PENGERTIAN GOTONG ROYONG DAN PEMBANGUNAN
GOTONG ROYONG DAN PEMBANGUNAN
Apa yang disebut dengan demokrasi dalam masyarakat pedesaan di Jawa bukan demokrasi berdasarkan konsep sama tinggi sama rendah, tetapi mengenai prosedur untuk mengambil keputusan-keputusan dalam rapat-rapat desa (ialah prosedur berapat yang disebut musyawarah). Saya sudah merasa terlampau panjang melantur mengenai masalah demokrasi asli Indonesia ini, padahal sebenarnya tidak perlu, karena sudah ada suatu studi oleh seorang ahli hukum adat Belanda, B.J. Haga.
Hal-hal yang terurai di atas dapat ditemukan secara luas dengan banyak contoh dan data dalam disertasinya “Indonesische en Indische Democratie” (1924). Saya sekarang akan kembali kepada pertanyaan pangkal dari karangan ini, ialah “Apakah nilai gotong royong itu menghambat pembangunan?”
Kalau apa yang dimaksud dengan gotong royong adalah aktivitas-aktivitas tolong menolong dan sistem tukar-menukar tenaga antara petani dalam produksi bercocok tanam, atau antara kaum kerabat dalam masyarakat desa kecil (semua itu sudah dibicarakan dalam karangan yang lalu dalam seri ini), maka sudah tentu gotong royong tidak ada sangkut pautnya dengan pembangunan dan karena itu, tidak menghambat pembangunan.
Kalau kehidupan masyarakat desa sudah menjadi lebih kompleks dan kalau para petani sudah tidak merasakan lagi manfaat dari sistem tolong-menolong seperti disebut di atas, maka gotong royong dalam arti tersebut akan menghilang tanpa banyak ketegangan atau pertentangan dari penduduk desa sendiri.
Kalau apa yang dimaksud dengan gotong royong itu adalah sistem kerja bakti, maka mungkin malahan bisa menunjang pembangunan. Hanya saja soalnya adalah bahwa sistem itu tidak sesuai lagi dengan etnik zaman sekarang.
Hal itu karena membangun berdasarkan gotong royong kerja bakti itu, sebenarnya adalah membangun dengan mengeksploitasi tenaga murah rakyat (menjadi berbau feodal dan kolonial). Lain halnya, kalau rakyat mengerjakan suatu proyek berdasarkan gotong royong dengan rasa rela karena yakin bahwa proyek itu bermanfaat bagi mereka. Barulah mereka akan melakukan kerja bakti dengan sungguh-sungguh dan bukan kerja rodi.
Kalau yang dimaksud dengan gotong royong itu adalah kompleks nilai budaya yang terdiri dari keempat tema terurai di atas, maka gotong royong menurut hemat saya tidak menghambat pembangunan, kecuali tema kedua, kalau tema itu terlampau banyak berkembang ke arah suatu mentalitas yang terlampau terorientasi terhadap nasib, dan tema keempat ialah tema sama tinggi sama rendah tadi. Dengan singkat apa yang dapat kita ambil dari gotong royong untuk pembangunan kita sekarang ini terutama adalah semangatnya.