara total, komunikasi melalui media massa hanya merupakan satu dimensi saja; ada dimensi-dimensi lainnya yang menjadi objek studi suatu ilmu. Dan ilmu mempelajari dan menelitinya bukan Mass Communication Science, melainkan Communication Science yang lebih luas yang menelaah mass communication, group communication, dan Iain-Iain.
Pada tahun 1960 Carl I.Hovland dalam karyanya “Social Communi-cation” memunculkan istilah “science of communication” yang ia definisikan sebagai :
“a systematic attempt to formulate in rigorous fashion the principles by which information is transmitted and opinions and attitudes are formed”.
(suatu upaya yang sistematis untuk merumuskan dengan cara yang setepat-tepatnya asas-asas pentransmisian informasi serta pem-bentukan opini dan sikap).
Pada dekade 1960-an itu tidak sedikit ilmuwan-ilmuwan disiplin ilmu lain yang menganggap bahwa komunikasi itu bukan Ilmu dengan alasan komunikasi belum memenuhi persyaratan sebagai ilmu. Tetapi para pakar komunikasi tidak memperdulikan kritik pakar disiplin ilmu lain itu, sebab komunikasi dianggapnya sudah menjadi ilmu. Yang lebih penting bagi para pakar komunikasi adalah apakah komunikasi itu mampu memecahkan masalah sosial atau tidak. Pada tahun 1967 terbit buku berjudul “The Communicative Arts of Sciences of Speech” yang ditulis oleh Keith Brooks, yang menampilkan paparannya mengenai “communicology” secara luas. Mengenai communicology (komunikologi/ ilmu komunikasi) Brooks menyatakan sebagai berikut:
“Many communication scholars in many academic disciplines have contributed to our understanding of the basic processes and the special types and forms of communication activity in resent years. A communicology is concerned with the integration of communication principles from these scholars. A communicology also stands for a realistic philosophy of communication, a systematic research program which tests its theories, fills in gaps in knowledge, interprets, and cross validates the findings in specialized dicipline and research programs. It provides a broad program which includes but does not limit its self to the interests or techniques of any one academic discipline”.
(Pada tahun-tahun terakhir ini banyak cendekiawan komunikasi dari berbagai disiplin ilmu yang mengkontribusikan kepada pemahaman kita landasan proses serta tipe-tipe dan bentuk-bentuk aktivitas ko-munikasi. Komunikologi berkaitan dengan integrasi asas-asas komu-nikasi dari para cendekiawan itu. Juga komunikologi berarti filsafat komunikasi yang realistis, program penelitian yang sistematis yang menguji teori-teorinya, menutupi kesenjangan-kesenjangan dalam pengetahuan, menafsirkan dan mengabsahkan penemuannya ke dalam disiplin dan penelitian yang khusus, la menyajikan program yang luas yang meliputi tetapi tidak membatasi dirinya kepentingan- kepentingan atau teknik-teknik setiap disiplin ilmu).
Dalam pada itu Joseph A. Devito juga seperti halnya Keith Brooks mengetengahkan istilah communicology untuk ilmu komunikasi itu. Dalam bukunya “Communicology: An Introduction to the Study of Communication” ia menjelaskan pengertian komunikologi sebagai berikut :
“Communicology is the study of the science of communication, particularly that subsection concerned with communication by and among humans. Communicologist refers to the communication student-researcher-teorist or more succinctly, the communiction scientist”.
(Komunikologi adalah suatu studi tentang ilmu komunikasi, secara khusus subseksinya berkaitan dengan komunikasi oleh dan di antara manusia-manusia. Komunikolog mengacu kepada mahasiswa- peneliti-teoritikus, atau untuk lebih ringkasnya, cendekiawan komuni-kasi).
Anggapan bahwasanya komunikasi itu sudah menjadi ilmu terbukti dengan terbitnya buku berjudul “Message Effects in Communication Science” pada tahun 1989 dengan James J. Bradac sebagai editor. Dalam buku tersebut sebelas pakar komunikasi dari berbagai univer-sitas kenamaan di Amerika Serikat memberikan kontribusinya mengenai aspek pesan dan efek dari proses komunikasi. Uraian di atas menunjukkan kepada para peminat komunikasi bahwa komunikasi itu tanpa harus diragukan lagi adalah memang ilmu, dan mereka yang bukan orang komunikasi tidak perlu mempertanyakan lagi.
Incoming search terms:
- pengertian communication
- communication science adalah