PENGERTIAN KEPATUHAN TERAPEUTIK
PENGERTIAN KEPATUHAN TERAPEUTIK – Topik lain dalam ilmu pediatrik behavioral (dan dalam pengobatan behavioral secara umum) adalah kepatuhan terapeutik. Bagaimana kita dapat membuat orang melakukan hal-hal yang diperlukan untuk mencegah atau mengelola suatu penyakit (Varni & Wallander, 1984)? Berbagai studi menunjukkan bahwa separuh dari orang-orang yang menderita berbagai macam penyakit medis tidak mematuhi instruksi dokter—baik dalam hal minum pil sesuai petunjuk dokter, meneteskan obat penyakit mata serius, menjalankan diet tertentu, menjaga berat badan, ataupun mendaftar dan mendatangi profesional kesehatan (Morrow, Leirer, & Sheikh, 1988). Diabetes pada anak-anak menjadi contoh yang tepat mengenai tantangan kepatuhan si anak dan keluarganya. Pengujian urin harus dilakukan beberapa kali dalarn sehari untuk mengetahui kadar glukosa (gula) sehingga asupan makanan dan jumlah insulin dapat disesuaikan. Diet merupakan tantangan besar bagi anak-anak tersebut. Mereka harus belajar menghindari makan permen dan makanan manis lain. Waktu-waktu makan mereka harus dijadwal agar sesuai dengan puncak kerja injeksi insulin sehingga insulin tidak membuat kadar glukosa menurun secara abnormal. Aktivitas dan olahraga juga harus menjadi bagian dari jadwal, karena hal itu menggunakan pemanfaatan glukosa alami yang berefek seperti insulin dalam sel (Hobbs, Beck, & Wansley, 1984). Mengingat hingga kini diabetes belum dapat disembuhkan, orang-orang yang menderita penyakit ini perlu menerima kondisi mereka dan perlunya pengaturan atas beberapa keinginan manusia yang paling dasar. Serangkaian keterampilan kompleks untuk merawat diri sendiri yang dibutuhkan anak-anak untuk menghadapi penyakit yang meskipun serius, namun dapat ditangani tersebut mendapatkan keuntungan dari penelitian klinis dalam ilmu pediatrik behavioral, dengan meningkatnya kepatuhan yang menjanjikan yang disebabkan oleh penguatan positif bagi kepatuhan untuk berpantang makanan ter tentu dan melakukan uji glukosa rutin (Epstein dkk., 1981). Contohnya, para psikolog mulai menggali berbagai faktor yang berhubungan dengan pengendalian kadar gula darah, termasuk dukungan keluarga, pengetahuan tentang penyakit terkait, dan pentingnya mempertimbangkan tingkat perkembangan pasien dalam kaitan dengan bagaimana dokter dapat memberikan petunjuk dan rekomendasi terbaik (J ohnson , 1995). Dalam suatu studi para orang tua anak-anak yang menderita diabetes diajari berbagai teknik relaksasi untuk dilakukan bersama anak-anak mereka; hasilnya adalah meningkatnya kontrol terhadap metabolisme anak-anak dan sekaligus kontrol terhadap diabetes.
• Gangguan psikofisiologis, yang sebelumnya disebut gangguan psikosomatis, merupakan penyakit fisik yang sebagian disebabkan oleh faktor-faktor psikologis, terutama stres. Gangguan tersebut biasanya memengaruhi organ-organ yang berada di bawah kendali sistem saraf otonom, seperti sistem pernapasan, kardiovaskular, gastrointestinal, dan endokrin.
• Gangguan psikofisiologis tidak lagi muncul sebagai kategori diagnostik dalam DSM. Bahkan, para ahli diagnostik dapat menegakkan diagnosis tentang faktor-faktor psikologis yang meme-ngaruhi kondisi medis kemudian mencatat kondisi tersebut pada Aksis III. Perubahan ini mencerminkan semakin besarnya kesadaran bahwa stres kehidupan relevan dengan semua penyakit dan tidak terbatas pada apa yang sebelumnya dianggap sebagai psikosomatik.
• Dalam upaya memahami hubungan yang kom-pleks antara stres-penyakit, para peneliti memfo-kuskan pada pendefinisian stres secara tepat; pada pengukuran stres menggunakan berbagai instrumen seperti Social Readjusment Rating Scale dan Assessment of Daily Experience; pada pengukuran terhadap perbedaan dalam cara orang-orang menghadapi stres yang dialami; dan pada berbagai moderator hubungan stres-penyakit, misalnya dukungan sosial.
• Berbagai teori etiologi gangguan psikofisiologis memiliki ciri dasar diathesis-stres, namun berbeda dalam hal apakah diathesis dijelaskan secara psikologis atau biologis. Teori-teori biologi mengatribusikan berbagai gangguan tertentu pada berbagai kelemahan organ tertentu, pada aktivitas sistem organ tertentu yang berlebihan dalam merespons stres, pada berbagai efek pemaparan terhadap hormon stres, atau pada perubahan dalam sistem kekebalan tubuh yang disebabkan stres. Teori-teori psikologis lebih berfokus pada faktor-faktor seperti kondisi emosional yang tidak disadari, karakteristik kepribadian, penilaian kognitif, dan berbagai gaya coping terhadap stres.
• Gangguan kardiovaskular, yang terkait dengan jantung dan sistem peredaran darah, mencakup hipertensi esensial dan penyakit jantung koroner (PJK). Sementara kedua kondisi tersebut kompleks dan multisegi, etiologinya tampaknya mencakup kecenderungan merespons stres dengan peningkatan tekanan darah atau denyut jantung.
• Para individu yang menderita asma cenderung memiliki sistem pernapasan yang merespons alergen secara berlebihan atau yang melemah karena infeksi yang dialami sebelumnya. Meskipun demikian, faktor-faktor psikologis seperti kecemasan, kemarahan, depresi, dan kesenangan yang diantisipasi dapat, melalui terciptanya emosionalitas, menyebabkan serangan asma.
• Acquired immunodeficiency syndrome (AIDS) sejak diidentifikasi pada tahun 1981 telah menjadi epidemi infeksi paling serius pada abad modern. AIDS memiliki elemen psikologis yang biasanya timbul dari perilaku yang tidak rasional dan secara umum dapat dicegah dengan menggunakan cara-cara psikologis. Fokus utama pencegahan adalah mengubah perilaku orang-orang—khususnya, mendorong seks aman dan mencegah penggunaan satu jarum suntik secara bersama-sama pada para pengguna narkoba intravena.
• Karena gangguan psikofisiologis benar-benar merupakan disfungsi fisik, penanganannya biasanya mencakup pemberian obat-obatan. Tujuan utama psikoterapi bagi gangguan ini adalah mengurangi kecemasan, depresi, atau kemarahan.
• Para peneliti di bidang pengobatan behavioral berusaha menemukan intervensi psikologis yang dapat meningkatkan kondisi fisiologis pasien dengan mengubah perilaku tidak sehat dan mengurangi stres. Mereka telah mengembangkan berbagai cara untuk membantu orangorang menjadi relaks, mengurangi merokok, mengurangi makan makanan berlemak, dan melakukan berbagai tindakan yang dapat mencegah atau mengurangi keparahan penyakit, seperti mendorong pemeriksaan payudara sendiri dan mematuhi berbagai rekomendasi dalam penanganan medis.
• Munculnya bidang manaj emen stres membantu orang-orang yang tidak memiliki masalah kese-hatan berarti menguasai teknik-teknik yang memungkinkan mereka mampu menghadapi stres yang tidak dapat dihindari dalam kehidupan sehari-hari sehingga mencegah efek negatif stres terhadap tubuh.