PENGERTIAN KALIMUSADA
PENGERTIAN KALIMUSADA – Dalam kisah pewayangan, sebutan untuk sebuah jimat milik para Pendawa yang dipegang oleh Puntadewa atau Prabu Yudistira. Kata kalimusada berasal dari kata Sanskerta husada atau usada yang artinya obat. Kata husada atau usada kemudian digunakan oleh kalangan istana Yogyakarta untuk imbuhan nama seseorang yang mempunyai keahlian dalam bidang obat-obatan, misalnya Sosrohusada atau Sudirohusada. Selain itu, kata ini sering pula digunakan untuk nama apotek, dengan arti tempat menyediakan obat, misalnya Sarihusada atau Husada Bakti.
Di dalam cerita pewayangan, husada atau usada yang artinya obat ini kemudian berkembang menjadi kalimusada, berupa sepucuk surat yang sarat dengan mantra-mantra. Kalimusada atau kalimasada yang dijadikan jimat oleh para Pendawa ini bisa digunakan untuk melumpuhkan musuh para Pendawa. Karena kesaktiannya, jimat kalimusada ini pernah pula digunakan untuk menghidupkan kerabat Pendawa yang mati sebelum saatnya dipanggil oleh Tuhan Yang Maha Esa. Tidak heran bila jimat ini menjadi incaran setiap individu yang ingin memilikinya dengan tujuan agar bisa menjadi seorang yang sakti mandraguna.
Salah satu kisah atau lakon dalam pewayangan yang menggambarkan hal tersebut adalah lakon Pe- truk Jadi Raja. Petruk, salah seorang punakawan Pendawa, tahu persis keampuhan jimat kalimusada ini. Pada suatu hari, Petruk bermaksud mengalahkan Raja Troncong Kencana yang dinilainya sangat sombong dan lalim. Petruk dengan hati-hati berhasil mencuri jimat kalimusada yang selalu disimpan di mahkota Prabu Puntadewa. Dengan jimat kalimusada di tangannya, Petruk berhasil mengalahkan Raja Troncong Kencana. Petruk kemudian mengangkat dirinya menjadi raja dengan gelar Prabu Kantong Bolong.
Sementara itu, di Kerajaan Pendawa, Prabu Puntadewa menjadi bingung dan gusar karena kehilangan jimat kalimusada yang menjadi tanggung jawabnya. Prabu Puntadewa kemudian menghadap Prabu Kresna untuk menyatakan hilangnya jimat para Pendawa tersebut. Prabu Kresna sebagai penasihat Pendawa segera menggunakan kaca saktinya untuk melihat siapakah pencuri jimat tersebut. Dari kaca saktinya itu, diketahui bahwa Petruklah pencurinya. Prabu Kresna menyarankan agar Gareng, saudara kandung Petruk yang juga punakawan Pendawa, menemui Prabu Kantong Bolong yang berhasil jadi raja karena mencuri jimat Pendawa. Setelah diberi pesan oleh Prabu Kresna, Gareng segera berangkat menuju kerajaan tempat Prabu Kantong Bolong bertakhta.
Secara lahiriah, Prabu Kantong Bolong memang tidak berbentuk Petruk, karena sudah berubah (malih). Walaupun begitu, Gareng tahu bahwa raja di hadapannya adalah saudara kandungnya sendiri. Demikian pula Prabu Kantong Bolong. Begitu melihat Gareng datang menantangnya, ia tidak berani berbuat apa- apa, walaupun ia termasyhur akan keberanian dan kesaktiannya. Gareng dengan mudah menaklukkan Prabu Kantong Bolong dan meminta kembali jimat kalimusada yang disimpannya. Prabu Kantong Bolong segera menyerahkan jimat tersebut dan berubah wujud kembali menjadi Petruk. Tylereka bersama-sama kembali ke Kerajaan Pendawa atau Amarta untuk menyerahkan jimat kalimusada kepada Prabu Puntadewa. Petruk memohon maaf dan berjanji tidak akan mengulangi perbuatannya yang tidak terpuji itu.
Dalam kisah Sunan Kalijaga, salah seorang dari sembilan wali yang menyebarkan agama Islam di Pulau Jawa, jimat para Pendawa yang sangat ampuh ini juga dijadikan sarana untuk menyebarkan agama Islam. Lama sebelum agama Islam masuk ke Pulau Jawa, orang Jawa telah mengenal cerita wayang yang berasal dari kebudayaan Hindu ini. Sunan Kalijaga tidak menyia-nyiakan kesempatan ini, dan ia pun mengarang sebuah cerita dengan menginterpretasikan jimat kalimusada dengan Kalimat Syahadat, dalam usahanya memasukkan ajaran Islam melalui cerita pewayangan. Pada waktu itu, wayang sudah menjadi kegemaran orang Jawa, bahkan dapat dikatakan wayang identik dengan orang Jawa.
Kisah pewayangan yang dibuat oleh Sunan Kalijaga mengisahkan Pendawa Lima, yakni Puntadewa atau Yudistira, Werkudara atau Bima, Janaka atau Arjuna, saudara kembar termuda Nakula dan Sadewa, yang ingin menyusul para kerabat Pendawa lainnya yang telah lebih dahulu meninggal dunia. Diceritakannya bahwa dari pihak Pendawa maupun Kurawa, . hanya mereka berlima dan seekor anjing setianyalah yang masih hidup. Mereka kemudian bersepakat untuk pergi menuju surga. Perjalanan yang mereka lalui sangat panjang, dan mereka seorang demi seorang meninggal dunia. Akhirnya tinggal Prabu Puntadewa si pemegang jimat kalimusada dan anjing setianya yang masih hidup. Perjalanan dilanjutkan dan di tengah jalan mati pula anjing kesayangannya, sehingga tinggal Prabu Puntadewa seorang diri. Ia sangat sedih dan mencoba merenungkan nasib dirinya yang tidak bisa meninggalkan dunia fana untuk berkumpul dengan saudaranya yang lain. Prabu Puntadewa menangis dalam keputusasaan. Secara gaib, Prabu Puntadewa mendengar petunjuk dewa yang mengatakan bahwa ia bisa menyusul saudaranya yang lain mencapai surga, apabila ia meninggalkan jimat kalimusada yang disimpannya di mahkotanya. Menurut sabda dewa tersebut, Prabu Puntadewa harus menyiarkan mantra yang tertulis dalam jimat kalimusada itu dengan cara membacanya. Dalam cerita yang dibuat oleh Sunan Kalijaga, mantra dalam jimat kalimusada yang dibaca oleh Prabu Puntadewa itu tidak lain adalah Dua Kalimat Syahadat, dan oleh sebab itu disebut kalimusada. Menurut cerita itu, setelah Prabu Puntadewa membaca Dua Kalimat Syahadat tersebut, wafatlah ia dengan tenang.
Berdasarkan cerita wayang yang dibuat oleh Sunan Kalijaga dalam usaha menyiarkan agama Islam di Pulau Jawa ini, dapat kita jumpai petilasan atau peninggalan tokoh wayang di beberapa daerah di Jawa. Di Dieng, Jawa Tengah, ditemukan candi-candi dengan nama-nama tokoh wayang, yang dipercayai oleh penduduk setempat sebagai kuburan mereka. Di dekat Bukateja, daerah Purbalingga, Jawa Tengah, ditemukan sebuah kuburan yang sangat panjang. Menurut kepercayaan rakyat, kuburan itu adalah makam Prabu Puntadewa yang wafat setelah membaca mantra yang tertera dalam’surat kalimusada yang diinterpretasikan oleh Sunan Kalijaga sebagai Dua Kalimat Syahadat.
Incoming search terms:
- kalimusada
- jimat kalimasada wujude
- petruk kantong bolong
- kalimasada artinya
- arti petruk kantong bolong