PENGERTIAN JABU
PENGERTIAN JABU – Istilah orang Batak Toba untuk menyebutkan rumah. Istilah lainnya adalah rumah sedangkan orang Batak Karo menyebutnya rumah.
Rumah Batak berbentuk panggung, didirikan di atas tiang-tiang dengan dinding miring dan atap ijuk yang ujungnya melengkung membentuk setengah lingkaran. Pada puncak atap sebelah timur dan barat diletakkan tanduk kerbau atau patung berbentuk wajah manusia. Di bagian depan biasanya terdapat lukisan kepala orang atau singa. Pada dindingnya yang miring diikatkan tali ijuk yang disusun menyerupai gambar cecak. Panjang rumah 10—20 meter, memanjang dari timur ke barat.
Tiap subsuku bangsa Batak memiliki variasi yang khas pada rumah adatnya. Rumah orang Batak Karo ditandai dengan hiasan-hiasan geometris dengan warna merah, putih, kuning, dan hitam. Selain itu, ada semacam teras dari bambu (ture) sebagai tempat pertemuan gadis dengan pemuda pada malam hari, yang tidak terdapat pada rumah Batak di daerah lain. Pintu-pintu pada rumah Batak Karo dan Simalungun terletak di sisi barat dan timur, sedangkan pada rumah Batak Toba terletak di ujung lantai, dan penghuni masuk dari kolong rumah.
Suatu rumah Batak biasanya dihuni oleh beberapa keluarga batih yang masih terikat oleh hubungan kekerabatan secara patrilineal. Keluarga batih pada masyarakat Batak Karo disebut juga jabu, pada masyarakat Batak Toba ripe. Suatu jabu biasanya tidak langsung memiliki tempat tinggal sendiri, karena pasangan yang baru menikah menumpang secara patrilokal pada jabu orang tua suami. Proses pemisahan dan pembentukan jabu sendiri bagi pasangan yang telah mampu disebut jayo.
Tiap jabu memiliki dewa-dewa sebagai roh pelindung yang disebut Dibata Jabu. Roh-roh ini dapat memberikan bantuan dan dapat pula mendatangkan bencana. Untuk menjaga hubungan baik dengan Dibata Jabuy diadakan upacara-upacara keagamaan dengan sesajian. Upacara-upacara ini dipimpin oleh seorang wanita yang disebut guru si baso, sebagai perantara manusia dengan dunia roh.