PENGERTIAN DEKADENSI

By On Thursday, February 20th, 2014 Categories : Bikers Pintar

Suatu konsep yang menunjukkan ayunan perputaran perubahan yang sedang melemah (menurun). Hal ini ditujukan pada kemerosotan yang tampak jelas dari setiap fenomena sosial seperti pada ras, bangsa, lembaga, agama, sikap, teknik, atau kesenian. Periode-periode serupa dari merosotnya fenomena ilmu pengetahuan alam bisa saja analog dengan dekadensi, tetapi secara fundamental ilmu pengetahuan alam itu melibatkan masalah yang berbeda. Kemerosotan drastis akibat perubahan fisik atau biologis tidak bisa dikatakan dekadensi, tetapi lebih tepat disebut degenerasi. Jadi, dekadensi itu bisa dijelaskan sebagai suatu istilah yang memberi penjelasan dan evaiuasi tentang aspek tertentu dari perubahan sosial. Istilah dekadensi berasal dari kata Latin, decadere, berarti jatuh, turun dari, atau merosot.

Tetapi bisa saja terjadi perubahan sosial tanpa adanya dekadensi sebagai akibat perubahan tersebut, misalnya melalui ciptaan baru di bidang mekanik, penemuan baru, inovasi kebudayaan, pergeseran cara hidup lama. Dekadensi tidak selalu diakibatkan oleh perubahan yang tidak sehat, karena perubahan semacam ini bisa saja hanya sementara, misalnya perubahan akibat suatu kekerasan yang segera bisa ditanggulangi. Dari sini dapat disimpulkan bahwa konsep dekadensi mempunyai pemikiran dasar (premis) pada suatu keadaan dengan kemacetan atau kemerosotan yang terus berlanjut.

Kadang-kadang seluruh kebudayaan dilukiskan sebagai dalam keadaan dekaden. Sebagai contoh, Kekaisaran Roma atau Masa Bourdon di Perancis. Tetapi kompleksitas dan keragaman kegiatan kebudayaan sangat besar, sehingga bisa diragukan apakah semua aspek dalam suatu kebudayaan mengalami kemerosotan secara serentak. Memang betul bahwa satu aspek dan aspek lain dalam suatu kebudayaan itu saling bergantung satu sama lain. Tetapi dekadensi satu aspek, dari kegiatan dalam suatu kebudayaan, mungkin hanya mengarah pada satu titik perkembangan aspek lainnya. Dekadensi kekuasaan dan kegiatan perekomian Kekaisaran Romawi di abad ke-4 melengkapi pergolakan yang terjadi dalam agama. Tetapi ternyata agama Kristen di Roma pada waktu itu tidak mundur atau merosot. Suatu kebudayaan dikatakan mengalami dekadensi hanya bila kebudayaan itu sudah berkembang. Sistem pemerintahan Romawi yang pada waktu itu dianggap sistem pemerintahan yang cukup maju, misalnya, mengalami dekadensi. Tetapi Konstantinopel yang juga menerapkan sistem pemerintahan Romawi, sama sekali tidak terpengaruh pada keadaan yang terjadi di Roma. Hal ini karena sistem yang diambil oleh Konstantinopel dari Roma itu belum semaju Roma.

Sebagai suatu aspek perubahan historis, masalah dekadensi secara tidak langsung memasukkan dalam perhitungannya usaha-usaha para cendekiawan dalam mengkonstruksikan suatu filsafat sejarah. Para sejarawan Kristen Abad Pertengahan, misalnya Bossuet, mengambil pelajaran dari para sejarawan pendahulunya dalam menjelaskan jalannya sejarah dalam kaitannya dengan Ketuhanan (teologi) dan menyimpulkan bahwa dekadensi yang terjadi dalam agama Kristen merupakan akibat hukuman Tuhan. Tetapi bagi para ahli filsafat yang mempelajari hukum alam semesta, seperti Bodin, Montesquieu, Turgot, Kant, Condercet, Comte, periode-periode dekadensi hanyalah penyimpangan insidentil dari suatu kemajuan yang pesat. Sementara itu bagi Voltaire dekadensi merupakan kecelakaan dari suatu perubahan dan bagi Rousseau semua keberadaban itu merupakan keadaan yang dekaden (merosot) dan akan terus dekaden bila kita mengamati perkembangan masyarakat biadab. Dan bagi cendekiawan sejarah masyarakat lainnya, seperti Ibnu Khaldun sampai Vico, Hume dan Burck- hardt, serta para ahli filsafat sejarah Jerman modern seperti Oswald Spengler, dekadensi merupakan bagian suatu proses yang terjadi atas manusia, seperti kelahiran, remaja, dewasa, kemudian mati.

Dalam aspek kebudayaan yang erat hubungannya dengan hal-hal yang praktis, misalnya aspek politik, ekonomi dan lembaga-lembaga sosial, terdapat dua sebab utama terjadinya dekadensi, yaitu kelemahan fungsi dan kepemimpinan yang tidak cukup mampu. Sebab pertama bisa berarti suatu kemerosotan dalam efisiensi fungsional, seperti dalam dekadensi politik di Spanyol pada abad ke-17; atau hilangnya fungsi yang mengakibatkan rusaknya sistem, seperti yang terjadi dalam penggantian feodalisme sebagai suatu cara hidup di Eropa Barat; atau melemahnya sistem monarki dengan hancurnya supremasi perdagangan di Venesia dan Spanyol, yang pada gilirannya menghancurkan sistem feodal.

Kelembagaan-kelembagaan kontemporer di banyak tempat telah pernah mengalami dekadensi. Kapitalisme, keluarga, demokrasi agama, dan lain-lain sering disebutkan dalam sejarah sebagai contoh lembaga yang mengalami kehancuran. Spengler merupakan nabi dekadensi kontemporer yang terkenal. Tesisnya tentang malapetaka yang akan datang yang akan menghancurkan keberadaban barat, mendapat simpati dari ribuan pembaca. Tetapi Spengler membuat dalil dari hukum-hukum gaib yang cara kerjanya tidak dapat dijangkau oleh manusia biasa. Berdasarkan hukum-hukum itu kehancuran akan dialami oleh semua hasil kebudayaan di dunia ini. Jika premisnya itu diragukan, argumentasinya tentang dekadensi kontemporer pun perlu diragukan.

Incoming search terms:

  • dekadensi
  • pengertian dekadensi
  • pengertian dekadensi moral
  • arti dekadensi
  • dekadensi adalah
  • dekadensi sosial
  • apa itu dekadensi
  • pengertian dekadensi moral dan contohnya
  • arti kata dekadensi
  • definisi dekadensi
PENGERTIAN DEKADENSI | ADP | 4.5