PENGERTIAN CONSENSUS (KONSENSUS) ADALAH
Mengimplikasikan sentimen.
Pengertian consensus (konsensus) adalah Istilah ini mengacu pada kesepakatan umum antar-individu atau kelompok, bukan hanya dalam pemikiran tapi juga perasaan. Kata ini tidak hanya mengacu pada kesepakatan nasional, tetapi juga mengimplikasikan sentimen (perasaan) umum—pemahaman bersama. Konsensus eksis ketika sebagian besar anggota orang dewasa dari suatu masyarakat atau subkelompoknya, terutama sebagian besar pembuat keputusan, memiliki kesepakatan umum tentang apa-apa yang perlu diputuskan atau untuk menentukan isu apa yang harus ditangani. Orang atau kelompok yang bertindak dalam konsensus punya rasa afinitas satu sama lain dan disatukan oleh ikatan efektif dan perhatian bersama atau kepentingan bersama. Tentu saja definisi ini berlaku hanya untuk tipe ideal. Dalam setiap situasi konkret, konsensus biasanya diiringi oleh dissensus atau penolakan. Konsensus dan dissensus adalah korelatif.
Konsensus komunitas moral.
Istilah konsensus diperkenalkan ke bahasa ilmu sosial oleh Auguste Comte pada abad ke-19; dia memandangnya sebagai perekat utama struktur masyarakat. Dia percaya bahwa agar masyarakat tidak ambruk maka ia harus didasarkan pada konsensus komunitas moral dari individuindividu yang berpikiran dan berperasaan sama. Ilmuwan sosial berikutnya cenderung mengikuti jejak Comtc tapi sembari mencoba melenturkan kekakuan analisis Comte. Misalnya, mereka menekankan bahwa konsensus dalam masyarakat, meski sekonsensusal apa pun, tidak akan diakui oleh seluruh komponen masyarakat tersebut. Juga, tidak semua anggota masyarakat akan mau berpartisipasi dalam pengambilan keputusan. Di sisi lain, tidak semua anggota kelompok atau masyarakat akan mampu menyuarakan pandangannya di area publik. Bisa jadi apa yang dikatakan sebagai konsensus hanyalah konsensus dari orang-orang yang ikut bermain dalam permainan politik.
Pemaksaan norma perilaku. Pengertian consensus (konsensus) adalah
Konsensus harus dibedakan dari CoERCION, yakni pemaksaan norma perilaku terhadap penduduk oleh penguasa politik dan pembuat keputusan. Kepatuhan karena terpaksa dan kebiasaan juga tidak bisa dikatakan sebagai konsensus. Penerimaan karena kebiasaan umumnya mengimplikasikan adanya proses untuk perekayasaan kesepakatan antarpelaku. Konsensus adalah proses aktif dan karenanya harus dibedakan dari persetujuan, penerimaan atau konformisme sederhana. Rezim Nazi di Jerman, misalnya, mungkin pada awalnya dibentuk berdasarkan konsensus sebagian besar aktor politik Jerman, tetapi menjelang berakhirnya era Nazi sebagian besar warga tampaknya bersikap pasif dalam menyesuaikan diri dengan pemimpin Nazi. Aturan permainan, seperti yang telah kita ketahui, mungkin dipaksakan oleh penguasa terhadap bawahan. Tetapi, seperti dikatakan para teoretisi politik sejak masa Yunani kuno, koersi semata tidak bisa menyediakan landasan yang cukup untuk ketertiban sosial. Meski benar bahwa polisi bisa menangkap pelanggar aturan namun aturan yang dipaksakan itu tidak bisa memecahkan semua masalah. Agar bisa disebut konsensus, meski mungkin hanya melibatkan sebagian populasi, ia harus mampu mengajak beberapa aktor untuk mengikuti langkah pembuat keputusan bukan karena alasan takut hukuman.
Konsensus dan kesepakatan. Pengertian consensus (konsensus) adalah
Konsensus tidak berarti berpegang teguh selamanya pada standar tertentu. Sebahknya, sejarah menunjukkan bahwa apa yang sebelumnya merupakan sebagian dari konsensus pada waktu yang lain mungkin akan ditinggalkan. Partai politik, setidaknya dalam politik modern, terus-menerus terlibat dalam konflik yang bertujuan mengubah konsensus parsial menjadi dissensus parsial atau dissensus parsial menjadi konsensus parsial. Misalnya, keyakinan akan perlunya tindakan pengamanan sosial selama periode pengangguran parah kini mulai ditinggalkan oleh para pembela pasar bebas. Sering kali orang yang dianggap aneh di suatu generasi akan menjadi inovator yang disegani oleh generasi selanjutnya. Pengertian consensus (konsensus) adalah Konsensus hari ini tidak hanya bisa hilang esok hari tetapi aktor yang mengembangkan konsensus dan kesepakatan mungkin juga akan berubah tergantung pada keterbukaan atau ketertutupan relatif terhadap akses ke arena politik. Konsensus lahir melalui sebuah proses di mana aktor-aktor yang semula membangkang, entah itu individu atau kelompok, menjadi termotivasi, setidaknya dalam konteks terentu, untuk meninggalkan egoisme mereka dengan masuk ke prinsip kebersamaan “kami.” Dalam situasi semacam itu, perselisihan awal mungkin menjadi bagian dari konsensus meski mungkin muncul area dissensus lain yang mengarah kepada hal sebaliknya.