PENGERTIAN ETIOLOGI GANGGUAN KEPRIBADIAN AMBANG

By On Monday, August 26th, 2019 Categories : Bikers Pintar

PENGERTIAN ETIOLOGI GANGGUAN KEPRIBADIAN AMBANG – Terdapat beberapa sudut pandang penyebab gangguan kepribadian ambang. Kami membahas penelitian biologis objek-hubungan, dan teori diathesis-stres dari Linehan. Faktor-faktor Biologis. Gangguan kepribadian ambang dialami oleh lebih dari satu ariggota dalam satu keluarga, menunjukkan bahwa gangguan ini dapat memiliki komponen genetik. Para pasien ambang juga memiliki neurotisisme suatu trait yang diketahui diturunkan secara genetik Beberapa data menunjukkan adanya kelemahan fungsi lobus frontalis, yang sering diduga berperan dalam perilaku impulsif. Sebagai contoh, para pasien dengan zangguan kepribadian ambang mendapatkan hasil buruk dalam tes-tes neurologi :erhadap fungsi lobus frontalis, dan mereka memiliki kadar metabolisme glukosa yang rendah pada lobus frontalis . Dalam alur yang sama, para pasien dengan gangguan kepribadian ambang mengalami peningkatan aktivasi amigdala, suatu struktur dalam otak yang dianggap sangat penting dalam pengaturan emosi. Meningkatnya aktivasi amigdala dapat sangat relevan dengan emosi intens yang dialami para pasien ambang.

Konsisten dengan pemikiran bahwa kadar neurotransmiter serotonin yang rendah berhubungan dengan impulsivitas, bila pasien ambang diberi obat untuk mengaktivasi 53terrl serotonin dalam otak, mereka menunjukkan respons yang lebih kecil daripada kelompok- kontrol (Soloff dkk., 2000). Hal ini dapat mengindikasikan bahwa sistem semfonin pada pasien ambang sulit diaktivasi. Dengan demikian, penelitian biologis mengenai gangguan kepribadian ambang telah menghasilkan beberapa petunjuk vang menjanjikan berkaitan dengan perilaku impulsif mereka.

Teori Objek-Hubungan (Object Relations Theory). Teori objek-hubungan, sebuah varian penting teori psikoanalisis, membicarakan tentang cara anak-anak menyerap atau mengintroyeksi) nilai-nilai dan citra orang-orang penting, misalnya orang tua mereka. Dengan kata lain, fokusnya adalah pada cara anak-anak mengidentifikasi diri dengan orang-orang yang memiliki kelekatan emosional kuat dengan mereka. Orang-orang yang diintroyeksi (representasi objek) tersebut menjadi bagian ego seseorang, umun mereka dapat menimbulkan konflik dengan harapan, tujuan, dan idealisme orang tersebut ketika ia tumbuh dewasa—contohnya, ketika seorang perempuan seusia mahasiswa yang mengadopsi pendapat ibunya ten tang peran yang sesuai bagi seorang perempuan di masyarakat ternyata tertarik dengan idealisme Inninisme yang lebih modern.

Para teoris objeh-hubungan mengemukakan hipotesis bahwa yang bereaksi terhadap dunia melalui perspektif orang-orang :enting di masa lalu mereka, terutama orang tua atau pengasuh utama. Kadang perspektif tersebut bertentangan dengan harapan dan minat orang yang bersangkutan. Teoris objeh-kadningan yang terkemuka adalah Otto Kernberg, yang telah singat banyak menulis tentang kepribadian ambang.

Kernberg (1985) berpendapat bahwa pengalaman masa iiunak-kanak yang tidak menyenangkan—contohnya, memiliki arang tua yang memberikan kasih sayang dan perhatian secara ladak konsisten, mungkin memberikan pujian atas prestasi, lamun tidak mampu memberikan dukungan emosional dan ilzhangatan—menyebabkan anak-anak mengembangkan ego tidak merasa aman, sebuah ciri utama gangguan keprthadian ambang.

Meskipun orang-orang yang mengalami gangguan keprirdian ambang memiliki ego yang lemah dan membutuhkan dukungan secara terus-menerus, mereka tetap memiliki kemampuan untuk menguji realitas. Namun, walaupun pasien gangguan ini tetap memiliki hubungan dengan kenyataan, mereka sering kali melakukan mekanisme pertahanan yang disebut pembelahan—mendikotomikan objek menjadi sepenuhnya baik atau sepenuhnya buruk dan tidak mampu memadukan aspek positif dan negatif pada orang lain atau diri sendiri menjadi satu keutuhan. Kecenderungan ini menyebabkan kesulitan ekstrem untuk mengendalikan emosi karena pasien ambang memandang dunia, termasuk dirinya sendiri, secara hitam putih. Dengan satu atau lain cara pertahanan ini melindungi ego pasien yang lemah dari kecemasan yang tidak dapat ditoleransi.

Sejumlah studi menghasilkan data yang relevan dengan teori Kernberg. Sesuai harapan, para pasien dengan gangguan kepribadian ambang menuturkan rendahnya kadar kasih sayang ibu mereka. Mereka menganggap keluarga mereka secara emosional tidak ekspresif, memiliki soliditas rendah, dan konflik yang tinggi. Mereka juga banyak menuturkan penyiksaan fisik dan seksual di masa kanakkanak, yang telah diverifikasi dalam beberapa studi, dan sering dipisahkan dari orang tua mereka selama masa kanak-kanak .

Hal yang masih kurang jelas tentang data-data tersebut adalah apakah pengalaman tersebut spesifik bagi gangguan kepribadian ambang. Contohnya, ditemukan bahwa kadar dukungan keluarga yang rendah dan kadar konflik yang tinggi dituturkan oleh para pasien yang mengalami gangguan kepribadian pada umumnya. Sama dengan itu, mengalami penyiksaan verbal di masa kanak-kanak dihubungkan dengan gangguan kepribadian ambang, narsisistik, paranoid, dan obsesif-kompulsif. Meskipun demikian, beberapa penelitian memilah para pasien dengan gangguan kepribadian ambang dan para pasien gangguan Aksis II lainnya. Sebagai contoh, para pasien dengan gangguan kepribadian ambang menuturkan bahwa mereka mengalami kesulitan lebih besar dengan perpisahan dan penyiksaan verbal dan emosional daripada para pasien Aksis II lainnya. Secara ringkas, jelaslah bahwa pasien dengan gangguan kepribadian ambang menuturkan adanya pengalaman yang tidak menyenangkan selama masa kanak-kanak, namun belum jelas apakah pengalaman tersebut spesifik bagi gangguan tersebut.

PENGERTIAN ETIOLOGI GANGGUAN KEPRIBADIAN AMBANG | ADP | 4.5