PENGERTIAN KUNJARAKARNA
PENGERTIAN KUNJARAKARNA – Karya sastra Jawa-kuno yang mengisahkan pembebasan atau ruwatan terhadap yaksa Kunjarakarna dan saudaranya Purnawijaya. Kitab Ini bersifat Budhisme-Mahayana. Ada dua versi Kunjarakarna. Versi pertama berbentuk prosa, menurut poerbatjaraka ditulis pada jaman Darmawangsa, tetapi menurut H. Kern ditulis pada bagian kedua di Jawa Barat, namun Pigeaud menduga teks prosa itu berasal dari jaman yang lebih muda lagi. Yersi lain berbentuk kakawin, menurut P.J. Zoetmulder berasal dari jaman Majapahit. Cerita Kunjarakarna amat digemari pada jaman Hindu-Indonesia, seperti terbukti oleh adanya relief candi yang mengambil tema kitab tersebut. Pada dasarnya kedua versi tersebut tidak mempunyai perbedaan alur, walau ada beberapa perbedaan.
Kitab ini mengisahkan yaksa (raksasa, setan) bernama Kunjarakarna yang menyadari wataknya sebagai setan dan ingin dibebaskan dalam reinkarnasinya. Untuk itu ia bermeditasi Budha di Gunung Semeru. Ia diizinkan menemui Wairocana (dewa Budha) dan diberi wejangan serta diperkenankan melihat neraka dan alam kematian yang dikuasai Yama. Yama memberikan ajaran padanya tentang hakikat kejahatan, dan memperlihatkan periuk besar yang menyambut siksaan bagi Purnawijaya, raja Gandharwa. Kunjarakarna terkejut, karena tujuan bertobatnya untuk hidup bersatu dengan saudaranya. Setelah menerima wejangan Wairocana dan Yama, Kunjarakarna menuju surga, tempat sahabat dan saudaranya, Purnawijaya. Ketika mendengar cerita mengenai dirinya di neraka, Purnawijaya bersama Kunjarakarna bergegas menghadap Wairocana untuk memohon nasihatnya bagaimana mere!-a mengelak dari nasib tersebut. Wairocana kemudian menerima dan memberikan wejangan. Setelah selesai pelajaran dharmadesana, Kunjarakarna menekuni tapa brata dengan khusyuk. Purnawijaya tidak ikut dan mohon petunjuk bagaimana ia dapat dibebaskan dari nasibnya. Wairocana mengatakan bahwa Purnawijaya tidak akan bebas dari kematian, ia akan meninggal selagi tidur dan selama sembilan hari akan menjalani siksaan. Semua itu terjadi, namun berkat semedi dan kesaktian ilmu yang diberikan Wairocana, siksaan itu tidak berarti banyak bagi Purnawijaya. Setelah hukuman itu, pada hari kesepuluh Purnawijaya kembali ke tubuhnya dan hidup kembali. Bersama istrinya, Kusumagandhawati, Purnawijaya bertapa brata di Gunung Semeru menurut cara Budha-Mahayana. Keduanya dengan cepat mencapai pembebasan di surga, dan di sana telah menunggu Kunjarakarna.
Incoming search terms:
- kitab kunjarakarna
- Kitab kunjarakarna mengisahkan tentang
- kunjarakarna